Indonesia.go.id - Kinerja Manufaktur Beri Sinyal Positif

Kinerja Manufaktur Beri Sinyal Positif

  • Administrator
  • Senin, 22 Maret 2021 | 13:20 WIB
PEMULIHAN EKONOMI
  Pabrik perakitan mobil milik Mitsubishi di Cikaranh. MMKSI
Sektor industri dan investasi di dalam negeri mulai bergeliat. Perekonomian yang membaik juga didorong program vaksinasi yang masif oleh pemerintah.

Kinerja sektor manufaktur mulai menunjukkan sinyal positif sekaligus tren pemulihan ekonomi nasional terindikasi dengan kinerja nilai impor Indonesia yang naik secara tahunan untuk pertama kali sejak Juni 2019. Indikator itu terlihat dari laporan yang diliris oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (15/3/2021). Lembaga itu merilis impor pada Februari 2021 tercatat mencapai USD13,26 miliar.

Meski turun 0,49% dibandingkan dengan Januari 2021, nilai tersebut naik 14,86% dibandingkan dengan Februari 2020 dan juga lebih tinggi dibandingkan dengan Februari 2019. Naiknya nilai impor secara tahunan untuk pertama kalinya ini dipicu oleh kenaikan seluruh kelompok barang berdasarkan penggunaan.

Selama periode Februari 2021, bila dilihat dari penggunaan barang, seperti dikutip dari laporan BPS, impor barang modal mencetak nilai USD2,15 miliar, secara month-to-month naik 9,08 persen dan naik lebih tinggi dibandingkan periode Februari 2020 atau year-on-year (yoy) sebesar 17,68 persen. Dari kinerja itu, BPS juga melaporkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencetak surplus pada Februari 2021 sebesar USD2 miliar.

Surplus itu disebabkan oleh nilai ekspor yang lebih besar daripada nilai impor. Secara terperinci, nilai ekspor pada Februari 2021 tercatat USD15,27 miliar. Sementara itu, nilai impor pada tahun lalu sebesar USD13,26 miliar.

Performa ekspor kita menjanjikan, karena naiknya permintaan dari berbagai negara dan didukung oleh kenaikan harga komoditas. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif Januari 2021 hingga Februari 2021 mencetak surplus USD3,96 miliar. Surplus ini bahkan jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi Januari dan Februari 2020 yang pada waktu itu surplus USD1,88 juta.

Kepala BPS Suhariyanto mengemukakan, tren mulai menggeliatnya perekonomian, khususnya pada sektor industri dan investasi. Hal itu, kata Suhariyanto, dilihat dari kinerja ekspor dan impor pada Februari 2021. “Ekspor berasal dari seluruh sektor. Impor juga naik, terutama bahan baku dan barang modal. Saya bisa katakan geliat berbagai sektor dan investasi di dalam negeri mulai bergerak. Perekonomian yang membaik juga didorong program vaksinasi yang masif oleh pemerintah,” ujarnya, dalam konferensi pers virtual, Senin, (15/3/2021).

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi juga mengungkap hal senada. Pemerintah, tuturnya, telah memprediksi sejumlah industri akan bergeliat dan menambah impor, seperti industri otomotif yang berpeluang menambah impor bahan baku untuk mengantisipasi naiknya permintaan, seiring dengan relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) yang mulai berlaku awal Maret. “Dengan dihapuskannya PPnBM untuk otomotif, ini akan ada peningkatan impor barang baku atau penolong untuk memastikan stok otomotif tahun ini bisa lebih baik daripada tahun lalu,” ujarnya, Senin (15/3/2021).

 

Impor Mesin Naik

Impor golongan mesin dan perlengkapan elektrik tercatat naik secara tahunan dari USD1,24 miliar pada Februari 2020 menjadi USD1,89 miliar pada Februari 2021. Impor golongan ini pun menjadi penyumbang kenaikan bulanan terbesar dibandingkan Januari 2021, dengan tambahan sebesar USD172,8 miliar. Kondisi itupun diharapkan merembet ke kinerja ekspor manufaktur Indonesia.

Melihat tren itu, Lutfi mengharapkan, ekspor otomotif tahun ini bisa bertambah USD3 miliar—USD4 miliar dibandingkan dengan realisasi sepanjang 2020 yang hanya USD6,6 miliar atau minus 19,37 persen secara tahunan. Pelaku manufaktur pun menyambut gembira sinyal positif dari aktivitas manufaktur. Konsumsi di dalam negeri terhadap produk tersebut pun diperkirakan bisa tumbuh.

Faktor adanya relaksasi ternyata direspons dengan baik sehingga penjualan dan produksi otomotif bisa naik jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. Begitu juga dengan aktivitas impor bahan baku dan penolong di industri makanan dan minuman yang cenderung meningkat, terutama dengan adanya optimisme kenaikan permintaan pada Ramadan dan Idulfitri.

Tak dipungkiri, kinerja impor pada Februari 2021 telah memberikan harapan dan menjadi sinyal positif bagi pemulihan ekonomi jangka panjang. Kendati memang kenaikan 11,53 persen secara tahunan impor bahan baku dan penolong itu belum membuat aktivitas manufaktur pulih sepenuhnya.

Kenaikan impor pada Februari 2021 tetaplah menjadi fenomena menarik. Pasalnya, terjadi lebih cepat dari perkiraan. Sehingga wajar jika muncul harapan, surplus neraca perdagangan akan berlanjut sepanjang semester I/2021, bahkan hingga akhir tahun, didorong performa ekspor yang solid dari sejumlah komoditas ekspor utama lantaran pulihnya permintaan.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari