Menyikapi musibah ini, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk segera mengatasi permasalahan banjir yang melanda wilayah Jabodetabek
Usai melaksanakan sahur dan salat subuh, Selasa (4/3/2025), ratusan prajurit Korps Marinir TNI AL segera mengevakuasi masyarakat korban bencana banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bogor, dan sekitarnya. Curah hujan deras sejak Senin (3/3/3025) malam hingga pagi keesokan harinya menyebabkan banjir di sejumlah wilayah tersebut.
Seluruh personel Marinir berikut perlengkapan bergerak ke sejumlah titik membawa perahu karet, motor tempel, tangki bahan bakar, dayung alat selam, alat mountenering, HT Motorolla serta swimvest dan alat keselamatan. Mereka membantu warga yang terjebak banjir di perumahan maupun kawasan perkotaan.
Hal yang sama dilakukan puluhan prajurit Yonkav 1 Kostrad yang bergerak cepat mengevakuasi warga yang terdampak banjir di Kelurahan Pasir Gunung Selatan, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Selasa (4/3/2025).
Banjir dengan ketinggian sekitar dua meter ini terjadi akibat curah hujan tinggi yang menyebabkan Sungai Ciliwung meluap dan menggenangi pemukiman warga wilayah tersebut.
Sebanyak 34 prajurit Yonkav 1 Kostrad diterjunkan untuk mengevakuasi warga serta hewan ternak mereka. Proses evakuasi dilakukan dengan menggunakan pelampung ban guna memastikan keselamatan para korban.
Selain melakukan evakuasi, Yonkav 1 Kostrad juga mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap kemungkinan meningkatnya ketinggian air. Warga diharapkan mematuhi instruksi petugas dan segera mengungsi ke tempat yang lebih aman jika kondisi memburuk.
Kesigapan prajurit TNI tersebut menunjukkan negara cepat hadir di tengah situasi bencana yang dialami masyarakat. Pemerintah daerah juga cepat menurunkan petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, Damkar, Dinkes, Dinsos, Damkar, Dinas PU serta dukungan dari Satpol PP, Polri, Dishub hingga PMI. Mereka bertindak mulai dari evakuasi masyarakat korban banjir, pengendalian pintu air, pemasangan pompa air hingga pengerukan lumpur.
Banjir di wilayah Jabodetabek kali ini memang luar biasa mengingatkan bencana serupa di tahun 2020. Hujan deras dengan curah tinggi di Puncak membuat Tanggul Kali Bekasi tak mampu menahan luapan air bah dan Sungai Ciliwung pun turut meluber. Menggenangi sejumlah daerah di Kota Bekasi, Depok, Pasar Minggu, hingga Jatinegara. Banjir besar ini seperti sebuah siklus yang terjadi setiap lima tahun. Era 2000 ini sudah terjadi banjir besar di sekitar Jakarta setiap awal tahun pada 2002, 2007, 2012, 2017, 2020, dan sekarang tahun ini. Air bah juga pernah menerjang kawasan Jakarta dan sekitarnya pada awal 2013 (kelanjutan dari banjir akhir 2012), 2015, dan 2015.
Korban terdampak air bah itu sudah mencapai ratusan ribu orang terpaksa mengungsi. Kerugian harta benda diperkirakan bisa mencapai ratusan miliaran rupiah terdiri dari kerusakan rumah, gedung, peralatan rumah tangga, motor, mobil, dan fasilitas publik.
Data dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada Rabu (6/3/2025) sampai pukul 16.00 WIB tercatat total jumlah korban terdampak banjir di wilayah Jabodetabek. Rinciannya, Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi, Jawa Barat 122.553 penduduk terdampak, dengan 25.065 orang mengungsi; Kabupaten Bogor, Jawa Barat, satu korban jiwa, 1.290 penduduk terdampak, dan DKI Jakarta 4.247 penduduk terdampak, satu korban jiwa. Adapun di Tangerang Selatan 1.870 rumah terdampak banjir.
Menyikapi musibah ini, Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk segera mengatasi permasalahan banjir yang melanda wilayah Jabodetabek. Instruksi ini disampaikan Prabowo saat acara taklimat dan buka bersama Kabinet Merah Putih di Istana.
"Presiden juga bilang tadi bahwa ada beberapa daerah yang sekarang mengalami kebanjiran dan sudah koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana untuk segera ditangani," ujar Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (4/3/2025).
Adapun, pemerintah terus bergerak cepat menangani dampak banjir di Kota Bekasi dan sekitarnya, seperti menyalurkan bantuan untuk kebutuhan darurat hingga mulai menjalankan langkah-langkah rehabilitasi wilayah terdampak agar masyarakat bisa kembali beraktivitas.
"Kami juga mulai masuk ke tahap rehabilitasi, terutama infrastruktur-infrastruktur layanan publik seperti jembatan yang putus, sekolah yang tidak bisa dimanfaatkan. Semua itu harus segera dipulihkan," ujar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno di Jakarta, Kamis (6/3/2025).
Menko Pratikno menegaskan upaya pemulihan dilakukan secara menyeluruh mulai dari penyaluran bantuan, perbaikan infrastruktur, hingga langkah mitigasi untuk mencegah bencana serupa terjadi di masa depan.
Sebagai bentuk dukungan penanganan bencana, pemerintah menyalurkan bantuan Dana Siap Pakai (DSP) senilai Rp1,4 miliar. Bantuan tersebut mencakup paket sembako, makanan siap saji, air mineral, telur, minyak goreng, hygiene kit, selimut, matras, kasur lipat, terpal, perahu karet, serta perahu polietiline.
Selain itu, pemerintah juga mengalokasikan dana operasional sebesar Rp200 juta untuk mendukung upaya tanggap darurat di lapangan.
Di sisi lain pemerintah juga telah berhasil melanjutkan operasi modifikasi cuaca yang telah dilakukan sebelumnya untuk mengurangi curah hujan di wilayah terdampak. Langkah modifikasi cuaca ini telah mencegah intensitas hujan semakin tinggi dan memperparah kondisi banjir di Bekasi serta wilayah sekitarnya.
Selain fokus pada penanganan bencana saat ini, kata dia, pemerintah juga telah menyusun strategi mitigasi untuk mencegah kejadian serupa pada masa depan.
Menko PMK mengungkapkan koordinasi dengan Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan sudah dilakukan sejak awal guna merancang infrastruktur yang lebih tahan terhadap bencana.
Modifikasi Cuaca
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) yang dilakukan untuk mengurangi risiko bencana hidrometeorologi didasarkan pada data dan analisis atmosfer yang akurat. Operasi ini dilakukan 24 jam bekerja sama dengan BNPB dan TNI AU dalam pelaksanaan OMC.
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, mengungkapkan bahwa OMC telah dilakukan sejak 5 Maret dan direncanakan berlangsung hingga 8 Maret 2025 atau menyesuaikan dengan perkembangan prediksi cuaca terbaru.
Operasi itu berfokus pada pengurangan curah hujan di daerah tangkapan air Sungai Ciliwung dan Cisadane, mulai dari Bogor sebagai hulu hingga Jakarta dan Bekasi sebagai hilir.
Dalam operasi modifikasi cuaca yang dilakukan pada Rabu (5/3/2025) dari Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, berhasil mencegah hujan. Sebanyak empat ton Natrium Chlorida (NaCl) dan dua ton Kalsium Oksida (CaO) disemai di langit Jawa Barat dengan enam kali penerbangan (sorti) Pesawat Cessna Caravan.
Rinciannya, Sorti 1 dilakukan di wilayah perairan utara Jawa Barat, Sorti 2 di wilayah utara Bekasi, Sorti 3 di wilayah Bekasi, Sorti 4 di wilayah Bekasi dan Karawang, Sorti 5 di wilayah pesisir Karawang sampai Pamanukan, dan Sorti 6 di wilayah Jatiluhur dan area Bandung.
"Awan-awan yang berpotensi membawa hujan deras dihujankan lebih awal di atas laut sebelum mencapai daratan. Sementara itu, awan yang berkembang di daratan disemai agar pertumbuhannya terganggu sehingga curah hujannya berkurang," jelas Deputi BMKG Tri Handoko Seto.
Menurutnya, pengalaman sebelumnya menunjukkan bahwa OMC mampu mengurangi curah hujan sebesar 30-60 persen pada awan hujan yang cukup masif. Dengan demikian, diharapkan risiko banjir di wilayah terdampak dapat ditekan.
BMKG juga berpesan agar masyarakat Jabodetabek selalu mengecek perkembangan mutakhir tentang cuaca dari kanal-kanal resmi BMKG di media sosial, situs maupun dari aplikasi InfoBMKG karena masih ada ancaman hujan lebat pada tanggal 11 Maret hingga 20 Maret 2025.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Untung Sutomo