Dorna Sport pemilik hak ekslusif penyelenggara MotorGP resmi mengumumkan Indonesia menjadi penyelenggara balapan motor gede 800cc 4 tak tersebut mulai 2021. Lokasi balapan pun sudah ditetapkan, yakni Sirkuit Mandalika, Pulau Lombok.
Pemilihan Mandalika sebagai lokasi kegiatan MotorGP di Indonesia tentu sangat mengejutkan dan di luar dugaan masyarakat. Apalagi, wacana Indonesia sebagai penyelenggara balapan MotorGP sudah cukup lama, dan yang digadang-gadang sebagai lokasinya adalah Sentul atau Palembang, yang secara infrastruktur sudah siap.
Bisa jadi Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), atau PT Pengembangan Pariwisata Indonesia punya pertimbangan lain ketika memilih kawasan wisata Mandalika sebagai arena balapan motor kelas dunia. ITDC sendiri merupakan BUMN yang memegang hak tanah atas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Proses kesepakatan antara Dorna Sport dan ITDC sebenarnya tidak mudah dan berliku. Namun, kedua belah pihaknya akhirnya bisa mencapai kesepakatan untuk gelaran MotorGP dan Motul FIM Superbike World Championship pada 28 Januari 2019.
Penandatanganan dilakukan antara Carmelo Ezpeleta, CEO Dorna Sport, dan Abdulbar M Mansoer, selaku Direktur Utama ITDC, di kantor Dorna di Madrid, Spanyol. Turut menyaksikan penandatanganan itu, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Spanyol Hermono.
Perlu diketahui, Indonesia sebenarnya bukan tidak pernah menyelenggarakan kegiatan internasional motor sport tersebut. Gelaran MotorGP pertama di Indonesia terjadi pada 1997, atau 22 tahun silam di Sirkuit Sentul.
Ketika itu, kelas MotoGP masih berformat 500cc. Juara dunia sembilan kali Valentino Rossi tampil sebagai pemenang kelas 125cc, Max Biaggi memenangi kelas 250cc, sedangkan kelas tertinggi dimenangi Tadayuki Okada asal Jepang.
Sirkuit Jalan Raya
Berbeda dengan sirkuit Sentul, perhelatan MotorGP dan Superbike di sirkuit Mandalika akan mengusung konsep sirkuit jalan raya seperti balap Formula 1 yang digelar di Monaco dan Singapura. Sirkuit Mandalika akan memiliki lintasan sepanjang 4,32 kilometer dengan 18 tikungan dan hanya satu lintasan lurus.
Untuk sarana penunjang, Sirkuit Mandalika akan dibangun area paddock dengan 40 garasi untuk operasional tim-tim peserta dan memiliki kapasitas 93.200 tempat duduk bagi penonton dan bisa diperluas hingga 300.000 penonton.
Sirkuit ini menjadi bagian yang terintegrasi dengan distrik sport and entertainment seluas 131 hektare di zona tengah Mandalika. Tak tanggung-tanggung, IDTC menggandeng Vinci Contruction Project, anak usaha Vinci asal Prancis untuk membangun kawasan sport and entertainment KEK Mandalika.
Badan jalan KEK Mandalika bersama sirkuit jalan raya diharapkan tuntas pada Juni 2020. “Kami siapkan dana Rp3,1 triliun untuk pembangunan infrastuktur pariwisata termasuk fasilitas sirkuit di KEK Mandalika. Dana itu berasal dari Asian Infrastructure Investment Bank,” kata Dirut IDTC Abdulbar M Mansoer, dalam siaran persnya, Sabtu (23/2/2019).
Bagaimana ITDC membayar ke Dorna Sport untuk bisa memperoleh hak penyelenggaraan balapan MotorGP dan Superbike di Indonesia? Dana yang harus dirogoh oleh ITDC tidaklah kecil, mereka harus memberikan fee kepada Dorna sebesar 9 juta euro, atau setara dengan Rp142,7 miliar per tahun.
Atau total Rp713,5 miliar bila berkontrak selama lima musim. "Itu biaya penyelenggaraan termasuk licence, copyright. Kita tahunya sudah beres. Mereka datangkan timnya sendiri," tutur Abdulbar.
Dorna Sport adalah organisasi penyelenggara balapan MotorGP yang bermarkas di Madrid, Spanyol. Tokoh di balik Dorna adalah Carmelo Ezpeleta, pria berusia 74 tahun. Espeleta bukanlah seorang mantan pembalap motor professional yang kemudian terjun di bisnis balapan.
Ezpeleta hanyalah seorang mantan pembalap amatir ketika muda. Dorna Sport saat ini mengelola balapan MotorGP, Motul World SBK, Fim CEV Repsol, Idemitsu Asia Talent Cup, RedBull MotorGP.
Khusus MotorGP tahun ini, Dorna Sport sudah merilis 19 lokasi yang sudah dijadwalkan untuk dilombakan di seluruh dunia. Di Asia ada Losai International Circuit, GP Qatar, Changi International Circuit Thailand, Twin Ring Motegi GP Jepang, Sepang International Circuit Malaysia.
Terlepas dari semua itu, diterimanya aplikasi Indonesia sebagai penyelenggara balapan MotorGP dan Superbike tentu menjadi kabar gembira bagi penggemar balapan motor besar tersebut. Meski untuk bisa menyaksikan tontonan ini secara langsung, mereka masih harus bersabar karena baru terselenggara dua tahun lagi.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa sebenarnya manfaat bagi negara ini dengan menyelenggarakan balapan MotorGP dan Superbike? Ada satu penelitian yang dilakukan Bank Dunia. Dalam penelitian itu disebutkan, satu negara akan memperoleh manfaat ekonomi dari penyelenggaraan kegiatan keolahragaan berskala internasional.
Manfaat itu berupa tumbuhnya ekonomi lokal dari pengeluaran turis, pengembangan ekonomi wilayah, meningkatnya fasilitas infrastruktur, meningkatnya kualitas standar layanan baik akomodasi, fasilitas bisnis, serta juga meningkatnya kualitas standard hidup penduduk lokal.
Bisa jadi langkah ITDC menggandeng Dorna Sport untuk menyelenggarakan balapan MotorGP dan Superbike adalah cara cepat untuk mendongkrak reputasi KEK Mandalika di dunia internasional, terutama dari aspek pariwisatanya.
Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata pun menyadari potensi segmen sport tourism yang masih perlu lebih digalakkan di Indonesia. Menurut data UNWTO, pertumbuhan sport tourism mencapai 6% per tahun atau senilai US$600 miliar per tahun. Tidak itu saja, sport tourism memberikan kontribusi 25% dari total penerimaan industri wisata.
Wajar saja, Kementerian Pariwisata kini cukup gencar mendorong tumbuhnya sport tourism, apalagi potensi sektor ini tidak lagi bisa dilihat sebelah mata. Pasalnya, sektor pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang memberikan sumbangan devisa bagi satu negara di era globalisasi. (F-1)