Indonesia.go.id - Jaringan Broadband Indonesia Semakin Moncer

Jaringan Broadband Indonesia Semakin Moncer

  • Administrator
  • Senin, 4 Maret 2019 | 09:08 WIB
SATELIT NUSANTARA-1
  Peluncuran Satelit Nusantara-1. Sumber foto: Spacex

PSN, pemilik Satelit Nusantara-1, baru saja memenangkan tender leased transponder HTS dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika.

Satelit milik Indonesia yang mengudara di orbit kembali bertambah. Kali ini,  satelit yang diluncurkan bernama Nusantara-1, milik PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).  Nusantara-1 semakin menunjukkan eksistensi di dunia persatelitan global.

Satelit Nusantara–1 telah meluncur dari Cape Canaveral, Amerika Serikat, Jumat (22/2/2019) pukul 08.45, waktu setempat, dengan menggunakan roket peluncur Falcon-9 dari Space-X. Satelit Nusantara-1 merupakan satelit broadband pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan kapasitas bandwidth yang lebih besar.

Satelit milik PSN memiliki kapasitas 26 transponder C-Band dan 12 transponder Extender C-Band. Selain itu, satelit ini memiliki 8 Spot Beam KU-Band yang mencakup seluruh Indonesia yang terdiri dari delapan Spot Beam di sistem HTS.

Satelit itu memiliki kapasitas bandwith sebanyak 15 Gbps dengan berat 4.100 Kg. Berat Satelit Nusantara-1 sudah jauh berbeda dengan Satelit Sputnik milik Uni Soviet, satelit pertama di dunia yang mengudara di orbit 4 Oktober 1957, yang hanya memiliki berat 83 Kg.

Satelit yang diproduksi Space System Loral ini menggunakan platform SSL – 1300-140 dan sanggup mengorbit selama 15 tahun lebih. PSN harus merogoh kocek USD250 juta atau setara dengan Rp3,5 triliun.

Selain itu, biaya untuk transportasi Nusantara-1 USD60 juta, atau Rp843 miliar. “Karena hanya memiliki berat 4.100 kg dengan menggunakan teknologi Next Generation Electric Propulsiun, satelit itu menjadi ringan sehingga bisa menekan biaya angkut,” kata Dirut PSN Adi Rahman Adiwoso, dalam keterangan resminya di situs PSN.

Meski baru saja meluncur, Satelit Nusantara-1 sudah memiliki pasar. Mereka baru saja memenangkan tender leased transponder HTS dari Bakti (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan informatika) perusahaan yang didirikan sebagai badan layanan umum Kementerian Komunikasi dan Informatika.

PSN bersama Konsorsium iForte, PT Indo Pratama Teleglobal, PT Aplikasi Lintasarta, Telkom meraih kontrak selama lima tahun untuk mendukung infrastruktur broadband di negara ini. Namun, berbeda dengan perusahaan lainnya yang harus menyewa satelit, PSN menggunakan Satelit Nusantara-1 untuk memenuhi kebutuhan Bakti.

Dalam konteks bisnis satelit, menurut laporan yang dirilis Sattelite Industry Association (SIA), misi misi satelit dibagi dalam empat bagian: telekomunikasi, observasi bumi, sains, dan keamanan nasional. Saat ini, sebanyak 1.300 satelit mengudara di orbit bumi.

Dari total satelit itu, Indonesia telah mengudarakan sebanyak 25 satelit. Satelit pertama Indonesia yang mengudara ke orbit adalah Satelit Palapa A1 yang meluncur pada 8 Juli 1976 dari Kennedy Space Center, Tanjung Canaveral, Amerika Serikat, kemudian dilepas di atas Samudera Hindia pada 83 derajat Bujur Timur (BT).

Sisakan 7 Satelit

Dari total 25 satelit itu, karena keterbatasan masa edarnya, kini tinggal menyisakan tujuh satelit yang masih beredar di orbit angkasa, baik dari swasta,  BRI, Telkom, dan Lapan.

Telkom masih mengoperasikan tiga satelit, yaitu Telkom-2, Telkom-3S, Telkom-4 (Merah Putih). Sementara pemain lokal lain yang bermain di bisnis satelit lainnya adalah Media Citra Indostar (Indostar-2), Grup Lippo (Lippostar-1), dan Bank BRI (BRIsat).

Berkaitan dengan Satelit Nusantara-1, satelit itu merupakan satelit berteknologi HTS dan menjadi satelit broadband pertama Indonesia. Khusus untuk satelit ini nantinya akan mendukung produk Ubiqu dan Sinyalku milik PSN.

Selain itu, Nusantara-1 sudah meraih kontrak sewa satelit dari Bakti untuk menyediakan kapasitas broadband di Indonesia. Bakti menyewa 60% kapasitas broadband Nusantara -1. Kontrak yang diraih PSN dari Bakti selama lima tahun. Sisanya digunakan untuk mendukung layanan Internet milik perusahaan satelit tersebut.

Suksesnya peluncuran satelit Nusantara-1 sangat diapresiasi oleh pemerintah. “Saya ucapkan terima kasih dan selamat kepada Pak Adiwoso [dirut PSN] atas suksesnya peluncuran satelit itu,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, dalam perbincangannya dengan Dirut PSN Adi Rahman Adiwoso melalui telepon yang disaksikan penulis, Kamis malam (28/2/2019).

Namun, PSN tetap harus bekerja keras untuk mencari pasar satelit itu setelah masa sewa Bakti selesai lima tahun kemudian karena pemerintah berencana meluncurkan sendiri satelit HTS bernama Satria. “Nantinya, satelit Satria itu semuanya berbasiskan HTS,” kata Rudiantara.

Menkominfo menambahkan pemerintah melalui Bakti akan menentukan siapa konsorsium Satelit Satria itu pada kuartal pertama. Diharapkan satelit itu sudah bisa meluncur pada 2022. “Kami sudah menyiapkannya selama dua tahun ini, dan siap meluncur pada 2022. Jadi yang namanya sekolah, puskesmas itu bisa lebih cepat dihubungkan dengan broadband," katanya.

Untuk informasi, teknologi HTS memang baru di Indonesia. Melalui infrastruktur berbasis satelit HTS itu akan semakin melengkapi infrastruktur broadband berbasis serat optik Palapa Ring yang telah digelar oleh pemerintah.

Dengan segera tuntasnya infrastruktur Palapa Ring yang didukung oleh satelit HTS milik PSN, negara ini akan semakin terkoneksi dengan jaringan broadband berkecepatan tinggi sehingga semakin mendorong tumbuhnya bisnis berbasis digital sebagai penopang pertumbuhan ekonomi baru Indonesia. (F-1)