Dua belas kali juara umum, alias empat kali hattrick! Prestasi itulah yang ditorehkan Kontingen TNI-AD dalam arena bergengsi AASAM (Australian Army Skills at Arms Meeting) di Puckapunyal Military Range, negara bagian Victoria, Australia. Pada ajang AASAM terbaru 26 Maret-2 April 2019, Tim TNI-AD berhasil meraih prestasi tertinggi, dengan memboyong 21 medali emas, 14 perak, dan 10 perunggu.
Arena Ksatrian Puckapunyal di Victoria itu bukanlah medan yang enteng. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, arena ini dihadiri para jago tembak Korps Army dari berbagai negara. Selain Australia sebagai tuan rumah, ada kontingen dari Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Timor Leste, sejumlah negara Timur Tengah, dan Afrika. Seluruhnya 20 negara. Turmanen tahunan ini digelar setiap awal musim gugur.
Penembak TNI-AD selalu diperhitungkan di setiap nomor lomba mengingat reputasinya yang selalu merajai ajang turnamen tahunan yang dihelat Korps Angkatan Darat Australia itu. Tahun 2018, dari 73 nomor yang dilombakan, Kontingen Merah Putih memborong 36 medali emas, meningkat dari tahun sebelumnya yang meraih 28 medali emas.
Bahwa tahun 2019 ini, TNI-AD “hanya” meraih 21 emas tidak berarti kemampuan para jago tembak TNI-AD itu menyurut. ‘’Itu menunjukkan bahwa ajang kejuaraan itu sangat kompetitif, dan delegasi kita telah menunjukkan kemampuan terbaiknya,’’ ujar Kepala Dinas Penerangan TNI-AD Brigjen Candra Wijaya. Toh, belum ada tim lain yang mengungguli Korps Merah Putih.
Pada nomor pada Match Championship 104 yang hanya diikuti 20 petembak terbaik, Tim TNI-AD mengirim lima peserta. Hasilnya, juara 1, 2, dan 3, diborong prajurit TNI, berturut-turut atas nama Sersan Satu (Sertu) Woli, Sertu Misran, dan Kopral Dua (Kopda) Arifin. Pada nomor bergengsi lainnya One Shot Two Kills di ajang yang sama tahun lalu, dua penembak runduk (sniper) Kopassus Sersan Kepala (Serka) Yuda Irawan dan Serka Novian Budiyanto meraih gelar terbaik.
Keberhasilan itu tentu disambut dengan rasa suka-cita oleh keluarga besar TNI. ‘’Prestasi ini bukan hanya untuk TNI, melainkan juga dipersembahkan untuk kehormatan dan kebanggaan bangsa dan rakyat Indonesia,’’ kata Brigjen Candra Wijaya.
Arena AASAM itu sendiri adalah ajang terhormat. Digelar di Puckapunyal, 100 km di sebelah Utara Kota Melbourne, kamp militer itu merupakan pusat pelatihan militer modern pertama di Australia. Dibangun menjelang Perang Dunia I, Ksatrian Puckapunyal itu terus sesuai dengan perkembangan teknologi militer. Kini, kamp yang luasnya lebih dari 200 km2 (termasuk areal hutan untuk latihan) itu menjadi pusat pelatihan infanteri, artileri, dan kavaleri Angkatan Darat Australia.
Singleton adalah kota kecil di kawasan Puckaunyal yang melayani daerah militer tersebut. Di kota kecil yang penghuninya sebagian besar adalah anggota AD Australia itulah turnamen AASAM mulai digelar 1984, 35 tahun silam. Di situ diperlombakan kemahiran menembak dengan pistol, senapan ringan, senapan mesin, dan senapan runduk dengan segala variasinya.
https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1554442674_Lettu_Poltak_Siahaan_Kostrad.jpeg" style="height:393px; width:700px" />Lettu Poltak Siahaan Kostrad. Sumber foto: Istimewa
TNI-AD sendiri baru mengirimkan delegasi sekak 1997, dan langsung saja menyodok ke papan atas. Bahkan, sejak 12 tahun lalu prestasi prajurit Indonesia di arena kompetisi itu sulit ditandingi. Tidak hanya mencatat keberhasilan menjadi juara umum 12 kali berturut-turut, tanpa jeda, Tim TNI juga mengukir nama legenda hidup Letnan Poltak.
Bertugas di Markas Divisi I Kostrad Cilodong, Depok, Jawa Barat, Letnan Satu (Lettu) Poltak Siahaan, 44 tahun, seperti menjadi adalah anggota tetap Kontingen TNI-AD. Letnan Poltak terjun sejak 2008 ke arena Singleton Puckapunyal dan telah meraih belasan medali emas. Puncaknya pada 2016, Poltak Siahaan meraih enam medali emas di nomor perseorangan. Spesialisasinya senapan ringan (rifle). Jarak pendek (25-100 meter) atau jarak jauh (450 meter), semua dilalapnya.
Perwira tempur Kostrad kelahiran Tapanuli Utara itu juga terus memperkuat Tim TNI-AD hingga kini. Pada ajang AASAM 2018, dia masih menjuarai nomor perorangan Long Range Deliberate 450 m, Close Quarter Practice 25-100 meter, dan membawa timnya menang di nomor 25-100 meter. Pada ajang ASAAM 2019, ia juga tampil perkasa.
Selama 10 kali ikut di kejuaraan di Singleton ini, Letnan Poltak terpilih sebagai the best of the best sebanyak empat kali. Ia masih mampu tampil sampai beberapa tahun ke depan. Kalaupun Lettu Poltak harus mundur kelak karena usia, para juniornya telah siap mengambil alih tanggung jawab. Prestasi mereka juga tidak kalah mentereng. Di antaranya adalah Serda Wolly Hamsan, yang meraih sembilan medali emas di arena ASAAM 2016. Di luar kedua nama besar tersebut masih ada Letnan Heriansyah, Sersan Adi Setianto, Kopral Rusli, dan seterusnya.
Prestasi para prajurit Indonesia itu tidak saja membuat nama TNI harum dan disegani. Kemampuan mereka mengerek reputasi produksi persenjataan Indonesia dari PT Pindad Indonesia. Lettu Poltak dan kawan-kawan menggunakan pistol, senapan ringan, senapan mesin dan munisi (peluru) buatan PT Pindad Bandung.
Untuk pistol, PT Pindad punya produk unggulan G2 Elite kaliber 9 mm. Senapan serbu (SS) andalan PT Pindad adalah SS-2 V-1, V-2, V-3, hingga V-4, yang berbeda menurut penggunaannya. Sementara itu untuk senapan runduk ada SPR-3 (kaliber 7,62 mm) dan SPR-3 kaliber 12,7 mm. Pindad juga punya produk senapan mesin ampuh SM2 V-1 (7,62 mm) dan SMB-1 kaliber 12,7 mm.
Seperti reputasi prajurit TNI, produk senata Indonesia itu juga mulai mendunia. (P-1)