Arus mudik lebaran 2019 lintas Jawa-Sumatra lewat jalur darat berjalan lancar. Tak ada lagi antrian panjang untuk masuk ke pelataran Pelabuhan Merak, Banten.
Sejak hari H-7, arus penumpang dan kendaraan bermotor yang makin meningkat itu bisa mengalir tertib ke tujuh darmaga yang dilayani oleh sekitar 70 unit kapal Ro-Ro (Roll-on/Roll-off). Semuanya bekerja 24 jam per hari.
Jumlah penumpang dan kendaraan yang menyeberangi Selat Sunda itu melonjak cukup tajam. Pada hari H-7 hingga H-0, tercatat 100.470 unit mobil (berbagai jenis) yang diangkut oleh kapal-kapal Ro-Ro itu. Ada kenaikan sekitar 9% dari 2018.
Jumlah orang yang melintaspun mencapai 903 ribu sedangkan sepeda motor mencapai 83.000 lebih, ada kenaikan masing-masing 12 dan 7%. Tak heran bila jalur penyeberangan Merak-Bakauheni itu termasuk yang paling sibuk di Asia.
Jalur penyeberangan Merak-Bakauheni bukan lagi leher botol sempit yang menjadi titik kritis dalam perjalanan darat Jawa-Sumatra atau sebaliknya. Di Merak maupun Bakauheni masing-masing ada tujuh darmaga yang beroperasi, salah satunya memberikan pelayanan VIP dengan gedung terminal megah berlantai tiga yang sejuk ber-AC lengkap dengan eskalator penghubung antarlantai. Interior gedung baru itu sekelas dengan yang di bandar-bandar udara besar.
Terminal baru itu dioperasikan awal 2019. Dua bangunan baru (di Bandar Merak dan Bakauheni) berkelas eksekutif ini boleh disebut yang paling megah di Indonesia. Seperti pelabuhan penyeberangan lainnya di Indonesia, pelabuhan Merak dan segala fasilitasnya itu dikelola oleh PT ASDP (Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan). Secara publik perusahaan negara ini sering disebut PT ASDP Indonesia Ferry.
Pelabuhan Merak yang dibangun 1912 sejak mula memang dimaksudkan sebagai sarana untuk menghubungkan Jawa dan Sumatra. Pemerintah Kolonial Belanda ketika itu merasa perlu membangun konektivitas jalur kereta api yang sudah dibangun dari Palembang ke Tanjung Karang (Bandar Lampung) ke ruas Merak-Batavia (Jakarta). Pelayaran Merak - Tanjung Karang pun dimulai secara reguler. Jalur pelayaran Tanjung Karang – Merak itu berlangsung hingga 1980.
Pembangunan Pelabuhan Bakauheni, yang tahap pertamanya selesai tahun 1981, mengubah alur transportasi penyeberangan. Pelabuhan Tanjung Karang mulai ditinggalkan dan kapal penumpang model lama berganti dengan kapal feri yang memiliki palka besar untuk mengakomodasikan truk-truk, bus dan mobil pribadi. Kapal feri inilah yang melayani jalur baru Merak-Bakauheni ulang-alik.
Belakangan, kapal feri yang beroperasi di lintas Merak-Bakauhuni ini umumnya tipe Ro-Ro dengan ciri khas dek dan kabin penumpang yang luas. Di bawah dek penumpang terdapat palka luas tempat deretan mobil dan kendaraan bermotor lainnya diangkut. Sebagaimana umumnya feri, Ro-Roro ini pun dirancang untuk pelayaran jarak pendek.
Kondisi alam di Selat Sunda tak terlalu menyulitkan untuk membangun pelabuhan di kedua sisinya. Pantai di situ cukup dalam dengan tingkat pelumpuran yang relatif terkendali.
Ro-Ro Besar
Sesuai kebutuhan, rute Merak-Bakauheni itu kini dilayani Ro-Ro ukuran besar, dan umumnya di atas 5.000 ton. Ro-Ro ukuran kecil diminta pindah lain rute. Kapal roll in/roll off ini memiliki pintu hidrolis di ujung haluan dan buritan. Dengan begitu, manuver kapal untuk merapat ke earmaga dapat lebih cepat dan segera pula menurunkan segala muatannya. Jarak sekitar 34 km ditempuh dalam waktu rata-rata dua jam bila dengan feri reguler dan 1 jam 20 menit dengan Ro-Ro kelas eksekutif.
https://indonesia.go.id/assets/img/assets/1560220540_antarafoto_merak_padat_300519_af(6).jpg" />Para pemudik yang akan menyeberang ke Sumatera antre memasuki kapal roro di Pelabuhan Merak, Banten, Kamis (30/5/2019). Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Saat ini ada tujuh dermaga yang dibangun baik di sisi Merak maupundi Bakauheni. Secara reguler tiga dermaga beroperasi setiap hari ditambah satu dermaga eksekutif. Ketiga dermaga itu masing-masing bisa disandari oleh dua unit feri. Tiga lainnya sebagai dermaga cadangan yang dioperasikan di hari lebaran, akhir pekan, hari besar, atau long weekend.
Dermaga I Merak dibangun pada zaman kolonial dan telah dipugar beberapa kali hingga kini masih berfungsi. Di seberangnya, Dermaga I Bakauheni selesai 1981. Dalam perkembangannya, Dermaga II dibangun berbarengan dengan Dermaga II Bakauheni tahun 1988. Sepuluh tahun berikutnya hadir pula sepasang dermaga lagi, yang kini disebut Dermaga IV.
Arus penyeberangan manusia dan barang terus meningkat. Maka, dermaga berikutnya dikebun dan selesai di tahun 2001 yang kini disebut Dermaga III. Tentu, setiap kali ada penambahan dermaga di Merak, dibangun pula dermaga baru sebagai pasangannya di Bakauheni.
Pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Merak dan Bakauheni ada penambahan dermaga baru (Dermaga IV). Sedangkan pada Pemerintahan Jokowi-JK ada dua penambahan dermaga, yakni VI pada 2015 dan Dermaga VII (eksekutif) pada akhir 2018. Terminal dan darmaga eksekutif juga dibangun di Bakauheni sebagai counterpart-nya.
Untuk melengkapi dermaga baru kelas ekskutif dengan feri cepat itu, PT ASDP Indonesia Ferry tidak ragu menginvestasikan Rp450 miliar untuk sepasang terminal megah di Merak dan Bakauheni itu. Permintaan atas jasa penyeberangan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, kunci sukses pelayanan penyeberangan Merak-Bakauheni dan sebaliknya itu, tidak hanya pada terminal yang megah, dermaga yang kokoh dan feri-feri besar. Perlu kerja sama dengan banyak fihak untuk mengatur agar arus orang dan barang yang akan menyeberang itu bisa diatur lebih landai, tidak seperti air bah yang sekali membanjir lalu enggan mengalir. (P-1)