Beberapa waktu lalu wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri perhelatan 1000 star-up yang digelar Kementerian Kominfo. Indonesia yang luas dan jumlah penduduk besar memang sangat subur untuk berkembangnya perusahaan rintisan berbasis teknologi. Apalagi pemerintah sudah sukses menggelar backbone internet dari ujung barat sampai ujung timur Indonesia.
Akses internet yang semakin cepat akan memberikan dorongan untuk layanan digital. Tingkat keterlibatan masyarakat pada aplikasi digital juga semakin tinggi. Data menyatakan bahwa netizen Indonesia paling ramai dalam menggunakan media sosial.
Whatsapps yang tadinya hanya aplikasi chat sekarang sedang mencobakan sebuah aplikasi pembayaran yang disebut Whatsapps Payment. Melalui aplikasi ini, orang bisa melakukan transaksi dengan lebih cepat. Tentu saja dalam prakteknya harus mengandeng pihak lain yang merupakan aplikasi sistem pembayaran seperti Gopay, OVO atau Dana.
Proyek pertama Whatsapps akan dimulai di Indonesia. Jika sukses, kabarnya, aplikasi ini akan menjadi platform awal untuk dilebarkan ke seluruh Asia. Dengan semakin mudahnya masyarakat melakukan transaksi, akan semakin mantap juga berkembangan bisnis berbasis digital. Wajar saja jika diantara perusahaan rintitsan di Asia Tenggara, Indonesia memiliki paling banyak unicorn bahkan kini telah berkembang menjadi Detacorn.
Unicorn sendiri adalah perusahaan rintisan yang valuasinya mencapai lebih dari satu miliar dolar AS. Sementara Decacorn valuasinya mencapai 10 miliar dolar AS. Gojek, Traveloka, Bukalapak, dan Tokopedia adalah perusahaan sekelas Decacorn yang dikembangkan oleh putra asli Indonesia.
Melihat potensi yang besar ini, berbagai lembaga pembiayaan berlomba menyuntikkan modalnya ke berbagai perusahaan rintisan. Mereka mengikuti langkah Softbank yang sudah menanamkan lebih dari Rp28 triliun dananya disini melalui aplikasi Grab.
Salah satu yang menerima suntikan permodalam adalah aplikasi fintech Uang Teman yang bergerak dibidang pinjam meminjam. Jumlahnya mencapai USD10 juta atau sekitar Rp114 miliar lebih. Dengan adanya tambahan modal ini, UangTeman berencana mengakuisisi perusahaan sejenis. Perolehan dana segar ini merupakan bagian dari putaran pendanaan seri B, yang bakal ditutup pada Oktober nanti. Investasi ini dipimpin oleh modal ventura asal Amerika Serikat (AS), Draper Associates, bersama dengan KDDI Open Innovation Fund dan Global Brain Jepang.
Rencananya, Spiral Ventures berpartisipasi dalam putaran pendanaan tersebut. Berdasarkan keterangan UangTeman, sejalan dengan aksi korporasi ini, pembiayaan utang perusahaan juga meningkat. Namun tidak dirinci besaran utangnya. Co-Founder sekaligus CEO UangTeman Adil Zulkifli mengatakan, perusahaannya sudah mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Dengan adanya tambahan modal ini, perusahaan berencana menggandakan pertumbuhan bisnis di Indonesia. Salah satunya, UangTeman akan menyediakan layanan pinjaman untuk usaha mikro. Hal ini sejalan dengan kebijakan OJK agar fintech pinjam-meminjam menyediakan layanan pinjaman untuk sektor produktif, minimal 20%. Selama ini, UangTeman bergerak di bidang pinjam-meminjam untuk konsumsi.
Perusahaan rintisan yang bakal mendapat suntikan dana adalah ruang guru sebagai aplikasi bimbel digital yang paling diminati siswa. Tidak tanggung-tanggung. Raksasa pembiayaan dari Jepang, Softbank khabarnya akan membantu pengembangan starup ini menjadi lebih besar. Tidak heran jika Ruangguru ditargetnya menjadi Unicorn kelima yang akan dimiliki Indonesia.
Starup lain yang ditenggarai akan menjadi unicorn baru adalah OVO. OVO merupakan starup mobile payment dan dompet digital yang didirikan oleh PT Visionet Internasiuonal yang juga terafiliasi dengan group Lippo. Saat ini OVO menjadi penantang Gopay dalam pasar system pembayaran. OVO cukup agresif dalam mengembangkan bisnis dengan menggandeng startup lainnya seperti bekerja sama dengan Grab, Tokopedia dan Grup Matahari. Tahun lalu OVO telah mendapatkan suntikan dana dari Tokyo Century sebesar USD120 juta.
Adalagi aplikasi lain, yaitu Akulaku. Akulaku adalah fintech yang memiliki bisnis di bidang e-commerce, peer-to-peer (P2P) lending, remitansi hingga pembayaran digital. Akulaku didirikan oleh William Li pada 2016 dan sudah beroperasi di Asia Tenggara. Saat ini sebagian saham Akulaku di miliki oleh Alibaba Group. Akulaku juga baru saja mengumumkan investasi sebesar Rp500 miliar di Bank Yudha Bhakti.
Yang ketiga adalah Blibli sebagai starup e-commerce yang didirikan pada 2011. Blibli dimiliki PT Global Digital Niaga yang merupakan anak perusahaan Djarum di bidang digital. Blibli termasuk startup yang tidak agresif kumpulkan dana dari investor menyuntik dana ke startup lain dan akuisisi. Blibli telah mengakuisisi Tiket.com, startup pemesanan tiket perjalanan dan hotel serta telah berinvestasi di Gojek.
Sepertinya Indonesia akan semakin banyak menghadirkan berbagai perusahaan rintisan ini. Jika dibandingkan dengan negara tetangga boleh dibilang pertumbuhan perusahaan digital din Indonesia termasuk paling luar biasa. Sebab itu tadi. Meski dalam soal literasi agak keteteran, tampaknya masyarakat Indonesia sudah mulai melek digital. Suksesnya gelaran akses internet berkecepatan tinggi merupakan penopang tang tidak bisa diabaikan. (E-1)