Indonesia.go.id - Indonesia Ajak Dunia Pulih dan Bangkit Lebih Kuat

Indonesia Ajak Dunia Pulih dan Bangkit Lebih Kuat

  • Administrator
  • Senin, 14 November 2022 | 14:17 WIB
G20
  Sejak 2008, forum G20 mulai mengundang kepala negara di pertemuan puncak bertema Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Dalam perkembangannya, mulai dibahas berbagai isu pembangunan secara global. Reuters Via Antara Foto
KTT akan berfokus pada tiga sektor prioritas sebagai kunci pemulihan global yakni kesehatan, ekonomi digital, dan transisi energi.

Indonesia untuk pertama kalinya memegang Presidensi G20, sebuah forum kerja sama 20 negara ekonomi utama dunia. Periode Presidensi Indonesia berlangsung selama satu tahun, dimulai dari 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022. Itu dilakukan saat serah terima tongkat keketuaan atau handover pada KTT G20 di Roma, Italia, 31 Oktober 2021 dari Perdana Menteri Mario Draghi kepada Presiden Joko Widodo.

G20 merupakan forum internasional berpijak pada koordinasi bidang ekonomi dan pembangunan, merepresentasi kekuatan ekonomi dan politik dunia sekarang ini. Komposisi keanggotannya begitu menggetarkan karena menjangkau 80 persen ekonomi produk domestik bruto (PDB) dunia, 75 persen ekspor global, dan 60 persen populasi di jagat ini.

Ada 19 negara dan satu kawasan menjadi anggota G20 yakni Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Tiongkok, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Forum ini lahir pada 1999 sebagai sikap dalam menjawab krisis ekonomi dunia 1997-1998 dan memastikan dunia dapat segera keluar dari krisis dan menciptakan pertumbuhan ekonomi global lebih kuat dan berkesinambungan. Semula, forum G20 merupakan ajang bertemunya para menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

Dalam perkembangannya mulai membahas berbagai isu pembangunan secara global dan sejak 2008 forum G20 mulai mengundang kepala negara di pertemuan puncak bertema Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Bayangan krisis pun kembali menyinggahi forum G20 ketika virus mematikan bernama corona menyebar dari blok pedagang hewan di Pasar Huanan, Kota Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, Tiongkok bagian tengah, akhir Desember 2019.

Sejak menyebar awal dari Tiongkok hingga hari ini, memberi dampak sangat besar bagi kehidupan miliaran masyarakat di muka bumi, tak terkecuali di Indonesia. melansir data Badan Kesehatan Dunia per Minggu (6/11/2022), tercatat ada 632.611.011 orang pernah terkonfirmasi positif Covid-19, dan 6.600.538 orang di antaranya meregang nyawa.

 

Kesehatan Global

Tetapi dunia tak pernah tinggal diam. Dimotori Tiongkok, AS, dan Uni Eropa, forum G20 bahu membahu mencari jalan keluar seperti dihasilkan pada KTT forum G20 tahun 2020 di Riyadh, Arab Saudi yang dilakukan secara daring untuk pertama kalinya. Tercetuslah ide membuat vaksin bersama dan didistribusikan ke seluruh dunia.

Keputusan itu berhasil menyelamatkan jutaan nyawa dari ancaman kematian karena SARS Cov-2 ini. WHO mencatat, vaksinasi pertama hingga ketiga sudah menjangkau 12.849.295.684 orang di seluruh dunia atau sekitar 1.166.260.789 orang dalam 30 hari terakhir. Masa pandemi karena corona tak hanya melingkupi kesehatan warga dunia saja.

Situasi perekonomian global pun ikut tersentak karena krisis multidimensional dampak pandemi. Forum G20 kembali menunjukkan kapasitasnya sebagai kekuatan utama ekonomi global dan berupa mencari jalan keluar untuk pemulihan. Sebagai Presidensi G20 di 2022, Indonesia mengusung semangat untuk pulih bersama lewat tema Recover Together, Recover Stronger.

Tema demikian diangkat Indonesia karena menilai dunia butuh sebuah solusi bersama untuk segera melakukan pemulihan global di antara tekanan demi tekanan akibat pandemi. Perlu adanya upaya bersama dan inklusif mencari jalan keluar untuk menciptakan pemulihan global tadi.

Indonesia pun memanfaatkan posisi Presidensi G20 2022 untuk berbagi ide, pengalaman, dan peluang serta mengajak seluruh negara G20 fokus terhadap tiga sektor prioritas sebagai kunci pemulihan. Pertama adalah penguatan pada arsitektur kesehatan global karena pandemi masih berlangsung sampai saat ini.

Prioritas pada kesehatan dilakukan karena pandemi belum usai dan untuk mempersiapkan dunia supaya punya mitigasi lebih baik ketika muncul krisis kesehatan di masa mendatang. Lantaran saat ini akses terhadap solusi medis masih tidak setara, utamanya di negara-negara berkembang.

 

Digital dan Energi

Berikutnya adalah transformasi digital sebagai solusi utama menggerakkan perekonomian ketika pandemi dan muncul sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru. Indonesia telah membuktikan diri satu dari sedikit negara yang perekonomiannya mampu bangkit lebih cepat saat pandemi masih melanda.

Dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memprediksi ekonomi dunia hanya tumbuh 2,9 persen pada 2022 ini. Perkecualian di antaranya dialami Indonesia karena diperkirakan mampu tumbuh 5,1 persen bersama Mesir (6,1 persen), Arab Saudi (7 persen), dan India (7,5 persen).

Selain itu, Survei Internet Indonesia Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada 2021 hingga kuartal pertama 2022 menunjukkan, kita punya kekuatan pemakai internet mencapai 210.026.769 orang. Atau sebesar 77,02 persen dari total penduduk Indonesia pada 2021 sebanyak 272.682.600 jiwa.

Penetrasi internet sebanyak itu menurut Uni Telekomunikasi Internasional (International Telecommunication Union) adalah yang tertinggi keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Ini merupakan sebuah peluang emas untuk mengembangkan pasar digital bagi para pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM).

Indonesia ternyata mampu menjadikan dunia digital sebagai sebuah kekuatan untuk bangkit ketika pandemi. Terbukti, berdasarkan laporan Bank Dunia, sekitar 80 persen UMKM di Indonesia telah bertransformasi ke dunia digital karena mendapat resiliensi lebih baik di masa pandemi.

Fokus ketiga atau terakhir adalah transisi energi karena selaku Presidensi G20 2022, Indonesia ingin memastikan masa depan global yang berkelanjutan dan hijau dan menangani perubahan iklim secara nyata. Kita mendorong pengelolaan energi baru terbarukan bersumber dari matahari, angin, dan air dengan mengedepankan keamanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan.

Puncaknya, Presiden Joko Widodo memutuskan untuk tidak mengeluarkan izin baru pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang ditenagai oleh batu bara sebagai energi fosil. Kampanye pengurangan pemakaian energi fosil ini juga sedang diterapkan Indonesia lewat pemakaian dan pemassalan produksi platform kendaraan listrik untuk menekan emisi hingga nol persen.

Untuk kepentingan KTT G20 di Nusa Dua, 15-16 November 2022, Indonesia menyiapkan sebanyak 1.172 kendaraan listrik untuk melayani para peserta konferensi dari lima benua. Menurut Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara, Setya Utama di Jakarta, Senin (7/11/2022) jumlah tersebut mencakup 962 mobil listrik, 454 motor listrik, dan 26 bus listrik. 

 

Semangat Inklusivitas

Tak hanya kepada 20 negara anggota G20 yang menguasai 80 persen ekonomi dunia saja Indonesia akan berbagi fokus di ketiga sektor di atas. Lewat visi Presidensi G20 agar bermanfaat bagi semua pihak, maka Indonesia mengedepankan semangat inklusivitas (spirit of inclusiveness) agar terwujud leave no one behind.

Karenanya, Presidensi G20 Indonesia turut merangkul negara-negara berkembang, serta kelompok rentan di Asia, Afrika, Amerika Latin, dan negara-negara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia. Agar memberikan dampak lebih luas, tak hanya sekadar negara-negara di G20 saja.

Dalam catatan Kemenlu RI, terdapat sembilan negara undangan (invitees) pada Presidensi G20 Indonesia, yaitu Spanyol, Ketua Uni Afrika, Ketua Dewan Pembangunan Uni Afrika (AU-NEPAD), Ketua ASEAN, Belanda, Singapura, Uni Emirat Arab, Ketua Komunitas Karibia (CARICOM), dan Ketua Forum Pulau-Pulau Pasifik (PIF).

Selain itu, terdapat juga pimpinan dari 10 organisasi internasional undangan, yaitu Bank Pembangunan Asia (ADB), Dewan Stabilitas Keuangan (FSB), Organisasi Buruh Internasional (ILO), Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Pembangunan Islam (IsDB). Kemudian  Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Bank Dunia, WHO, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Elvira Inda Sari