Jakarta, InfoPublik - PT PLN (Persero) bersama pemerintah sedang menyiapkan kebijakan untuk program konversi kompor elpiji ke kompor listrik, untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia.
Program itu akan dipamerkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022.
"Kita ingin membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia betul-betul komitmen mengurangi emisi karbon. Konversi ini menjadi bukti, Indonesia sampai kepada masyarakatnya juga aware atas keberlangsungan iklim," kata Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (15/7/2022).
Pada tahun ini, PLN menggarap proyek percontohan konversi kompor elpiji ke kompor listrik di dua kota, yaitu Surakarta dan Bali.
Pada tahap pertama ada 2.000 masyarakat yang akan merasakan manfaat dari program konversi tersebut.
Sepanjang 2022, PLN akan menyasar 300.000 pelanggan lagi yang tersebar di beberapa kota dengan harapan angka pengguna kompor listrik bisa mencapai 15,3 juta pelanggan pada tahun 2025.
Darmawan mengatakan, program konversi kompor ini dilakukan PLN sebagai salah satu upaya mengurangi beban negara atas impor elpiji yang tiap tahun naik.
Apalagi, selama ini terkhusus elpiji tiga kilogram merupakan barang subsidi yang masih dijual bebas, sehingga tidak tepat sasaran dan menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
"Melalui konversi kompor ini langsung bisa menyelesaikan tiga persoalan sekaligus. Pertama, mengurangi ketergantungan impor elpiji dengan energi berbasis domestik, yaitu listrik dan kedua yakni mengurangi beban APBN yang selama ini untuk mensubsidi elpiji," ujar Darmawan.
Ketiga, lanjutnya, langkah konversi kompor itu sejalan dengan misi transisi energi pada KTT G20.
Dengan menggunakan kompor induksi, maka emisi gas buang yang dihasilkan dari kompor induksi jauh lebih rendah dibandingkan kompor elpiji.
Foto: pln.co.id