Jakarta, InfoPublik - Mengusung tema Kebudayaan untuk Bumi Lestari, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengajak para delegasi G20 bergabung dalam kegiatan Sarasehan bersama peserta Pekan Konsolidasi Tenaga Budaya (PeKaT) dan Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) serta masyarakat di Kawasan Borobudur, Magelang, Minggu (11/9/2022).
Kegiatan tersebut juga menghadirkan pertunjukan kesenian, permainan tradisional, dan pameran benda budaya sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Pertemuan Tingkat Menteri bidang Kebudayaan (Culture Ministers’ Meeting/CMM) G20.
Membuka forum sarasehan ini, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek yang juga Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20, Hilmar Farid, berharap pertemuan dapat mencapai tujuannya untuk mempromosikan peran nyata kebudayaan dalam menjawab tantangan dunia,” dikutip dalam rilis Kemendikbudristek di Jakarta, Senin (12/9/2022).
Pada kegiatan ini, para delegasi G20 turut berkesempatan berdiskusi dengan peserta PeKaT dan PKD serta masyarakat sekitar Kawasan Borobudur sebagai perkenalan menuju CMM, Senin (12/9/2022).
Para peserta membahas hasil kerja kolaborasi antara praktisi lintas disiplin, termasuk hasil temuan akademisi KIKI (Konferensi Internasional Kajian Indonesia), karya-karya peserta Kemah Budaya Kaum Muda (KBKM), Pandu Budaya Desa, dan Residensi Kebudayaan G20, serta kontribusi masyarakat adat.
Kegiatan pun memberikan kesempatan kepada para delegasi untuk mengenal lebih dalam nilai budaya Candi Borobudur dan desa-desa di sekitarnya melalui pameran artefak budaya, kuliner, dan hasil karya seni, serta penayangan video hasil Program Pemajuan Kebudayaan Desa perhelatan Sarasehan.
Salah satu peserta PeKaT, Septi Fridayani mengatakan bahwa dengan keberagaman ide yang dimiliki oleh pemuda KBKM, kegiatan Sarasehan menjadi salah satu kesempatan anak muda untuk menuangkan kreativitasnya.
“Melalui sarasehan ini, kami berharap peran pemuda dapat semakin diunggulkan dan ditonjolkan, sehingga keberlanjutan dapat diwujudkan secara terus menerus,” ujar Septi.
Sementara, Assistant Director General for Culture, UNESCO, Ernesto Ottone Ramirez mengapresiasi Indonesia yang dikatakannya mampu memanfaatkan momentum Presidensi G20 dengan mendorong banyak budaya lokal sebagai langkah menghadapi tantangan.
“Saya berterima kasih kepada Indonesia atas usaha yang telah dilakukan untuk memanfaatkan momentum ini sehingga menjadi hal yang berarti bagi organisasi internasional,” ujar Ernesto.
Kegiatan ini ditutup dengan para delegasi yang diajak untuk berpartisipasi dalam permainan tradisional gangsing diikuti dengan menghasilkan karya seni rupa bersama yang akan ditampilkan pada penutupan Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali.
Para delegasi juga mendapatkan cendera mata dari masyarakat muda di Kawasan Borobudur berupa klenting, sebuah kendi tanah liat yang digunakan untuk mengambil dan menampung air. Cendera mata tersebut menyimbolkan pesan ajakan untuk memelihara dan menjaga sumber air demi kelangsungan hidup generasi mendatang.
Dalam CMM nanti, Indonesia akan memimpin pembahasan lima agenda prioritas, yaitu (1) budaya sebagai penggerak dan pemberdaya hidup berkelanjutan; (2) dampak ekonomi, lingkungan dan sosial dari kebijakan berbasis budaya; (3) pengelolaan bersama atas sumber daya budaya (cultural commoning) untuk mempromosikan gaya hidup berkelanjutan; (4) pemerataan akses atas manfaat dari ekonomi budaya; (5) mobilisasi sumber daya internasional untuk mengutamakan pemulihan berkelanjutan.
Sumber Foto: Kemendikbudristek