Jakarta, InfoPublik - Indonesia mengajak negara-negara anggota G20 untuk mengedepankan komitmen multilateralisme dalam menyikapi persoalan dunia saat ini. Hal itu juga dinilai dapat mendorong upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di 2030 mendatang.
Hal itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Suharso Monoarfa, saat membuka sidang Development Ministerial Meeting (DMM) G20 di Belitung, Kamis (8/9/2022).
"Kita berada di sini mewakili negara kita untuk mengatasi tantangan pembangunan. Kita membawa misi yang berbeda, didorong oleh visi yang beragam. Tapi saya percaya kita memiliki keprihatinan yang sama," ujarnya.
Komitmen multilateralisme, sambung dia, diyakini dapat mendorong terwujudnya pemenuhan hak setiap warga dunia untuk merasakan pembangunan dan pertumbuhan yang kuat. Hal itu juga dinilai sejalan dengan semangat pembangunan berkelanjutan yang mendorong transformasi ekonomi biru dan ekonomi hijau.
Kolaborasi dan kerja sama dalam menjalankan agenda pembangunan berkelanjutan dirasa penting. Karenanya, Suharso juga mendorong para delegasi untuk terlibat aktif pada upaya mobilisasi pendanaan pembangunan secara inovatif.
Hal yang tak kalah penting ialah pentingnya meletakkan komitmen multilateral untuk mendukung pertumbuhan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sebab, sektor usaha tersebut memiliki peran yang cukup krusial untuk menggerakkan perekonomian.
Dengan dukungan yang memadai, peran UMKM dinilai dapat menjadi jauh lebih besar serta dapat bersaing di level global dan memiliki ketahanan yang lebih solid. Di negara berkembang misalnya, sektor usaha tersebut berhasil menciptakan 600 juta pekerjaan yang akan dibutuhkan dalam 15 tahun mendatang.
Pentingnya dukungan bagi UMKM dianggap selaras dengan tujuan dibentuknya Development Working Group pada satu dekade yang lalu, yakni mendukung pembangunan negara berkembang.
"Visi dalam forum ini dapat menyatukan ekonomi terbesar dunia untuk bersama-sama menutup kesenjangan pembangunan dan membantu negara berkembang. Perjalanan kita tidak selalu mudah, namun, kuatnya kolaborasi kita selama ini telah membuktikan bahwa kita tidak pernah sendirian," ungkap Suharso.
Apalagi, dana yang dibutuhkan untuk mendukung negara berkembang agar bisa keluar dari kesusahan ekonomi saat ini diperkirakan mencapai US$3,7 triliun untuk mencapai target SDGs 2030. Negara anggota G20, kata Suharso, harus menyadari banyak negara berkembang yang tidak memiliki sumber dana yang cukup untuk meningkatkan upaya mencapai agenda SDGs 2030.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengedepankan rasa kebersamaan dan kemauan untuk pulih bersama. "Hanya dengan mengalihkan 3,7 persen dari US$100 triliun total aset investor institusional yang tersedia di tingkat global, kita dapat menutup kebutuhan pembiayaan kita," kata Suharso.
Foto: ANTARA