Jakarta, InfoPublik - Banyak delegasi yang menyatakan bahwa dukungan organisasi internasional sangat penting dalam meningkatkan kapasitas penelitian dan manufaktur selama pandemi.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Alkes) Kementerian Kesehatan Lucia Rizka Andalusi saat konferensi pers Summary Health Working Group (HWG) Ketiga di Bali, pada Selasa (23/8/2022).
“Salah satu upaya yang perlu dukungan global organisasi internasional di antaranya terkait misi 100 hari kesiapsiagaan vaksin yang mencakup koordinasi pendanaan dan transfer teknologi antar negara dinilai penting,” kata Rizka.
Lanjutnya, 100 hari pertama kesiapsiagaan vaksin sangat penting, namun pihaknya membutuhkan misi berkelanjutan di luar 100 hari pertama tersebut.
Pasalnya, bukan hanya kesiapsiagaan vaksin yang harus dilakukan melainkan kesiapsiagaan yang mencakup alat diagnostik, tindakan terapeutik, dan menghubungkannya dengan One Health.
Terkait transfer teknologi, diperlukan kemitraan yang harus melibatkan sektor swasta. Negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah harus secara proaktif berkontribusi pada misi ini.
Upaya lainnya yaitu perluasan manufaktur dan penelitian vaksin, terapeutik, dan diagnostik (VTD) secara global. Organisasi internasional telah menetapkan platform dan jaringan yang memungkinkan akses VTD lebih cepat untuk pandemi.
“Platform dan jaringan yang sudah ada saat ini dapat berfungsi sebagai landasan untuk membangun sebuah platform global yang terhubung,” ucap Rizka.
Dibutuhkan peningkatan investasi, peningkatan koordinasi antara bidang keuangan dan bidang kesehatan untuk mendukung VTD tersebut.
“Beberapa delegasi dari pertemuan HWG ke-3 ini menyoroti pentingnya menyelaraskan regulasi untuk mendukung peningkatan penilitian dan produksi. Persetujuan dan peraturan harus dipercepat,” kata Rizka.
Pembahasan lebih rinci terkait peningkatan kapasitas penelitian dan manufaktur terkait vaksin, terapeutik, dan diagnostik akan dilakukan pada pertemuan teknis sebelum pertemuan menteri kesehatan (HMM) G20 ke-2 pada Oktober 2022.
Beberapa potensi kerja sama yang telah teridentifikasi dalam pertemuan G20 seperti pusat pelatihan biomanufaktur global, upaya penelitian kolaboratif, mekanisme berbagi data, kemitraan publik-swasta, penelitian dan ekosistem manufaktur.
Rizka mengakui kesiapan Argentina, Brasil, India, Afrika Selatan, Arab Saudi, dan Turki bersama-sama dengan Indonesia, serta mengajak negara-negara G20 lainnya dan organisasi internasional untuk bergabung dan berpartisipasi aktif dalam kemitraan ini.
Foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenkes