Jakarta, InfoPublik - Sinyal kehadiran Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada November 2022 dipandang bakal memberi banyak dampak positif.
Sebab, kedua negara itu memiliki peranan penting dalan upaya mendukung pemulihan ekonomi dan stabilisasi kondisi geopolitik dunia.
Pakar ekonomi politik internasional dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Riza Noer Arfani, mengatakan kehadiran dua pemimpin negara dalam KTT nanti juga akan meningkatkan reputasi G20.
"Kehadiran mereka berdua itu nanti cukup membantu meringankan Presidensi G20 Indonesia untuk meyakinkan masyarakat internasional atau pemimpin dunia bahwa forum itu masih bisa diperhitungkan sebagai forum yang nantinya punya kekuatan untuk menahan dampak berlebihan dari berbagai macam krisis yang kita alami sekarang ini, termasuk ancaman resesi," ujar Riza melalui keterangan tertulisnya, Jumat (19/8/2022).
Di saat yang sama, Indonesia selaku Presidensi G20 juga perlu memastikan kehadiran pemimpin-pemimpin negara lain dalam KTT.
Menurutnya, hal itu dinilai penting guna menunjukkan kepada masyarakat dunia bahwa pemimpin negara-negara G20 memiliki soliditas yang tinggi menghadapi ancaman dunia.
Namun, untuk memperbesar peluang itu terjadi, Indonesia disarankan untuk segera melakukan terobosan-terobosan penting.
Dari sisi geopolitik misalnya, Indonesia perlu memainkan peran sebagai mediator. Dengan begitu, setidaknya akan muncul sinyal positif dari situasi yang terjadi saat ini.
"Perlu jembatan-jembatan yang menghubungkan antara kedua belah pihak untuk tidak kemudian memperburuk situasinya, terutama dalam situasi yang sekarang ini kita hadapi, ancaman kebocoran nuklir (di Ukraina) yang dikhatawirkan akan menjadi Chernobyl jilid II, dan itu memang gawat," kata Riza.
Sedangkan dari sisi ekonomi, hal yang paling krusial adalah bagaimana langkah dan sikap Tiongkok menhadapi potensi ancaman ke depan.
Sebab, Negeri Tirai Bambu memainkan peranan penting bagi perekomian dunia saat ini.
Bila nanti Xi datang ke forum KTT G20, kata Riza, setidaknya negara anggota G20 lainnya dapat mengetahui langkah dan kebijakan yang akan diambil dalam beberapa bulan ke depan.
"Kehadiran Xi Jinping di forum G20 nanti akan membangun komunikasi dengan pemimpin lain, terutama dari barat bisa turut meredakan dan menahan dampak yang krisis ekonomi, atau tahun yang gelap di tahun depan," katanya.
Bila kemungkinan-kemungkinan itu terjadi, kata Riza, maka forum G20 tak lagi dianggap sebagai forum eksklusif yang hanya fokus pada soal perekonomian, tapi juga persoalan dunia secara umum.
Dia berharap hal itu dapat terwujud dan nantinya akan dihasilkan komunike bersama antara pemimpin negara G20.
Pasalnya, berbagai kerangka kerja yang disusun dalam forum G20 bersifat jangka panjang. Diharapkan, komunike itu memuat hal-hal yang bisa membawa kondisi global jauh lebih baik dari saat ini.
Lebih lanjut, Riza menyampaikan, bila skenario itu terlaksana, maka kepercayaan dunia pada forum G20 akan meningkat. Ini tentu saja akan berdampak positif bagi Indonesia selaku tuan rumah.
"Kalau di Bali nanti kejadiannya sesuai dengan yang kita bayangkan, maka itu yang akan menjadi legacy bagi Presidensi G20 Indonesia yang tentu harus dilanjutkan oleh India sebagai presidensi selanjutnya," imbuh Riza.
"Jadi Indonesia menjadi katalis, sebagai penanda apakah G20 masih bisa diperhitungkan atau tidak. Jadi ini sangat krusial sekaligus berat. Ini pertaruhannya cukup besar bagi Indonesia. karena itu komitmen-komitmen yang telah disampaikan anggota G20 perlu dipertahankan, dan yang paling penting adalah bagaimana komunike itu disusun untuk meyakinkan masyarakat dunia," pungkasnya.
Foto: scmp.com