Jakarta, InfoPublik - Melalui side event dalam kegiatan Health Ministers Meeting (HMM), dibahas juga tantangan kesehatan yang mendesak antara lain Tuberkulosis, One Health, dan Resistensi Antimikroba (AMR).
Dari kegiatan tersebut, terdapat sejumlah hasil nyata yang telah dicapai bersama, yakni Pertama, pembentukan Dana Perantara Keuangan Pencegahan Pandemi, Kesiapsiagaan, dan Respon (PPR FIF).
Pada pertemuan 2nd HMM di Bali pada Kamis (27/10/222), Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan hal itu diprakasai oleh Presidensi G20 Arab Saudi dan Italia.
“Kemudian dilanjutkan dalam Kepresidenan G20 Indonesia, PPR FIF kini telah terbentuk dan memulai operasinya dengan total komitmen lebih dari US$1,4 miliar, diperoleh dari 20 donor dan tiga filantropi,” tutur Menkes Budi.
Kedua, membuat Access to COVID-19 Tools-Accelerator (ACT-A). Hal itu untuk melengkapi pembiayaan PPR pandemi, mobilisasi sumber daya kesehatan esensial adalah yang terpenting.
Tinjauan itu akan membantu membangun kerangka kerja masa depan bagi semua negara untuk mengakses penanggulangan medis selama keadaan darurat kesehatan.
Ketiga, optimalisasi pengawasan genomik global. Selain menyediakan sumber daya, memperkuat pengawasan genomik untuk menahan risiko pandemi juga sangat penting.
Menkes Budi mengatakan, ia mempercayai berbagi data patogen pada platform berbagi data yang tepercaya dan dapat diakses publik sangat penting, terutama platform yang memenuhi prinsip-prinsip akses seterbuka mungkin, tertutup seperlunya, akurat, tepat waktu, dan representatif.
Keempat, harmonisasi standar protokol kesehatan global. Untuk membuat mobilitas lintas batas aman dan mempercepat pemulihan ekonomi, Kelompok Kerja Teknis G20 yang difasilitasi oleh WHO, OECD, dan Global Digital Health Partnership (GDHP) telah mengembangkan mekanisme untuk negara untuk mengenali sertifikat COVID-19 digital dengan mulus sambil menjunjung tinggi privasi data dan keamanan.
Pada akhirnya, Menkes Budi mengatakan ia menyadari pentingnya memperluas penelitian dan kapasitas produksi untuk alat vaksin, terapi, dan diagnostik (VTD).
”Kami mendukung inisiatif mRNA WHO di Argentina, Brasil dan Afrika Selatan dan upaya kolaboratif lainnya. Sudah ada tujuh negara anggota G20 termasuk Indonesia yang menyatakan minatnya untuk membangun ekosistem manufaktur penelitian dan VTD,” kata Menkes Budi.
Foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenkes