Jakarta, InfoPublik - Hasil dari pertemuan 4th Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting di Washington DC, Amerika Serikat (AS) akan berdampak pada stabilitas perekonomian global yang lebih kuat di masa depan kelak.
"Menjaga stabilitas perekonomian global yang lebih kuat dan inklusif untuk keberlanjutan estafet para generasi penerus di masa depan," kata Tim Komunikasi Publik G20 Maudy Ayunda melalui keterangan pers pada Kamis (20/10/2022).
Menurut Maudy, hasil pertemuan dari para menteri dan gubernur Bank sentral negara G20 akan menjadi bagian yang penting dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Karena, akan dideklarasikan oleh para pemimpin negara G20 pada puncak Presidensi G20 Indonesia pada pertengahan November 2022 mendatang.
"Itu akan menjadi bagian dari deklarasi komitmen para pemimpin negara G20," kata Maudy.
Ada Enam hasil dari pertemuan itu, yakni pertama negara anggota G20 sepakat tekanan harga pupuk, pangan dan energi masih terjadi. Sehingga memperburuk tekanan inflasi dan berkontribusi pada meningkatnya resiko kerawanan pada pangan dan energi.
Adanya peristiwa itu, para anggota G20 berkomitmen terhadap penyusunan kebijakan yang terkalibrasi, terencana dan dikomunikask dengan baik. Supaya, dapat mendukung pemulihan yang berkelanjutan dan mengurangi efek luka pandemi di masa depan kelak.
"Guna mendukung pertumbuhan yang kuat berkelanjutan seimbang dan induktif," kata Maudy.
Kedua, berkaitan dengan arsitektur keuangan internasional, maka anggota negara G20 sepakat memperkuat komitmen. Untuk memastikan ketahanan keuangan global dalam jangka panjang. Termasuk alokasi pendanaan untuk negara yang paling rentan.
"Kesepakatan itu untuk bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat," kata Maudy.
Ketiga, terkait dengan regulasi sektor keuangan. Para negara-negara G20 berkomitmen untuk kemajuan yang signifikan dalam pengaturan dan pengawasan sektor keuangan. Bertujuan menghadapi perkembangan sistem keuangan yang berbasis teknologi dan digitalisasi.
"Menghadapi perkembangan sistem keuangan yang berbasis teknologi dan digitalisasi seperti aset dan pasar kripto," tutur Maudy.
Keempat, berkaitan dengan investasi infrastruktur. Untuk merevitalisasi investasi infrastruktur dengan cara inklusif, terjangkau, serta berkelanjutan. Termasuk meningkatkan partisipasi sektor swasta memobilisasi pendanaan di masing-masing daerah di masa depan.
Kelima, negara-negara G20 menyepakati dan mendukung laporan keuangan yang berkelanjutan. Dengan mencakup, tiga area prioritas antara lain pengembangan kerangka pendanaan transisi dan peningkatan kredibilitas komitmen dan lembaga keuangan.
Kemudian, peningkatan instrumen keuangan berkelanjutan dengan fokus pada aksesibilitas dan keterjangkauan. Lalu, diskusi kebijkan publik untuk mendukung transisi.
"Juga mendukung kemajuan implementasi peta jalan keuangan berkelanjutan," tutur Maudy.
Keenam, berkaitan dengan perpajakan internasional. Dalam pertemuan itu juga menegaskan kembali tentang komitmen untuk mengimplementasikan paket pajak internasional pilar 1 dan pilar 2 dengan cepat.
Untuk mendukung kemajuan terkait dengan penerapan standar transparansi pajak yang disepakati secara internasional. Termasuk penandatanganan negara-negara G20 dalam mendukung hasil kerja dan kerja sama global di bawah Presidensi G20 Indonesia.
Dengan begitu, kelompok rentan yang terdampak dapat diminimalisir dari dampak resiko resesi yang melanda ke depan. "Guna meningkatkan emulsi keuangan terutama untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), kelompok-kelompok rentan perempuan dan anak muda," imbuh Maudy.
Foto: Istimewa