Indonesia.go.id - Kepak Sayap Garuda Menjaga Janji Damai di Negeri Bertikai

Kepak Sayap Garuda Menjaga Janji Damai di Negeri Bertikai

  • Administrator
  • Senin, 22 Juni 2020 | 23:06 WIB
PASUKAN PERDAMAIAN
  Prajurit TNI yang tergabung dalam Indobat XXIII melakukan patroli di selatan kota Al Adaysseh, Lebanon Selatan. Foto: Puspen TNI

Peperangan bisa saja meletus dengan segera, bila saja para pria berseragam pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu tidak dengan gagah berani menghadang laju tank yang siap memuntahkan amunisi ke arah lawan.

Hanya berjarak sekitar 20 meter dari sebuah mesin pembunuh, seorang pria bertubuh tegap, berbaju loreng, tanpa menyandang senjata apapun itu berulang kali mengangkat kedua tangannya ke depan.

Alih-alih menyimbolkan sikap menyerah, pria yang melengkapi pakaiannya dengan rompi dan helm warna biru khas Pasukan Perdamaian PBB itu justru memerintahkan awak tank jenis Markeva, milik militer Israel, untuk menahan lajunya.

Dengan kecepatan mengancam, tank itu baru saja menerobos pagar areal blue line atau batas netral di kedua negara berkonflik tersebut. Manuver tank milik pasukan pertahanan Israel (Israel Defence Forces/IDF) itu kontan memancing reaksi pasukan lawan.

Hanya dalam jarak yang mungkin kurang dari 10 meter di belakang pria berompi biru, telah berjaga pula sepasukan militer Lebanon yang siap menjawab tantangan seterusnya. Di tangan mereka, sejumlah persenjataan, termasuk antitank, juga telah terkokang sempurna. Peristiwa itu terjadi di perbatasan antara Israel-Lebanon, Selasa (2/6/2020) lalu.

Potensi pertempuran pada momen itu memang terbilang cukup besar. Apalagi Tank Markeva sendiri memang dikenal sebagai salah satu senjata paling mematikan di medan perang.

Dilengkapi sistem pertahanan aktif (APS) Trophy, kendaraan lapis baja itu telah membuktikan mampu melawan misil kendali antitank. Dengan pelindung baja modular hibrida yang disematkan pada mesin perang itu, memungkinkan bagian kubah dan lambung depan tank terlindung sempurna.

Sistem Trophy yang dikembangkan Sistem Pertahanan Terdepan Israel, Rafael, bersama dengan Industri Pesawat Israel, Elta Group, dirancang untuk mendeteksi dan menetralisir rudal yang datang.

Empat antena radar dan pengendali tembakan dipasang untuk melacak ancaman yang datang, seperti rudal kendali antitank (ATGM) maupun granat berpeluncur roket (RPG).

Tak hanya untuk bertahan, setelah mendeteksi adanya rudal atau peluru, sistem pun akan melepaskan proyektil untuk menetralkan serangan. Israel sendiri telah membangun lebih dari 2.000 unit tank Merkava dan saat ini sedang mengembangkan generasi terbaru, yang disebut Merkava IV Barak, yang diharapkan bakal siap diuji coba pada 2020.

Merkava IV didesain sebagai "tank pintar" dengan puluhan sensor dan sistem komputerisasi, yang akan menyajikan informasi bagi awak di dalam tank serta rekan lain di lapangan.

Berseberangan dengan Merkava, pasukan militer Lebanon (Lebanese Armed Forces/LAF) berada dalam posisi siap serang dengan bersenjatakan 16 pucuk senapan M16. Mereka bergabung dengan pasukan patroli yang memantau sejak awal pergerakan tentara Israel.

Mendeteksi laporan perkembangan situasi pada Selasa, (2/6/2020) itu, pasukan perdamaian PBB dari Indonesia segera menuju ke lokasi. Dipimpin Mayor Inf Handi Wibowo, selaku Komandan Kompi Alfa, pasukan Indonesia bergerak dengan kekuatan sekitar 23 orang.

Di lokasi, Pasukan Tentara Nasional Indoensia (TNI) itu langsung menempatkan diri di antara pasukan IDF dan LAF dengan mengibarkan bendera UN (United Nation). Pasukan perdamaian itupun segera menyampaikan imbauan agar tidak terjadi konfrontasi antarkedua angkatan bersenjata itu.

Peran TNI dalam momen itu jelas sangat krusial. Jikalah misi itu gagal, sangat mungkin konfrontasi pun pecah. Untunglah dalam tayangan berdurasi 1 menit yang disiarkan Lebanese Army–dari total proses penjagaan yang berlangsung selama sekitar 40 menit—upaya penuh keberanian dan ketenangan dari para personel TNI itu membuahkan hasil positif.

Tank Merkava Israel beserta pasukan IDF meninggalkan lokasi, disusul oleh pasukan LAF. Komandan Pusat Misi Pasukan Perdamaian (PMPP) TNI Mayjen Victor Hasudungan Simatupang menjelaskan, sebanyak satu kompi TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda (Konga) di bawah Pasukan Perdamaian PBB memang ditempatkan di daerah Blue Line di perbatasan Lebanon-Israel.

Di perbatasan sepanjang sekitar 400 kilometer itu, bukan hanya TNI yang berjaga, PBB juga mengerahkan personel militer dari sejumlah negara lain.

“Jadi dulu ada perjanjian yang dibuat oleh PBB namanya Blue Line. Itu perbatasan antara negara Israel dan Lebanon. Pasukan kita satu kompi di sana disiapkan untuk menjaga perbatasan itu. Jadi sehari-hari mereka ada di sana. Penjagaan di kawasan itu diberikan juga ke sejumlah negara lain," kata Mayjen Victor.

 

Menjaga Damai di Jiran

Sejarah pelibatan personel TNI dalam pasukan perdamaian dunia--kini jumlahnya mencapai 1.254 personel--di sejumlah negara lain sudah dimulai sejak 1957.

Saat itu Kontingen Garuda disingkat Konga I, yang kemudian lazim disebut dengan Pasukan Garuda, dikirim ke Mesir sebagai respons atas keputusan Majelis Umum PBB untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis, dan Israel dari wilayah Mesir.

Kontingen Garuda I yang dikirim tepatnya pada 8 Januari 1957 ke Mesir itu terdiri dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT) IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang.

Kontingen ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan oleh Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri Soediono Suryantoro.

Kontingen Indonesia itu berangkat dengan pesawat C-124 Globe Master dari Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, Ibu Kota Lebanon. Dari Beirut pasukan dibagi dua, sebagian menuju ke Abu Suweir dan sebagian ke Al Sandhira.

Selanjutnya pasukan di El Sandhira dipindahkan ke Gaza, daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok Komando berada di Rafah. Kontingen berkekuatan 559 pasukan itu mengakhiri masa tugasnya pada 29 September 1957.

Selain pasukan teretorial dan infanteri, TNI juga pernah mengirimkan Kontingen Garuda yang personel intinya di antaranya berasal dari kesatuan Kostrad.

Pasukan yang tergabung dalam Konga VIII/2 itu dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Kemudian Kontingen Garuda XX/D, Konga XX/D, pernah diberangkatkan ke Republik Demokratik Kongo, pada 2006-2007.

Mereka berasal dari Kompi Zeni yang terdiri dari kelompok komando 27 orang, tim kesehatan 11 orang, ton bantuan 30 orang, ton 1 Zikon 22 orang, ton 2 Zikon 22 orang, ton 3 Zikon 22 orang, dan ton Alberzi 41 orang.

Sejumlah nama petinggi militer di Tanah Air diketahui sempat pula menorehkan karirnya sebagai pimpinan pasukan perdamaian PBB. Di antaranya, Mantan Gubernur Jawa Barat Letjen (Purn) Solichin GP, yang semasa berpangkat Kolonel memimpin Konga II ke Kongo pada 1960.

Lalu ada nama Brigjen Kemal Idris yang memimpin Konga III ke Kongo pada 1962 di bawah misi UNOC. Kemal yang menyandang pangkat terakhir sebagai Letnan Jenderal dan menjabat sebagai Pangkostrad pada 1967.

Ada pula nama mantan Mendagri Kabinet Pembangunan V Jenderal (Purn) Rudini, yang saat berpangkat Kolonel memimpin Konga VI ke Timur Tengah pada 1973, di bawah misi UNEF.

Lalu, ada pula nama mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto yang memimpin Konga IX/1 ke Iran-Irak pada 1988 di bawah misi UNIIMOG dengan pangkat Letkol. Kemudian Menteri Agama RI saat ini, Fahrul Razi yang memimpin Kontingen Garuda IX/2 ke Iran-Irak pada 1989, dengan pangkat Letkol.

Berikutnya, Jhony Lumintang juga pernah mendapatkan tugas ke Iran-Irak pada 1900 sebagai pemimpin Kontingen Garuda IX/3. Selanjutnya mantan Panglima Komando Strategi dan Cadangan Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Purn) Erwin Sujono yang memimpin Konga XII/A bertugas di Kamboja pada 1992.

Melanjutkan Erwin, Konga XII/B yang dikirim ke Kamboja pada 1992 dan berada di bawah misi UNTAC, dipimpin oleh Mantan Menhan RI Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu saat masih berpangkat Letkol.

Pada 2007-2008 Kontingen Garuda XXIII-B/UNIFIL bertugas di Lebanon Selatan di bawah komando Letkol Inf AM Putranto, yang purna tugas dengan menyandang bintang tiga bahunya, sebagai Komandan Pendidikan dan Latihan TNI-AD.

Sepanjang sejarah pelibatan Indonesia dalam pasukan perdamaian dunia, tercatat pula di antaranya peran personel kepolisian dan juga Aparatur Sipil Negara (ASN). Dan walau ada juga kisah duka maupun getir, nyaris semua pelibatan dalam pasukan perdamaian dunia selalu menorehkan catatan positif bagi peran personel dari negeri ini.

 

 

 

 

Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari