Indonesia.go.id - Gulo Puan, Kudapan Khas Palembang

Gulo Puan, Kudapan Khas Palembang

  • Administrator
  • Selasa, 31 Desember 2019 | 04:03 WIB
KULINER
  Gulo Puan khas Palembang. Foto: Pesona Indonesia

Mendengar nama kota Palembang, bicara soal kuliner yang terpikirkan adalah Pempek. Memang, hal ini tidak bisa dibantah, karena Pempek dan Palembang tidak bisa dipisahkan.

Meski faktanya ada beberapa daerah juga mempunya makanan seperti pempek, namun rasa tetap berbeda. Kuah pempek yang pedas, asam, manis, disantam dengan pempek dengan tekstur yang gurih nan legit, banyak yang menyukainya, tidak hanya orang Palembang saja.

Mengenai kudapan, di Palembang tidak hanya Pempek yang dapat dicicipi. Beberapa makanan enak pula dicoba, salah satunya adalah Gulo Puan. Sayangnya, saat ini keberadaan makanan pelengkap ini terbilang langka.

Gulo Puan, kudapan manis asal Palembang ini konon dahulu adalah makanan para bangsawan, warisan raja-raja Kesultanan Palembang Darrussalam. Seiring berjalan waktu, makanan in menjadi ciri khas masyarakat Palembang.

Tentang bahan utama dari Gulo Puan atau gula susu ini adalah susu segar dari kerbau khas daerah Pampangan, Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Jaraknya sekitar 85 km dari kota Palembang atau berkisar 50 km dari kota Kayu Agung yang merupakan ibu kota kabupaten OKI.

Puan berarti susu dalam bahasa daerah Sumatera Selatan, Gulo Puan berarti gula susu, sesuai bahan dasarnya. Dimasak seperti membuat kue karamel. Bedanya kue karamel dengan gula putih. Tekstur dari kue ini lembur, berpasir, dengan warna kecoklatan.

Meski makanan khas OKI, namun tidak mudah menemukan masakanan ini, hanya waktu-waktu tertentu saja, seperti saat shalat Jumat di Masjid Agung Palembang dan dijual di pedagang kaki lima dengan harga cukup merogoh kantong agak dalam, Rp 100 ribu untuk setiap kilogramnya.

Rasa Gulo Puan ini manis gurih, perpaduan antara karamel dan keju. Tidak hanya dapat menemani minum teh atau kopi, tapi juga disantap bersama roti tawar, Gulo Puan tetap enak untuk dinikmati.

Cara pembuatan yang rumit dan lama inilah mengakibatkan kue legit nan gurih hanya bisa dinikmati oleh para bangsawan. Hingga saat ini, kue tersebut masih sulit ditemui, tidak seperti pempek dapat dijumpai di setiap lokasi dan berbagai kesempatan.

Tidak hanya Gulo Puan, susu kerbau rawa ini pun dapat diolah menjadi minyak samin, sagon puan, dan tape puan. Boleh dibilNg mahal, karena bahan baku dan waktu pengerjaannya yang cukup lama.

Cara membuat minyak samin ini pun tidak terlalu sulit. Cukup mengendapkan susu hingga lapisan dadih terpisah. Minyak samin berupa endapan putih dengan aroma dan rasa mirip mentega.

Jika dilihat dari kandungan protein, ternyata kerbau rawa ini memiliki protein lebih tinggi daripada susu sapi. Kandungan inilah yang membuat susu kerbau rawa dapat diolah menjadi minyak samin an gulo puan.

Harus diakui tidak semua orang dapat membuat kue ini. Namun jika ingin mencoba tidak ada salahnya. Cara membuatnya adalah lima liter susu kerbau rawa dan 1 kilogram gula merah dicampur dan dimasak dengan api kecil, kemudian diaduk terus hingga sekitar lima jam. Jika susu mengental hingga mengering dan membentuk gumpan kecoklatan, tandanya gulo puan ini siap dicetak sesuai selera.

Jika kita membuat kue ini di Jakarta atau daerah lain, memang agak sulit, karena bahan utamanya adalah susu Kerbau Rawa. Jika menggantinya dengan susu kerbau biasa, susu kambing, atau susu sapi tentu buka hanya rasanya saja yang berbeda tekstur, hal inipun akan mempengaruhi rasa legit dan kegurihnya.

Bahan Baku Hampir Punah

Konon, gulo puan ini adalah makanan para bangsawan, pada zamannya kudapan yang satu ini adalah sebagai upeti dari masyarakat Pampangan, OKI kepada Sultan Palembang.

Jika melihat dari bahan utama yang digunakan adalah Kerbau Rawa (Bubalus Bubalis Carabauesis) Pampangan. Kerbau adalah salah satu hewan asli di Indonesia dengan melakukan ritual makan yang unik, yaitu kebiasaannya makan sambil menyelam.

Populasi Kerbau Rawa Pampangan saat ini semakin sedikit, karena lahan gembalaan semakin berkurang akibat dari kebakaran hutan yang terjadi pada 2014 -2015 lalu. Karenanya, pembuatan Gulo Puan tidak dapat dilakukan setiap hari. Berkurangnya jumlah Kerbau Rawa sangat mempengaruhi keberadaan Gulo Puan.

Salah satu desa pembuat Gulo Puan adalah Desa Bangsal. Bukan saja makanan Gulo Puan yang sulit ditemui. Daerah pembuatnya pun jauh dari jangkauan dan butuh perjuangan. Dengan jalanan yang tidak mulus, berliku, berbatu, licin, dan masih tanah merah, membutuhkan waktu 3-4 jam ditempuh dengan kendaraan bermotor dari kota hingga sampai di desa Bangsal. (K-HP)