Indonesia.go.id - Salai Jin, Tarian Memanggil Jin Yang Dilestarikan

Salai Jin, Tarian Memanggil Jin Yang Dilestarikan

  • Administrator
  • Senin, 26 Agustus 2019 | 01:19 WIB
BUDAYA
  Tari Salai Jin. Foto: Indonesia Karya

SebagaiĀ sebuah negara kepulauan yang besar, Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam. Termasuk diantaranya adalah berbagai tari-tarian tradisional. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya membuat beberapa tarian tradisional Indonesia dijaga kelestariannya, seperti tarian Salai Jin di bawah ini.

Para penari pria memasuki arena tari dalam iringan tifa, gong dan ucapan Bobeto, mantra dengan bahasa asli Tidore. Mereka membawa sebuah wadah yang menguarkan asap berbau kemenyan. Tak lama kemudian penari perempuan turun ke dalam arena. Langkah mereka perlahan seolah terikat pada bumi. Seikat daun palem (woka) kering tergenggam erat di tangan mereka bak tameng pelindung.

Awalnya mereka menari berpasangan, hingga akhirnya para penari wanita berlutut di tengah-tengah kelompok pria yang memegang bakaran kemenyan. Puncaknya salah seorang wanita akan rubuh tak sadarkan diri, kemudian menari secara tak terkendali. Sampai mantra-mantra dilafalkan, akhirnya penari itu sadar dan tarian pun diakhiri.

Ini adalah pertunjukan Salai Jin yang sangat popular di Ternate, Maluku Utara. Sesungguhnya tarian ini adalah salah satu ritual adat yang memiliki nilai tradisi dan filosofi yang tinggi di masyarakat adat Ternate.

Sejarah mencatat, jauh sebelum masyarakat Ternate memeluk agama Islam yang dibawa oleh para pedagang rempah dari Sumatera dan Jawa, mereka menganut animisme dan dinamisme. Pengaruh kepercayaan para leluhur ini terlihat dari ritual-ritual adat yang masih melibatkan arwah para leluhur yang dikenal sebagai jin.

Mereka mempercayai adanya kehidupan lain yang memiliki kekuatan di alam yang berbeda. Salah satunya terbukti lewat Tari Salai Jin. Pasalnya, tarian ini diadakan untuk meminta pertolongan roh halus atau penguasa alam setempat yang disebut jin. Seperti umumnya tari tradisional di berbagai daerah di Indonesia, tari Salai Jin ini telah diturunkan dari nenek moyang orang Ternate.

Konon tarian ini adalah bagian dari tradisi megalit. Bellwood (1978) berpendapat bahwa tradisi megalit di Maluku Utara jika dilihat dari tipologinya sangat memungkinkan berusia lebih tua dari tradisi megalitik yang berkembang di Indonesia bagian barat.

Ketika itu tari Salai Jin diyakini dapat menghubungkan manusia dengan alam roh para leluhur (jin) yang bisa memberi bantuan dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Misalnya ada wabah penyakit yang menimpa satu keluarga. Bahkan tari Salai Jin bisa digelar, jika ada masalah dalam keluarga seperti jodoh dan percintaan, tujuannya tentu agar mendapat solusi dari jin.

Awalnya, tarian ini tidak boleh sembarangan ditarikan. Bahkan hanya orang-orang pilihan seperti dukun yang bisa membawakan tarian ini. Namun seiring perkembangan waktu, akhirnya tarian Salai Jin mengalami beberapa modifikasi dan menjadi atraksi pariwisata unggulan di Ternate.

Bakaran kemenyan tidak lagi menjadi keharusan dan dapat digantikan dengan arang biasa yang berasal dari tempurung kelapa. Selain itu, pakaian para penari pun sudah mengikuti gaya modern dengan warna-warna mencolok yang menarik untuk dilihat. Biasanya tari Salai Jin dilakukan secara berkelompok. Tidak ada masalah bila yang menari semua pria atau campuran antara pria dan wanita.

Mereka meyakini, jumlah sang penari haruslah genap agar terhindar dari malapetaka. Selain itu, para penari juga bukan orang sembarangan, tetapi mereka yang dianggap memiliki “kekuatan” lebih. Pasalnya, penari tarian ini biasanya akan mengalami trans alias kemasukan roh halus yang diyakni adalah jin. Dan itu tetap terjadi hingga masa modern ini dan menjadi nilai lebih dari tarian ini.

Kini, tarian ini telah menjadi bagian dari pertunjukan untuk menyambut tamu-tamu penting yang datang, atau di festival bertaraf internasional seperti Festival Solar Eclipse. Walaupun kehadiran jin dan proses kemasukan roh halus di tubuh para penari sudah jarang terjadi, namun kondisi magis tetap dipertahankan dengan musik, mimik wajah, dan gerakan para penari yang menyiratkan hal mistis.

Situasi seperti itu penting dipertahankan karena para penari menyadari bahwa daya tarik tarian ini memang ada di nilai kemagisannya. Bahkan, tarian ini seringkali menjadi pilihan utama sebagai salah satu tari penyambutan ketika tamu-tamu kenegaraan datang mengunjungi Ternate. (K-SB)