Indonesia.go.id - Pencak Silat Warisan Budaya Indonesia Menuju Panggung Olimpiade

Pencak Silat Warisan Budaya Indonesia Menuju Panggung Olimpiade

  • Administrator
  • Jumat, 9 Agustus 2024 | 08:19 WIB
OLAHRAGA
  Prabowo Subianto bersama atlet dan ofisial pencak silat berbagai negara pada Indonesia Night & Exhibition Pencak Silat di Hotel Pullman Paris, Prancis. NOC Indonesia
Pencak Silat, warisan budaya takbenda Indonesia, kini mengincar panggung Olimpiade sebagai cabang olahraga resmi. Apakah seni bela diri asli Nusantara ini akan segera menyabet medali emas di ajang dunia?

Pencak silat adalah seni bela diri asli bangsa Indonesia dan merupakan pengembangan dari cara bertarung suku-suku asli Nusantara yang meniru gerakan binatang seperti harimau, kera, ular, hingga burung elang. Mereka menciptakan aneka gerakan seperti binatang untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya dari tantangan alam.

Pemerhati seni bela diri terkemuka asal Amerika Serikat Donald Frederick Draeger dalam bukunya Weapon and Fighting Art of Indonesia menyebut keterampilan bertarung ini kemudian dikembangkan memakai alat tambahan seperti perisai, parang, dan tombak. Donn, begitu mantan Korps Marinis AS ini biasa disapa, sempat menelitinya ke Indonesia. Ia berkeliling Nusantara pada 1970 ditemani dua praktisi bela diri asal Kanada dan Inggris.

Ketiganya bahkan menuliskan pengalaman berkelana di Nusantara untuk menelisik pencak silat dalam sebuah buku berjudul Pentjak Silat: The Indonesia Fighting Art. Dalam buku tersebut, mereka menyimpulkan bahwa pencak silat tidak sama dengan seni bela diri lainnya yang berkembang di benua Asia seperti judo, kungfu, atau karate.

Donn meyakini bahwa pencak silat telah ada sejak abad ke-8 Masehi dan mulai berkembang di Pulau Sumatra hingga menyebar ke Nusantara. Ketiganya sampai mendefinisikan bahwa bela diri ini merupakan perpaduan antara pencak sebagai metode berlatih mempertahankan diri dan silat sebagai cara melakukan gerakan pertahanan diri sesungguhnya. Sehingga dapat diartikan bahwa pencak silat adalah seni pertahanan diri (martials art).

Menurut Hasan Alwi dalam “Sejarah Perkembangan Pencak Silat”, pencak silat dapat dijadikan sebagai sebuah seni lengkap dengan iringan musik seperti terompet dan tetabuhan. Namun, pencak silat juga menjadi sebuah olahraga karena gerakannya sarat dengan ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan senjata atau tangan kosong.

O'ong Maryono, diaspora Indonesia yang membawa pencak silat mendunia, dalam "Pencak Silat Merentang Waktu" (Pencak Silat in the Indonesian Archipelago) mengatakan bahwa seni bela diri asli Nusantara ini kaya aspek sosial budaya. Sebab, sebagai sebuah tradisi, pencak silat tetap lestari lantaran diajarkan secara turun temurun oleh pendekar kepada murid-muridnya dari generasi ke generasi sejak berabad silam.

Bermacam aliran seni pencak silat telah berkembang di tanah air seperti silek harimau Minangkabau, silat Cimande atau Cikalong. Sejumlah perguruan silat ikut terbentuk dan berkembang pesat di Indonesia dengan jumlah murid mencapai jutaan orang semisal Perguruan Setia Hati Teratai (PSHT), Tapak Suci, Nusa Pagar, dan Merpati Putih. Mereka berhimpun dalam wadah induk organisasi bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang dibentuk pada 18 Mei 1948.

 

Cabor Olimpiade

Sedangkan di ranah internasional, olahraga pencak silat telah membentuk induk dunia bernama Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) atau International Pencak Silat Federation (IPSF) yang dicetuskan pada 11 Maret 1980 dengan markas utama di Jakarta. Persilat, seperti dikutip dari website resminya, beranggotakan 86 negara dari 3 federasi regional (Asia, Eropa, Amerika). Lebih dari 4 juta orang rutin berlatih pencak silat di seluruh dunia.

Selain rutin menggelar kejuaraan tingkat regional dan dunia, pencak silat juga telah masuk sebagai cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan pada perhelatan olahraga multicabang seperti SEA Games sejak 1987 dan Asian Games 2018 di Jakarta. Ketika Asian Games 2018, sebanyak 16 negara mengirimkan atletnya bertanding pada cabor pencak silat yang menyediakan 16 set medali emas, perak dan perunggu. Sebanyak 9 negara mampu meraih medali.

Pencak silat juga telah ditetapkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia pada 13 Desember 2019. Ini menjadi bentuk pengakuan dunia internasional akan keberadaan pencak silat sehingga berpotensi ditandingkan sebagai cabor resmi Olimpiade.

Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari mengungkapkan, perjalanan agar pencak silat diakui sebagai cabor Olimpiade tentu tidak mudah. Namun, pencak silat telah menjadi bagian dari Olympic Movement yang diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC) serta telah menggelar lebih dari 20 kali kejuaraan dunia. "Masih banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi, salah satunya mengikuti WADA (World Anti-Doping Agency) Code,” ujar Oktohari seperti dilansir Antara.

Dia menyampaikan, Indonesia saat ini sedang membidik sebagai penyelenggara Olimpiade Remaja 2030 dan Olimpiade 2036. Oktohari juga mendampingi Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang juga Presiden Persilat menemui Presiden IOC Thomas Bach di sela-sela pelaksanaan Olimpiade 2024 di Paris agar memasukkan pencak silat sebagai salah satu cabor dipertandingkan pada Olimpiade 2036 nanti. 

Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menyatakan tekadnya membawa pencak silat diakui sebagai cabor resmi Olimpiade. "Kita ingin membawa pencak silat ke Olimpiade, untuk itu kita sangat butuh dukungan dari seluruh pihak. Sedikit demi sedikit pencak silat dilirik, digandrungi, dipelajari bangsa lain," katanya usai terpilih sebagai kembali sebagai ketua umum IPSI, 18 Desember 2021.

Tentunya upaya mewujudkan pencak silat sebagai cabor Olimpiade perlu kerja keras meski dapat dimulai sebagai cabor ekshibisi Olimpiade. Sebagai perbandingan, Taekwondo Dunia (World Taekwondo) selaku induk olahraga dunia dari bela diri asli Korea Selatan ini berhasil meyakinkan IOC agar dipertandingkan pada Olimpiade saat diadakan di Seoul pada 1988. Saat itu, bentuknya hanya sebagai cabor ekshibisi atau demonstrasi. Kondisi itu berlanjut hingga Olimpiade 1992 Barcelona.

Akhirnya, taekwondo resmi menjalani debut sebagai cabor yang memperebutkan medali ketika Olimpiade 2000 Sydney. Waktu itu, ada 130 taekwondoin dari 51 negara ambil bagian guna memperebutkan 8 set medali emas, perak, dan perunggu. Sebanyak 6 negara sukses menggondol emas, termasuk Korsel yang keluar sebagai juara umum dengan tiga emas. Lima negara lainnya seperti Australia, Kuba, Tiongkok, Yunani, dan AS berbagi rata masing-masing sekeping emas.

Semoga saja suatu saat pencak silat dapat dilombakan sebagai cabor resmi Olimpiade dan jika itu terjadi, selain sebagai bentuk pengakuan dunia olahraga internasional akan keberadaan seni bela diri pencak silat, juga dapat menambah perbendaharaan emas Olimpiade yang dihasilkan oleh Indonesia.

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari