Indonesia.go.id - Tenun Sambas, dari Warisan Budaya ke Panggung Karnaval Internasional

Tenun Sambas, dari Warisan Budaya ke Panggung Karnaval Internasional

  • Administrator
  • Jumat, 16 Agustus 2024 | 07:00 WIB
BUDAYA
  Masyarakat berperan serta dalam Karnaval Tenun Sambas tahun 2024 di Jalan Pembangunan Sambas, Desa Dalam Kaum, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Jadi upaya mengenalkan tenun asli Sambas ke panggung dunia. MC KAB. Sambas
Saksikan keindahan budaya dan kreativitas dalam Karnaval Tenun Sambas, yang menampilkan warisan lokal dengan pesona internasional. Dari motif tradisional hingga kostum memukau, festival ini menjadi jembatan menuju pengakuan global bagi budaya Sambas.

Di antara gemerlap karnaval dunia seperti di Rio de Janeiro, Brasil, Indonesia tidak ketinggalan menampilkan keunikan dan kekayaan budayanya melalui festival-festival sejenis yang mengusung kearifan lokal. Demikian pula yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sambas, sebuah kabupaten yang terletak di Kalimantan Barat, dekat dengan perbatasan Malaysia dan Laut Natuna.

Sambas tidak ingin ketinggalan dan ingin maju seperti daerah-daerah lain di Jawa dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini adalah dengan mengenalkan keunggulan budaya, kreativitas, dan kesenian masyarakatnya melalui Karnaval Tenun Sambas.

Karnaval ini telah menjadi kegiatan tahunan yang bertujuan untuk mempromosikan potensi kain tenun Sambas yang memiliki sejarah panjang. Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sambas Suhartini menjelaskan bahwa Karnaval Tenun Sambas digelar tahunan untuk mempromosikan potensi dan melestarikan tenun Sambas.

"Karnaval ini bertujuan mempromosikan tenun Sambas kepada masyarakat luas, baik yang ada di Sambas maupun di luar Sambas, juga bertujuan melestarikannya," ujarnya dalam siaran pers pada Minggu, 4 Agustus 2024.

Untuk karnaval kali ini, sebanyak 34 peserta ikut serta dalam Karnaval Tenun Sambas yang diselenggarakan di depan Kantor Dinas Perpustakaan Kearsipan Daerah. Peserta karnaval dibagi dalam dua kategori, yakni anak-anak dan dewasa. Mereka menampilkan kostum dengan tema tenun Sambas, dengan berbagai variasi dan corak, mulai dari kapal belon, kue kelepon, hingga burung enggang.

Peserta tampil dengan beragam model, namun tetap menonjolkan keunikan dan kekhasan daerah Sambas, termasuk keunggulan kain tenun Sambas. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk menarik wisatawan ke daerah tersebut.

"Dengan banyaknya kegiatan yang juga mengenalkan kekayaan budaya Sambas, wisatawan akan datang, dan imbas berikutnya adalah peningkatan perekonomian daerah," jelas Suhartini.

 

Antusiasme dan Partisipasi

Antusiasme peserta Karnaval Tenun Sambas meningkat dari tahun sebelumnya, dengan jumlah peserta meningkat sebesar 50 persen dari tahun 2023. "Tahun ini diikuti 34 peserta dari 14 kabupaten dan kota di Kalbar," ucap Suhartini.

Peserta terbanyak datang dari Kabupaten Sambas dan Kota Singkawang, dengan dua kategori, yakni anak-anak mulai usia 6 tahun hingga remaja dan dewasa 17 tahun ke atas. Tema karnaval menampilkan motif tenun Sambas dan kostum peserta harus sesuai dengan tema tanpa menyinggung unsur SARA. Peserta yang memenangkan kompetisi dinilai oleh dewan juri dan akan mendapat hadiah serta uang pembinaan.

Kain tenun Sambas merupakan kain tradisional yang dipopulerkan oleh masyarakat Melayu, Kalimantan Barat. Kepopuleran kain tenun Sambas bahkan sudah menembus pasar internasional dan telah didaulat sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2010.

Ciri khas kain tenun Sambas adalah motif yang rumit dan dihiasi benang berwarna kuning keemasan dan perak, yang sering disebut sebagai kain benang emas. Beberapa motif terkenal antara lain rebung dan tanaman kangkung sungai. Motif rebung biasanya ditempatkan pada kepala dan kaki kain, sedangkan kangkung sungai ditempatkan di bagian tengah kain. Proses pewarnaan kain ini tidak menggunakan bahan kimia, melainkan zat alami dari akar, daun, dan batang tanaman.

Kain tenun Sambas diperkirakan telah ada sejak abad ke-17, ketika Kabupaten Sambas masih berupa kerajaan yang berpusat di Istana Alwatzikhoebillah. Pada masa itu, kain tenun digunakan untuk kebutuhan adat dan perdagangan, serta sebagai pakaian kebesaran dalam acara kerajaan.

Seiring berjalannya waktu, tenun Sambas diproduksi kembali secara masif pada awal 1960 hingga 1990-an. Proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan waktu lama, paling cepat satu bulan, membuat sehelai kain tenun Sambas dijual sangat mahal, dengan harga berkisar antara Rp2 hingga Rp5 juta.

Harapannya, festival yang menghadirkan kearifan lokal semakin banyak dan menjadi tontonan menarik bagi wisatawan mancanegara. Karnaval Tenun Sambas diharapkan terus menjadi ajang yang menghidupkan dan mempromosikan warisan budaya Sambas ke seluruh dunia.

 

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari