Bermula dari race Darwin to Dili, pada 1973, kini itu menjelma menjadi Nusantara Sail 2023. Simbol boyongan ibu kota. Tujuan dasar kegiatan sail adalah mengenalkan wisata bahari Nusantara.
Deretan kapal wisata di Pantai Ancol, Jakarta Utara, itu pemandangan biasa. Lain soal, kalau yang terlihat adalah deretan kapal layar dengan aneka warna. Pemandangan tidak biasa itu terjadi pada Sabtu (9/9/2023).
Kala itu, sebanyak 45 kapal layar berderet apik di sana. Kapal dari tujuh negara itu menunggu aba-aba untuk berlabuh, mengembangkan layar aneka warna, menuju laut lepas. Mereka akan berlayar dari Ibu Kota Jakarta menuju Ibu Kota Nusantara.
Adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono yang didapuk di pagi hari itu melepas para peserta Nusantara Sail 2023. Kegiatan berlayar nasional itu diinisiasi Kementerian PUPR sebagai bagian dukungan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang akan menjadi poros negara Indonesia sebagai negara maritim sekaligus bagian dari Road to World Water Forum ke-10 di Bali pada 2024 dan Perayaan Hari Maritim ke-59.
Perhelatan Nusantara Sail 2023, merujuk kata Menteri Basuki, merupakan agenda perdana yang diharapkan dapat terus terlaksana pada tahun berikutnya. Kegiatan ini juga sebagai upaya meningkatkan kesadaran bersama dalam melestarikan laut dan mempromosikan budaya berlayar sebagai identitas Bangsa Indonesia sebagai negara maritim.
"Karena paling susah adalah memulai. Tunjukkan bahwa kita memang bangsa maritim dan bangsa pelaut. Laut bukan menjadi pemisah pulau-pulau, tapi justru penghubung pulau-pulau. Dan ini ada hubungannya dengan Kementerian PUPR dalam bertugas membangun infrastruktur konektivitas, jembatan kita adalah laut," kata Menteri Basuki, dalam sambutan Pembukaan Nusantara Sail 2023.
Kegiatan berlayar nasional akan dimulai dari Jakarta menuju Balikpapan, dilanjutkan menuju IKN Nusantara dan Samarinda. Para peserta direncanakan tiba di IKN Nusantara pada 24 September 2023. "Ini kita konkret menuju Nusantara. Kita harapkan akan semakin banyak peserta dan pada 17 Agustus 2024 kita akan boyong ke sana dengan kapal," kata Menteri Basuki.
Menteri Basuki berpesan kepada para pelaut peserta Nusantara Sail untuk tetap mengecek peralatan berlayar, menjaga kesehatan, dan memonitor prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). "Selamat jalan, saya tunggu di Pulau Balang, Balikpapan, pada 25 September 2023," kata Menteri Basuki.
Ketua Panitia Pelaksana Nusantara Sail 2023 sekaligus Direktur Pembangunan Jalan, yakni Dirjen Bina Marga Kementerian PUPR Wida Nirfaida, mengatakan bahwa kegiatan Nusantara Sail 2023 merupakan rangkaian pelayaran yang mempertemukan para pelaut Nusantara menggunakan kapal tradisional bersejarah dengan pelaut internasional dari berbagai negara.
Tercatat, jumlah pelaut yang ikut serta pada kegiatan berlayar sebanyak 101 orang dengan total 30 kapal. "Beberapa kapal yang terlibat antara lain dari Indonesia, Malaysia, Afrika Selatan, Norwagia, dan Australia. Sementara itu, para pelaut yang terlibat terdiri atas tujuh negara, yakni Indonesia, Amerika, Jerman, Afrika Selatan, Norwegia, Australia, dan Filipina," kata Wida Nurfaida.
Setiba di Kalimantan Timur nantinya, para peserta Nusantara Sail 2023 akan mengikuti serangkaian kegiatan misi perkenalan budaya dan misi sosial, penanaman pohon, serta ke Desa Pampang, kampung asli Suku Dayak yang berlokasi di Samarinda. Perhelatan ini juga diharapkan dapat menginspirasi lahirnya IKN Nusantara yang hijau (green city), pintar (smart city), serta kota yang fokus terhadap potensi maritim (blue city) yang dikenal sebagai Nusantara.
Sejarah Nusantara Sail
Kegiatan sail di Indonesia, sejatinya sudah digelar sejak 2009. Kegiatan ini memiliki makna, pelayaran di wilayah perairan tanah air. Kegiatan ini diikuti para pecinta dari kapal layar atau biasa disebut yacht, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Area pelayarannya berpindah-pindah dari tahun ke tahun.
Tujuan dasar kegiatan ini adalah untuk membuat sektor pariwisata bahari daerah Nusantara semakin dijelajahi maupun dikenali oleh masyarakat luas. Cikal bakal event ini sendiri telah ada sejak 1973. Kegiatan kala itu dinamakan Darwin to Dili Yacht Race, pelayaran dari Australia ke Timor Leste.
Lantaran kondisi politik yang kurang kondusif saat itu, kompetisi menarik itu dihentikan pada 1975. Satu tahun kemudian, pada 1976, kegiatan sail kembali dilaksanakan dengan rute Darwin ke Ambon. Hanya saja, di tahun berikutnya, hingga tahun 1999 acara besar kembali tertunda, lantaran kondisi politik kurang mendukung.
Memasuki 2000, pihak dari Kementerian Kelautan RI bernama Aji Sularso mencetuskan ide baru berupa kegiatan reli kapal layar khusus di perairan tanah air. Lalu muncullah nama Sail Indonesia, setelah sebelumnya Indonesia sukses menggelar Arung Samudera pada 1995.
Mengembangkan Pariwisata
Tahun 2001 perjalanan perlombaan pelayaran bergengsi (Sail Indonesia) menyita animo masyarakat. Peserta sail, selain dari dalam negeri banyak dari mancanegara. Sejak tahun itu, Sail Indonesia menjadi agenda tetap, lantaran dinilai bisa mengembangkan pariwisata bahari.
Sebagaimana diketahui, banyak wilayah perairan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Kegiatan sail bersama, menjadi sarana penting mengenalkan dan sekaligus memandu wisatawan asing mengunjungi tempat penyelenggaraan Sail Indonesia.
Selain wisata bahari, lomba sail juga mengenalkan budaya lokal ke dunia luar. Setiap daerah yang disinggahi peserta berkesempatan menunjukkan kebudayaan mereka. Dari acara ini, nama Indonesia pun semakin dikenal.
Pada 2009 Bunaken menjadi tuan rumah kompetisi sail pertama. Tahun 2023 ini, kegiatan menjadi Nusantara Sail dengan jalur Jakarta-Nusantara.
Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari