Indonesia.go.id - Agar Terang hingga Timur

Agar Terang hingga Timur

  • Administrator
  • Selasa, 1 Desember 2020 | 06:57 WIB
INFRASTRUKTUR
  Pemasangan sambungan baru jaringan listrik di Maluku. Foto: ANTARA FOTO

Perluasan elektrifikasi di Indonesia Timur merupakan bagian penting dari upaya menyediakan listrik di seluruh Indonesia pada 2024.

Salah satu misi Bank Pembangunan Asia (ADB) adalah membantu rakyat negara-negara miskin dan emerging mendapat kesetaraan akses akan kebutuhan dasarnya. Dalam konteks inilah ADB menyetujui pinjaman senilai USD600 juta atau sekitar Rp8,5 triliun untuk membantu PT PLN (Persero) meningkatkan akses listrik dan mendorong pemakaian energi terbarukan di Indonesia bagian timur. Pinjaman ini merupakan tahap kedua dari akses energi berkelanjutan di Indonesia Timur. Program itu dilaksanakan untuk meningkatkan akses listrik dan meningkatkan keandalan layanan listrik di sembilan provinsi di Pulau Kalimantan, Maluku, dan Papua.

Direktur Bidang Energi Asia Tenggara ADB Toru Kubo, dalam pernyataan di Jakarta, Selasa (24/11/2020), mengatakan bahwa pengadaan listrik yang andal sangat penting agar masyarakat dapat mengakses peluang kerja, layanan pendidikan, dan kesehatan, terutama di masa pandemi Covid-19. "Program ini akan meningkatkan akses listrik yang berkelanjutan, adil, dan andal bagi masyarakat di kawasan timur Indonesia, termasuk melalui pemanfaatan cahaya matahari dan sumber terbarukan lainnya," katanya.

Kubo mengatakan, pinjaman ini juga bermanfaat untuk mendukung pemulihan ekonomi di Indonesia timur dari pandemi dan berkontribusi bagi pertumbuhan yang adil dan tangguh. Saat ini, perluasan elektrifikasi di Indonesia timur merupakan bagian penting dari rencana investasi infrastruktur pemerintah, yang berupaya menyediakan listrik di seluruh Indonesia pada 2024.

Pemerintah juga sedang meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi total menjadi 23 persen pada 2025, naik dari 13 persen pada 2016. Selain itu, pemerintah berharap sebisa mungkin mengurangi penggunaan minyak solar untuk mesin pembangkit listrik yang selama ini banyak digunakan di daerah tertinggal di wilayah timur Indonesia.  Penyediaan listrik tenaga surya (solar sel) menjadi pilihannya.

Spesialis Energi ADB Diana Connett mengatakan, pinjaman lunak itu dapat membantu pengurangan konsumsi minyak solar serta memberikan manfaat positif bagi lingkungan dan sosial secara signifikan. Program ini akan meningkatkan penyaluran listrik PLN yang berasal dari energi terbarukan bagi masyarakat terpencil hingga enam kali lipat, serta mengurangi konsumsi minyak tanah dan kayu dalam ruangan.

Tahap pertama program yang dimulai pada 2017 dan berhasil diterapkan di sembilan provinsi di Sulawesi dan Nusa Tenggara. Walhasil,  ada 1,53 juta pelanggan listrik baru pada akhir 2019, atau lebih tinggi dari target awal 1,37 juta. Program tahap kedua senilai USD600 juta ini di dalamnya mencakup pula dua hibah, masing-masing senilai USD3 juta (sekitar Rp42,6 miliar), dari Japan Fund for Poverty Reduction dan Asia Clean Energy Fund.

Pinjaman yang bertujuan menyediakan sambungan listrik pada 1,55 juta pelanggan baru di sembilan provinsi pada 2024 itu juga diharapkan membantu PLN dalam mengelola aset dan menangani limbah dengan aman, serta meningkatkan sistem pengadaan dan pembayaran.

Sementara itu, hibah dari Asia Clean Energy Fund disalurkan akan membantu pembangkit energi terbarukan mengadopsi teknologi modern dalam rancangan dan pemeliharaan sistem. Ada pun hibah dari Japan Fund for Poverty Reduction dimaksudkan  mendukung upaya pemasangan sambungan listrik rumah tangga miskin dan membantu mengadakan kajian longitudinal dampak sosial dan gender.

Pemerintah pun terus mendorong munculnya pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa dengan memperkuat jaringan listrik, apalagi sebagian penduduk di Indonesia timur belum mempunyai akses listrik memadai. Saat ini, sekitar 56 persen rumah tangga di Papua dan 28 persen rumah tangga di Maluku masih memiliki akses listrik yang terbatas karena belum adanya infrastruktur yang baik.

Perlu diketahui, Bank Pembangunan Asia (ADB) menyetujui strategi kemitraan 2020-2024 untuk Indonesia yang ditujukan guna menjalankan serangkaian dukungan finansial dan solusi melalui operasi sektor pemerintah dan swasta. Presiden ADB Masatsugu Asakawa, dalam pernyataannya di Jakarta, 25 November lalu, mengatakan bahwa strategi ini juga bertujuan memberikan pengetahuan teknis untuk katalisasi investasi, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan membantu Indonesia bangkit lebih kuat lagi selepas pandemi Covid-19.

"Strategi kemitraan yang baru ini mencerminkan komitmen kuat ADB membantu Indonesia, mendorong pembangunan manusia, meningkatkan daya saing ekonomi, menjawab risiko bencana, serta tata lingkungan yang keberlanjutan di tengah ketidakpastian ekonomi dan naiknya ancaman perubahan iklim," kata Asakawa. Ia memastikan strategi ADB dalam lima tahun kedepan akan mendukung pembangunan ekonomi Indonesia yang inklusif dan berdaya saing, dengan berfokus pada kesejahteraan manusia, ekonomi yang kompetitif, dan lingkungan yang sehat, sambil membantu untuk membangun ketahanan terhadap risiko bencara perubahan iklim.

 

Sejalan RPJMN

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan apresiasi atas dukungan ADB, apalagi strategi ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Indonesia (RPJMN) 2020-2024 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB (SDGs) serta strategi korporat ADB yaitu "Strategy 2030". "Kami sangat menghargai dukungan kuat ADB pada Indonesia yang sudah berlangsung lama, terutama kecepatan respons ADB, serta komunikasi yang erat dan aktif dengan pemerintah selama pandemi Covid-19," katanya.

Dengan strategi ini, pinjaman ADB pada pemerintah Indonesia diperkirakan mencapai USD10,7 miliar pada 2020-2023. Operasi ADB juga berupaya memobilisasi pembiayaan bersama dari mitra pembangunan dan investasi dari sektor swasta, untuk merespons naiknya kebutuhan pembiayaan selama Covid-19.

Sebagai contoh, ADB akan membantu Indonesia menarik lebih banyak investasi swasta di bidang infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPS) yang lebih luas. ADB juga membantu pencapaian SDGs di Indonesia, melalui opsi pembiayaan inovatif untuk mengurangi risiko proyek-proyek infrastruktur hijau dan sebagai katalis investasi sektor swasta. Selain itu, ADB juga akan mendukung agenda reformasi kebijakan pemerintah dalam pembangunan manusia, inklusi keuangan, daya saing usaha, badan usaha milik negara, dan mempromosikan energi bersih yang ramah lingkungan.

Operasi ADB akan berupaya memajukan kesetaraan gender di Indonesia dengan membantu meningkatkan akses perempuan ke sektor keuangan formal, memperkuat keterampilan yang meningkatkan kelayakan bekerja bagi perempuan dan keikutsertaan perempuan dalam usaha perdesaan, serta meningkatkan akses perempuan yang rentan ke layanan bantuan sosial.

Proyek-proyek yang dibiayai ADB ikut mempromosikan penerapan teknologi untuk memaksimalkan dampak pembangunan. Sebagai contoh, ADB akan memanfaatkan analitik mahadata (big data analytics), teknologi keuangan serta teknologi satelit untuk pemetaan banjir dan pembangunan perkotaan. ADB juga memberikan bantuan dalam penggunaan jaringan dan meteran pintar, teknologi panas bumi, teknologi limbah-menjadi-energi, serta sistem penginderaan jarak jauh guna meningkatkan proses survei dan perencanaan bagi operasi dan perawatan aset.

 

 

Penulis: Eri Sutrisno
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini