Sejak didirikan pada 8 Agustus 1967, ASEAN telah menjelma sebagai salah satu kekuatan ekonomi global. Bahkan organisasi regional itu menjadi kekuatan ekonomi dunia yang cukup diperhitungkan.
Seperti dikutip dari data Bank Dunia, Oktober 2019, bermodalkan jumlah penduduk mencapai 661 juta jiwa dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar USD9.727 miliar atau Rp13.715 triliun dengan kurs Rp14.100 per dolar, ASEAN adalah sebuah potensi besar. Bahkan para menteri ekonomi ASEAN memprediksi kawasan ini akan menjadi kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2030.
Dengan posisi geografis yang terletak di sekitar khatulistiwa dan memiliki kekayaan laut yang melimpah menjadikan produk alam sebagai kekuatan utama. Komoditas barang dari produk perikanan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan, bersanding bersama produk manufaktur elektronik serta garmen sebagai andalan dari ASEAN. Bahkan beberapa di antara produk tadi adalah penguasa dunia seperti perikanan, karet, sawit, dan kayu.
Keindahan alam dari negara-negara anggota ASEAN ikut memberi sumbangan berarti sebagai produk andalan yang ditawarkan kepada para mitranya. Dengan Selat Malaka yang memilik peran strategis sebagai pintu penghubung kawasan Asia dengan Pasifik melalui Australia ikut memberi sumbangan tak sedikit sebagai komoditas jasa perhubungan di ASEAN.
Nyaris tidak ada negara atau komunitas perdagangan internasional yang tak tertarik untuk menggandeng ASEAN sebagai mitra strategis. Meskipun beranggotakan 10 negara di regional Asia Tenggara, Indonesia, Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia merupakan motor ekonomi ASEAN. Sedangkan Brunei Darussalam, Myanmar, Filipina, Laos, dan Kamboja sebagai kekuatan pendamping dengan peran tak kalah penting.
Mitra-mitra dagang ASEAN selama ini tak hanya mengandalkan sesama negara di Asia, seperti Asia Timur (Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan) atau dikenal dengan ASEAN Plus Three (ASEAN+3). Namun juga negara-negara lain di luar regional Asia, seperti Amerika Utara dan Uni Eropa.
Salah satu mitra Amerika Utara itu adalah Kanada. Meski belum sebesar kerja sama perdagangan kawasan Asia Timur, yang telah dilakukan bersama Kanada tak boleh dipandang sebelah mata. Berdasarkan data Direktorat Perundingan ASEAN pada Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Kanada telah menjadi mitra strategis kesembilan terbesar pada 2018. Sebaliknya, ASEAN adalah mitra perdagangan terbesar keenam bagi Kanada. Keseriusan Kanada untuk menggandeng ASEAN sebagai mitra dagang strategis bermula dari pertemuan kedua pihak pada 1977 silam. Pertemuan itu menelurkan sebuah deklarasi bersama mengenai perdagangan dan investasi antara kedua pihak atau dikenal sebagai JDTI. Deklarasi ini terus dipebarui mengikuti perkembangan perdagangan dan investasi ASEAN-Kanada.
Pada 2016 ASEAN-Kanada menggelar Dialog Kebijakan Perdagangan Tahap Pertama setahun kemudian. Dalam pertemuan serupa pada 11-12 Juli 2018, Kanada mulai membagikan pengalamannya bermitra dagang dengan Uni Eropa sebagai bahan masukan untuk ASEAN. Tepat pada Juni 2020, ASEAN dan Kanada pun menyepakati perlunya dibentuk zona perdagangan khusus melalui pola Free Trade Agreement (FTA) antara kedua pihak. Ide itu pun rencananya akan ditindaklanjuti dengan sebuah reference paper antara para menteri ekonomi ASEAN-Kanada pada Agustus 2021.
Mengutip data statistik Kementerian Perdagangan Kanada, kerja sama perdagangan ASEAN-Kanada pada 2019 saja telah menghasilkan USD20,5 miliar (Rp289,05 triliun). Produk perdagangan andalan utama ASEAN ke Kanada meliputi elektronik, furnitur, pakaian, dan alas kaki. Kanada sendiri mengandalkan terigu, produk permesinan, produk mineral, dan petrokimia, serta emas untuk dijual kepada negara-negara ASEAN.
ASEAN dan Uni Eropa
ASEAN dan Uni Eropa adalah dua kekuatan ekonomi di kawasan masing-masing. Sejak 1977 silam, kedua kawasan sudah memulai dialog dilanjutkan dengan kesepakatan berupa Perjanjian Kerja Sama ASEAN dengan kawasan ekonomi Eropa 7 pada Maret 1980. Komunitas kawasan ekonomi Eropa merupakan salah satu cikal bakal dari terbentuknya Uni Eropa. Pada 27 April 2005 bertempat di Vietnam, ASEAN dan Uni Eropa sepakat untuk membentuk kawasan FTA melalui beberapa kali perundingan dan dialog.
Namun, setelah empat tahun duduk bersama, pada 12 Februari 2009 di markas Uni Eropa di Brussels, Belgia, pembicaraan ide FTA itu sepakat untuk dihentikan sementara. Pembicaraan mengenai diperlukannya FTA ASEAN-Uni Eropa kembali mengemuka pada pertemuan konsultasi di Manila, Filipina, 10 Maret 2017.
Beberapa kali perundingan dan dialog kembali diadakan termasuk pada 20-21 Februari 2020 di Brussels. Pada perundingan itu, kedua blok perdagangan itu sepakat perlunya kehadiran sebuah zona perdagangan khusus meski masih terdapat kesenjangan (gap) yang cukup lebar.
Meski demikian, kerja sama ASEAN dan Uni Eropa sudah berjalan dengan baik terutama pada sektor-sektor utama meliputi kerja sama ekonomi, kerja sama sosial budaya, dan kerja sama program pembangunan. Pada kerja sama ekonomi, perkembangan terbaru adalah disepakatinya perlindungan investasi dan perdagangan berkelanjutan serta perkuatan perdagangan sektor energi dan produk tambang.
Kemudian pada kerja sama sektor sosial budaya, ASEAN dan Uni Eropa sejak 2019 hingga 2020 telah sepakat untuk memperkuat kerja sama terkait lingkungan dan perubahan iklim. Kerja sama ini sebagai kelanjutan dari upaya yang dibangun ASEAN-Uni Eropa dalam isu-isu kemanusiaan serta penanganan bencana. Tak hanya itu, Uni Eropa pun mendukung peningkatan kualitas pendidikan negara-negara ASEAN melalui Program Peningkatan Kualitas Pendidikan (SHARE).
Pada kerja sama program pembangunan, Uni Eropa banyak membantu yang terkait pembangunan berkelanjutan terutama pada sektor lingkungan seperti mitigasi penanggulangan lahan gambut dan kabut asap. Begitu pula pada program perlindungan konservasi alam. Uni Eropa banyak memberikan atensi kepada program pembangunan kesehatan masyarakat di negara-negara ASEAN. Salah satunya ikut memberikan bantuan berbentuk paket stimulus senilai 800 juta euro (Rp14 triliun) untuk mengatasi krisis kesehatan dan memperkuat sistem kesehatan, air, dan sanitasi serta dampak sosial ekonomi dari pandemi corona yang melanda negara-negara ASEAN.
Secara keseluruhan, dalam rentang 2014 hingga 2020, Uni Eropa sudah menyalurkan dana sebesar 2 miliar euro (Rp35 triliun) untuk mendukung program-program kerja sama bilateral dengan negara-negara anggota ASEAN.
Penulis: Anton Setiawan
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini