Indonesia.go.id - Distribusi dan Vaksinasi dari Hulu ke Hilir

Distribusi dan Vaksinasi dari Hulu ke Hilir

  • Administrator
  • Minggu, 10 Januari 2021 | 06:55 WIB
VAKSIN COVID-19
  Petugas Bio Farma melakukan bongkar muat vaksin COVID-19 Sinovac setibanya di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Kamis (7/1/2021). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Proses lanjut penanganan pandemi Covid-19 di tanah air telah dimulai. Pendistribusian vaksin dilakukan ke-34 provinsi dengan senantiasa mempertahankan kualitas vaksin.

Rapat terbatas mengenai penanganan pandemi Covid-19 dan rencana pelaksanaan vaksinasi digelar di Istana Negara, Rabu (6/1/2021). Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memimpin rapat tersebut menyampaikan, seiring rencana vaksinasi Covid-19 pada pekan depan, distribusi vaksin Covid-19 ke berbagai daerah pun mulai dilakukan.

Kepada peserta rapat, Presiden Jokowi menjelaskan, proses distribusi vaksin Covid-19 yang telah dilakukan sejak Senin (4/1/2021) itu dilakukan secara bertahap. Target dari proses itu, menurut Presiden Jokowi, sebanyak 5,8 juta dosis vaksin sudah terdistribusi ke berbagai daerah pada akhir Januari 2021.

"Hari Selasa, vaksin sudah mulai masuk ke daerah. Itu baru tahapan pertama, karena target kita nantinya untuk Januari sebanyak 5.800.000 vaksin harus masuk ke daerah," paparnya.

Selanjutnya, Presiden Jokowi mengungkapkan, pada Februari dan Maret 2021 akan kembali didistribusikan jutaan vaksin Covid-19 ke daerah. "Pada Februari itu sebanyak 10.450.000 vaksin harus didistribusi ke daerah. Lalu Maret, 13.300.000 vaksin harus terdistribusi dan bisa dilaksanakan vaksinasinya ke daerah-daerah,” katanya.

Sedangkan untuk proses yang dilaksanakan pada bulan-bulan selanjutnya, Presiden Jokowi berjanji, untuk memberikan informasi pada waktu berikutnya. Tak ketinggalan, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa pemerintah telah memesan sedikitnya 329,5 juta dosis vaksin Covid-19 kepada sejumlah produsen vaksin dunia.

Adapun jumlah dosis vaksin tersebut, menurut Presiden Jokowi, berasal dari beberapa produsen dengan perincian dari Sinovac sebanyak 3 juta ditambah 122,5 juta. Kemudian dari Novavax, Pemerintah Indonesia memesan 50 juta dosis. Dari Covax Gavi, sebanyak 54 juta, AstraZeneca 50 juta, dan vaksin dari Pfizer sebanyak 50 juta dosis.

"Sehingga, total vaksin yang telah dikonfirmasi pemesanannya mencapai 329,5 juta dosis vaksin," ujarnya.

Untuk tahap pertama, sebelumnya Presiden Jokowi menyampaikan, pemerintah telah mengirim sebanyak 700.000 dosis vaksin Covid-19 ke berbagai daerah. “Stok kita ada 3 juta, baru dikirim ke daerah 700.000, nanti akan dikirim lagi berikutnya,” ujarnya, seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (5/1/2021).

Lebih lanjut, Presiden mengungkapkan, pekan depan akan kembali datang 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bahan baku. Kelak produksi bahan baku hingga menjadi vaksin siap pakai itu akan dilakukan oleh PT Bio Farma (Persero). "Begitu [vaksinnya] jadi, nanti akan dikirim ke daerah lagi," paparnya.

Presiden Jokowi juga memberikan kepastian bahwa pada tahap pertama itu vaksinasi akan diprioritaskan bagi tenaga kesehatan. Yakni, dokter dan perawat kemudian juga TNI-Polri, guru, dan masyarakat.

 

Langsung ke-34 Provinsi

Pendistribusian vaksin Covid-19 besutan perusahaan farmasi asal Tiongkok, Sinovac, yang dilakukan Kementerian Kesehatan dimulai sejak pekan pertama Januari 2021, ke-34 provinsi yang ada di tanah air. Targetnya, sebagaimana disampaikan Juru Bicara Program Vaksinasi Covid-19 Siti Nadia Tarmizi, paling lambat vaksin-vaksin itu telah terparkir di seluruh provinsi pada 7 Januari 2021.

Diketahui, vaksin Sinovac datang ke Indonesia dalam dua gelombang pengiriman. Pertama pada 6 Desember dan pengiriman berikutnya pada 30 Desember 2020. Dari dua gelombang tersebut, kini telah tersedia sebanyak 3 juta dosis vaksin di dalam negeri.

Pengiriman vaksin tersebut mendapat pengamanan ekstra ketat. Termasuk saat vaksin dibawa menuju gudang penyimpanan milik Bio Farma di Bandung, Jawa Barat. Di gudang tersebut, vaksin Sinovac diletakkan di tempat penyimpanan dengan kisaran suhu 2 hingga 8 derajat celcius, agar tetap kualitas vaksin tetap terjaga.

Fasilitas penyimpanan vaksin serupa itu, menurut Nadia, memang telah dimiliki daerah, sejak adanya program imunisasi pada anak. "Artinya fasilitas yang ada memang sudah siap untuk menampung vaksin Sinovac," tutur Nadia, yang juga menjelaskan bahwa setelah proses distribusi selesai, langkah selanjutnya adalah menunggu terbitnya emergency use of authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk vaksin Sinovac.

Sementara itu, Juru Bicara Bio Farma Bambang Heriyanto meyakini, tak akan banyak kendala dalam distribusi vaksin Covid-19. Apalagi, dia menjelaskan, Bio Farma tak bergerak sendiri dalam pendistribusian, melainkan melibatkan mulai dari pemerintah provinsi, kabupaten/kota, hingga unit terkecil. "Bahwa fasilitas pelayanan kesehatan kita didukung 10 ribu puskesmas. Semuanya sudah disiapkan untuk rantai dinginnya untuk menerima vaksin ini," kata Bambang dalam konferensi pers pada awal Januari 2021.

Direktur Utama PT Bio Farma Honesti Basyir bahkan mengatakan bahwa pihaknya tengah menyusun sistem distribusi vaksin dengan memanfaatkan teknologi. Sehingga mulai dari pengemasan, sambung dia, Bio Farma akan menggunakan sistem track and trace. "Kami akan memberikan semacam QR code, mulai dari kemasan yang primary, secondary, dan juga tertiary. Sehingga nanti vaksin ini benar-benar bisa dipastikan akan diberikan kepada yang berhak untuk menerimanya," tuturnya di pengujung Desember silam.

Bahkan bila vaksin berada di luar standar keamanan distribusi, Honesti memaparkan,

notifikasi akan langsung diterima kemudian dilacak lokasinya. GPS pun terpasang pada moda penyebaran. “Dengan begitu, publik menerima vaksin dengan layak. Kalau di luar itu, dipastikan ditarik dan diganti yang baru,” katanya, seraya mengingatkan bahwa distribusi termasuk tahapan yang sangat vital dalam proses vaksinasi.

 

Kelancaran Vaksinasi

Selain soal pendistribusian vaksin, pemerintah juga melakukan berbagai persiapan terkait program vaksinasinya sendiri. Tujuannya jelas, demi menjamin kelancaran program vaksinasi Covid-19. Salah satu langkah yang dilakukan adalah memvalidasi data sasaran. Di mana, daerah-daerah penerima telah diminta untuk mengecek ulang data tenaga kesehatan mereka yang akan menerima vaksinasi. Sebagaimana telah disebutkan, tenaga kesehatan merupakan prioritas pertama dalam program vaksinasi tahap awal tersebut.

Kemenkes RI juga telah melakukan pelatihan vaksinator ke seluruh daerah. Selain juga melakukan sosialisasi ke tenaga kesehatan di sekitarnya. Sementara itu dalam keterangan terbarunya, Menkes Budi Gunadi Sadikin menegaskan, vaksinasi Covid-19 di Indonesia akan mulai dilaksanakan pada Rabu (13/1/2021). Dan Presiden Jokowi disebutnya sebagai orang pertama yang akan disuntik vaksin Covid-19.

"Penyuntikan pertama akan dilakukan pada Rabu depan (13/1/2021) di Jakarta terhadap Bapak Presiden," ujar Budi dalam keterangan tertulisnya, Selasa (5/1/2021).

Dalam petunjuk teknis (juknis) resmi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan RI dijelaskan, vaksinasi itu akan berlangsung dalam empat tahapan. Sedangkan kelompok prioritas penerima vaksin Corona adalah mereka yang berusia di atas 18 tahun dan harus berdomisili di Indonesia.

Bagi kelompok berusia di bawah 18 tahun baru bisa mengikuti vaksinasi Covid-19 apabila data terkait keamanan vaksin corona pada usia tersebut telah memadai dan mendapat persetujuan penggunaan darurat atau izin edar dari BPOM. Ihwal tahapan vaksinasi, disampaikan Kemenkes RI membaginya dalam empat tahap.

Tahap 1 berlangsung pada Januari--April 2021 dengan sasaran vaksinasi pada tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Kemudian Tahap 2 yang juga berlangsung pada Januari--April 2021.

Di tahap ini vaksinasi diberikan kepada petugas pelayanan publik, yaitu TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya yang meliputi petugas di bandara/pelabuhan/stasiun/terminal, perbankan, perusahaan listrik negara, dan perusahaan daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Masih di Tahap 2, sasaran vaksinasi berikutnya adalah kelompok usia lanjut (di atas 60 tahun).

Tahap selanjutnya atau Tahap 3 berlangsung pada April 2021--Maret 2022. Dalam tahapan ini, maka sasaran vaksinasi adalah masyarakat rentan dari aspek geospasial, sosial, dan ekonomi. Lalu pada tahap terakhir, yakni Tahap 4 yang juga digelar mulai April 2021--Maret 2022, sasaran penerima vaksin adalah masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya dengan pendekatan klaster sesuai dengan ketersediaan vaksin.

"Penahapan dan penetapan kelompok prioritas penerima vaksin dilakukan dengan memperhatikan Roadmap WHO Strategic Advisory Group of Experts on Immunization (SAGE) serta kajian dari Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization)." Demikian tertulis dalam petunjuk teknis dari Kemenkes RI, yang dikutip pada Selasa (5/1/2021).

 

Dosis Vaksinasi

Kementerian Kesehatan telah memutuskan akan menggunakan tujuh jenis vaksin Covid-19 untuk penduduk Indonesia. Di mana berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01/07/Kemenkes/12758/2020 yang diteken Terawan Putranto, ketujuh vaksin itu merupakan produksi dari PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Novavac, Prizer/Biontech, dan Sinovac.

Dalam juknis pelaksanaan vaksinasi Covid-19 disebutkan, vaksin disuntikkan sebanyak dua kali dalam rentang waktu penyuntikan 14 hari hingga 28 hari. Adapun dosis yang diberikan, rata-rata berkisar antara 0,3 mililiter (ml) hingga 0,5 ml.

Secara lebih detail disebutkan, vaksin Sinovac disuntikkan sebanyak dua kali dengan rentang waktu penyuntikan 14 hari sebesar 0,5 ml per dosis. Sedangkan vaksin Sinopharm disuntikkan sebanyak dua kali dengan rentang waktu penyuntikan 21 hari dan dosis yang diberikan adalah sebesar 0,5 ml per dosis.

Untuk vaksin AstraZeneca penyuntikan dilakukan antara satu atau dua kali dengan rentang waktu 28 hari (bila dua suntikan) sebesar 0,5 ml per dosis. Sementara itu, untuk Vaksin Novavax disuntikkan sebanyak dua kali dengan rentang waktu penyuntikan 21 hari dengan dosis sebesar 0,5 ml per dosis. Lalu untuk vaksin Moderna disuntikkan sebanyak dua kali dengan rentang waktu penyuntikan 28 hari, sebesar 0,5 ml per dosis. Untuk vaksin Pfizer/BioNTech disuntikkan sebanyak dua kali dengan rentang waktu penyuntikan 28 hari dengan dosis 0,5 ml per dosis.

Mayoritas proses penyuntikan vaksin Covid-19 sebanyak dua kali dilakukan demi memperbesar kemungkinan sistem imun tubuh untuk mempelajari virus dan mencari cara menangkal infeksi berikutnya. Sebagaimana diketahui, vaksin bekerja dengan memaparkan bagian kecil dari virus agar sistem imun bisa belajar mengenali sumber penyakit itu. Sistem imun memerlukan waktu lewat paparan yang lebih lama untuk mengetahui bagaimana cara efektif melawan virus. Melalui vaksinasi, sistem imun dibantu untuk lebih dulu memicu produksi antibodi spesifik, agar lebih siap ketika virus asli masuk.

Seperti disampaikan Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI Wien Kusharyoto, vaksinasi Covid-19 memang perlu dilakukan dua kali. Di mana, kata dia, suntikan pertama dilakukan untuk memicu respons kekebalan awal dan suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk. "Suntikan pertama untuk memicu respons kekebalan awal terhadap vaksin yang diberikan. Suntikan kedua dapat meningkatkan kekuatan respons imun yang sebelumnya sudah terbentuk," ujarnya.

Sejumlah vaksin, seperti cacar air, hepatitis A, dan herpes zoster (cacar ular), juga memerlukan dua dosis vaksin untuk mencegah penyakit tersebut. Beberapa vaksin bahkan membutuhkan dosis lebih banyak seperti vaksin DTaP untuk difteri, tetanus, dan pertusis.

Hal senada diungkap Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyoto. Wien mengatakan vaksin corona perlu disuntikan dua kali karena suntikan pertama dilakukan untuk memicu respons kekebalan awal. Dilanjutkan suntikan kedua untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk. "Suntikan pertama untuk memicu respons kekebalan awal terhadap vaksin yang diberikan. Suntikan kedua dapat meningkatkan kekuatan respons imun yang sebelumnya sudah terbentuk," ujar Wien saat dihubungiCNNIndonesia.com beberapa waktu lalu (10/9/2020).

Pemberian dua dosis vaksin untuk mencegah penularan penyakit juga dilakukan dalam sejumlah vaksinasi lain, seperti cacar air, hepatitis A, dan herpes zoster (cacar ular). Beberapa vaksin bahkan membutuhkan dosis lebih banyak seperti vaksin DTaP untuk difteri, tetanus, dan pertusis. Dengan melakukan dua kali vaksinasi diharapkan dapat memberi kesempatan sistem imun tubuh untuk memproduksi lebih banyak antibodi. Selain juga, memberikan pasokan sel memori yang kuat terhadap suatu virus pada tubuh. Sehingga, tubuh memiliki ingatan yang cukup kuat dan lama terhadap virus tertentu setelah terpapar.

Hal itu diperlukan karena sel memori tidak bertahan selamanya dan akan mati seiring waktu. Dengan dua kali vaksin, tubuh bakal terpapar lebih banyak antigen sehingga sistem imun membuat lebih banyak sel memori. Di mana itu diyakini memicu respons antibodi yang lebih cepat dan lebih efektif di masa mendatang.

 

 

Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Eri Sutrisno/ Elvira Inda Sari