Pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang terbaik di antara negara anggota G20. Per kuartal II-2022, pertumbuhan ekonomi negeri ini mencapai 5,44%.
Ekonomi Indonesia pada kuartal II tumbuh 5,44%. “Coba dicari negara G20 yang tumbuh di atas 5%. Kita ini tertinggi lho, di antara negara G20," kata Presiden Jokowi, dalam UOB Economic Outlook 2023 di Jakarta pada Kamis (29/9/2022).
Bahkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa naik ke level 5,4%--6%. Ini lebih besar dibanding pertumbuhan pada kuartal II. "Kalau kuartal II tumbuh 5,44%, kuartal ketiga perkiraan saya ekonomi tumbuh 5,4%--6%," ungkapnya, yang disambut tepuk tangan peserta acara.
Prediksi Jokowi berangkat dari data-data yang diperoleh dari jajaran menterinya. Selain itu, ia pun turun langsung ke lapangan, sehingga memprediksi ekonomi Indonesia akan tumbuh lebih baik dibanding kuartal II. Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi menyebut, pertumbuhan kredit cukup tinggi dan berada di angka 10,7%. Neraca dagang juga surplus 28 bulan berturut-turut, dengan capaian surplus pada Agustus mencapai USD5,7 miliar atau Rp86,64 triliun (kurs Rp 15.200).
Selain itu, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur berada di angka 51,7. Melansir dari investopedia, PMI adalah indeks yang menunjukkan arah tren ekonomi di sektor manufaktur. PMI memberi informasi tentang kondisi bisnis manufaktur, yang bisa menjadi pertimbangan perusahaan atau investor dalam mengambil keputusan.
PMI di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur mengalami ekspansi atau kemajuan. PMI di bawah 50 menunjukkan sektor manufaktur mengalami kontraksi atau pelambatan. Misalnya, terjadi penurunan permintaan dari konsumen.
Di berbagai kesempatan, Sri Mulyani juga menyatakan, bila GDP Indonesia telah pulih ke level di masa pandemi sejak kuartal II-2021. Pada kurun itu, GDP Indonesia menyentuh Rp2.773 triliun, sedikit di atas kuartal II-2019 yang mencapai Rp2.735 triliun. Pemulihan ekonomi Indonesia pada 2021 sudah melewati level sebelum Covid-19 dari sisi GDP. Adapun persentasenya adalah 1,6% di atas GDP 2019.
Sementara itu, dalam keterangan resmi Kementerian Keuangan disebutkan, perkembangan kondisi ekonomi global diwarnai dengan harga komoditas yang masih volatile. Namun secara umum terdapat tendensi penurunan harga beberapa komoditas energi dan pangan seiring pelemahan prospek ekonomi global.
Selanjutnya, tekanan harga komoditas memicu peningkatan inflasi global, meski di beberapa negara mulai melambat. Inflasi pada Agustus menempatkan Brazil di 8,7%, Inggris (9,9%), Eropa (9,1%), Jepang (3,0%), Tiongkok (2,5%), dan AS (8,3). Di samping itu, perlambatan aktivitas manufaktur global semakin dalam pada Agustus, terutama terjadi di negara-negara besar, seperti Eropa, Tiongkok, dan AS.
Adapun, pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif juga perlu diwaspadai, seperti kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 75 basis poin pada FOMC September 2022. Bank Indonesia pada RDG 21-22 September 2022 juga memutuskan untuk menaikkan BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25% sebagai langkah untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Pemulihan ekonomi global terus berlanjut, namun melambat di banyak negara. Meski demikian, kinerja ekonomi Indonesia masih tumbuh kuat.
Kinerja sektor eksternal Indonesia sangat positif, didukung neraca perdagangan yang melanjutkan tren surplus serta ekspor dan impor pada Agustus 2022, yang merupakan tertinggi sepanjang masa. Aktivitas manufaktur Indonesia masih terus menguat dengan tekanan inflasi Agustus yang semakin berkurang.
Peningkatan konsumsi listrik juga berlanjut, menunjukkan terus tumbuhnya aktivitas ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih akan tumbuh lebih baik di tahun 2022, sejalan dengan proyeksi yang dilakukan oleh lembaga internasional terkemuka seperti ADB (5,4%), IMF (5,3%), Bloomberg (5,2%), dan Bank Dunia (5,1%).
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi oleh berbagai lembaga internasional pada level antara 5,1 hingga 5,4 persen untuk tahun ini, ADB bahkan melakukan revisi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini, dari semula 5,2 menjadi 5,4 persen. Ini tentu karena kinerja dari pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua yang cukup tinggi, dan saat ini sampai kuartal ketiga juga menunjukkan aktivitas yang masih sangat cukup kuat," jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam Konferensi Pers APBN KiTa Edisi September 2022.
Pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut, didukung indikator utama yang menunjukkan kinerja yang kuat, baik dari sisi konsumsi maupun produksi. Google Mobility Indeks per 16 September 2022 di angka 19,5%, berada di atas level pandemi meski termoderasi. Indeks penjualan ritel masih cukup kuat, turut menopang pemulihan ekonomi, di mana Agustus diperkirakan tumbuh 5,4% (yoy).
Sementara itu, neraca perdagangan melanjutkan tren surplus, pada Agustus mencapai USD5,76 miliar, sehingga secara kumulatif surplus NP mencapai USD34,92 miliar. Ekspor dan impor Agustus 2022 juga mencatatkan capaian tertinggi dalam sejarah, yaitu ekspor mencapai USD27,9 miliar atau tumbuh 30,15% (yoy), serta impor tumbuh 32,81% (yoy) didominasi impor bahan baku, barang modal, dan BBM.
Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari