Indonesia.go.id - Bursa Indonesia Siap Terbang Tinggi

Bursa Indonesia Siap Terbang Tinggi

  • Administrator
  • Jumat, 6 Januari 2023 | 10:05 WIB
BURSA
  Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (2/1/2023). Indeks pasar modal Indonesia sepanjang 2022 naik 4,1 persen dibandingkan bursa di negara-negara lain. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
Kinerja pasar modal Indonesia yang semakin baik dapat terus mendukung perekonomian nasional, melewati rintangan, serta menjawab berbagai tantangan di 2023.

Seremoni pembukaan pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta berlangsung pada Senin (2/1/2023). Peresmian pembukaan pasar saham di 2023 itu dilakukan oleh Presiden Joko Widodo.

Sikap optimistis tecermin dari pidato Presiden saat peresmian. Presiden menyampaikan bahwa pasar modal Indonesia pada 2022 memiliki capaian yang baik di tengah turbulensi ekonomi dunia.

Di tengah turbulensi itu, indeks pasar modal Indonesia sepanjang 2022 naik 4,1 persen dibandingkan bursa di negara-negara lain. Bahkan, sejumlah bursa asing mengalami penurunan yang sangat tajam.

Begitu pun soal market cap (kapitalisasi pasar) yang juga tumbuh 15 persen sampai di angka Rp9.499 triliun. “Ini juga bukan sebuah angka yang kecil, angka yang besar di tengah turbulensi ekonomi global di 2022,” ujar Jokowi, seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin (2/1/2023).

Namun, Presiden meminta semua pemangku kepentingan di pasar modal untuk waspada melewati 2023. “Ini adalah tahun ujian bagi ekonomi global maupun ekonomi Indonesia. Kita tetap harus hati-hati, tetap waspada. Namun, ekonomi Indonesia diharapkan tetap tumbuh masih di atas 5 persen pada 2023,” ujarnya.

Dengan pertumbuhan jumlah investor sangat agresif mencapai 10,3 juta, Presiden meminta semuanya optimistis menghadapi tahun yang baru. “Bahwa kita bisa menyelesaikan tantangan-tantangan yang ada dan bisa mengarungi 2023, tahun ujian, dengan ekonomi yang lebih baik,” tambahnya.

Bahkan, seperti disampaikan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, pada kesempatan yang sama, dari total investor, sekitar 58,7 persen adalah investor generasi Z. Rasio kapitalisasi pasar terhadap produk domestik bruto (PDB) juga masih 50 persen.

Menurutnya, hal itu merefleksikan potensi Indonesia masih sangat besar dan terbentang luas. Apalagi, hal itu didukung oleh daya tahan perekonomian yang sangat kuat.

“Karena itu, tidak ada istilah wait and see untuk investasi di Indonesia. It’s all about investment, investment, and investment. Kita harus siap untuk itu dan kita harus dorong momentumnya,” ujar Mahendra.

Namun, dia juga mengingatkan, ke depan pasar akan lebih tricky, apalagi Bank Sentral Eropa bakal terus menaikkan suku bunga. Eropa masuk ke kondisi kelesuan berat.

Bank Sentral Inggris juga menggambarkan negeri itu akan memasuki resesi berkepanjangan (prolong recession).

Data BEI menyebutkan, sepanjang 2022 terdapat 59 pencatatan saham baru atau initial public offering (IPO). Jumlah investor pasar modal meningkat mencapai 10,3 juta, yang artinya 10 kali lipat dalam lima tahun terakhir sejak 2017. “Semua itu merupakan capaian-capaian yang luar biasa,” ujar Mahendra.

Namun, dia mengingatkan, ke depan nanti hal yang harus diprioritaskan bagi pasar modal Indonesia adalah peningkatan integritas, akuntabilitas, dan kredibilitas.

“Sebab, dengan begitu kita mampu mengisi gelas kosong yang masih luas sekali. Meski investor berjumlah 10,3 juta, itu baru 4 persen dari populasi nasional. Rasio market cap terhadap PDB juga masih 50 persen. Jauh tertinggal dari negara Asean lain yang di atas 100 persen,” kata Mahendra.

 

Sejumlah Target

Nah, bagaimana dengan target BEI di 2023? Seperti disampaikan oleh Dirut BEI Iman Rachman dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, Kamis (28/12/2022), manajemen BEI telah menetapkan sejumlah target yang akan diraih pada tahun ini.

Lembaga itu berencana menyiapkan sejumlah inovasi, rencana pengembangan indeks dan papan pemantauan khusus hingga produk single stock futures. BEI juga akan mengembangkan produk derivative.

Alasannya, pasar derivatif dalam negeri masih belum signifikan. Bahkan produk derivatif, seperti single stock futures pun sudah ditetapkan jadwalnya yakni kuartal I-2023.

Di 2023, BEI juga memproyeksikan rata-rata nilai transaksi harian pada 2023 mencapai Rp14,75 triliun. Berdasarkan target itu, pendapatan tahun depan diharapkan mencapai Rp1,82 triliun.

Demikian pula dengan efek baru. BEI menargetkan pencatatan efek baru pada 2023 sebesar 70 efek baru, yang terdiri dari pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi ETF, dana investasi real estate (DIRE) dan efek beragun aset (EBA).

Hingga 28 Desember 2022, dalam pipeline BEI ada 84 perusahaan yang masih antre untuk melakukan IPO.

Selain itu, BEI berharap bisa menghimpun dana mencapai Rp170 triliun pada 2023. Penghimpunan dana di pasar modal hingga 30 Desember 2022 sendiri tercatat sebesar Rp267,73 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 71.

Untuk mencapai sejumlah target itu tentu bukan pekerjaan yang ringan dan mudah. Butuh tekad yang kuat dan keras dari seluruh pemangku kepentingan pasar modal Indonesia untuk mencapainya.

Maka tentunya pesan Presiden RI Joko Widodo patut untuk diingat. “Kinerja pasar modal Indonesia yang semakin baik dapat terus mendukung perekonomian nasional, melewati rintangan, serta menjawab berbagai tantangan di 2023,” ujar Presiden.

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/ Elvira Inda Sari