Jakarta, InfoPublik - Sektor penerbangan dan pelaku industri aviasi global tengah menjalani periode pemulihan di tengah pandemi, dan menyambut kebangkitan sektor penerbangan. Namun ditengah situasi yang membahagiakan tersebut, industri aviasi juga diingatkan untuk tetap harus selalu mewaspadai tantangan lainnya.
"Industri aviasi saat ini menghadapi beragam tantangan seperti kondisi geopolitik, meningkatnya harga bahan bakar, isu rantai pasok dan ketenagakerjaan seperti yang terjadi di Eropa," ungkap Direktur Utama PT Angkasa Pura/AP II, Muhammad Awaluddin ketika menjadi panelis pada Session 4 G20 Forum Aviation Dialogue - Recovery Impacts from the Aviation Industries to Build Back Better for future resilience yang berlangsung di Bali, Rabu (19/10/2022).
Di sisi lain, lanjut dia, dunia aviasi juga dihadapi tantangan untuk mengakomodir peningkatan permintaan penerbangan sejalan dengan negara-negara menghapus restriksi perjalanan. Oleh karena itu, bandara perlu meningkatkan kapabilitas dengan fokus pada tiga aspek, yakni: Agile Infrastructure; Smart Technology; dan Business Model.
Infrastuktur bandara yang dapat menghadapi setiap situasi apapun (Agile Infrastructure) sangat penting guna mendukung penyesuaian operasional secara cepat. "Bandara harus mudah menjalankan skenario operasional yang berbeda-beda, baik ketika lalu lintas penerbangan tinggi atau saat sedang rendah," ujar Awaluddin.
Bandara juga mutlak harus menerapkan teknologi pintar (Smart Technology) dalam aspek operasional dan pelayanan untuk mewujudkan seamless journey experience, dan dapat meningkatkan interaksi dengan traveler.
Awaluddin menuturkan, operator bandara pun harus menjalankan model bisnis (Business Model) yang baru, antara lain dengan menjalin kemitraan strategis, serta masuk ke bisnis baru semisal real estate dan sebagainya.
Mengubah Business as Usual
Di dalam forum, Awaluddin juga mengatakan bandara harus mengubah apa yang telah berjalan selama ini untuk membuat perencanaan yang lebih baik.
"Ada tiga hal terkait yang harus diubah, yakni dalam memperkirakan lalu lintas penerbangan (planning frequency), sumber data (nature of data) dan skenario dalam mengantisipasi suatu proyeksi (scenario forecasting)," jelasnya.
Saat ini di dalam memperkirakan lalu lintas penerbangan (planning frequency), industri menggunakan data kapasitas maskapai yang ditetapkan satu tahun hingga enam bulan sebelumnya. "Ke depannya, proyeksi harus dilakukan mingguan atau setiap dua minggu agar lebih tepat sehingga bandara dapat cepat melakukan penyesuaian, melakukan efisiensi dan menangkap peluang," kata Awaluddin.
Terkait sumber data (nature of data) sebagai basis operasional, dia menuturkan, yang saat ini digunakan adalah data sederhana dari maskapai dan bandara. Ke depannya, sumber data sebagai basis operasional harus dilengkapi beragam variabel, termasuk indikator makro, sentimen yang mempengaruhi pelanggan, analisis pengeluaran/belanja pelanggan dan data maskapai.
Mengenai skenario dalam mengantisipasi proyeksi (scenario forecasting), ke depannya harus disiapkan beberapa alternatif skenario yang didukung big data dan artificial intelligence (AI) sehingga benar-benar membantu bandara untuk mengantisipasi keinginan pelanggan serta dapat melakukan rencana operasional yang benar-benar matang.
Sebagai informasi, G20 Forum Aviation Dialogue merupakan side event Presidensi Indonesia di KTT G20 yang membahas upaya pemulihan industri aviasi pascapandemi COVID-19, dengan turut mengundang para pelaku industri antara lain Presiden ICAO Mr. Salvatore Sciacchitano serta dihadiri juga oleh IATA, Airbus, The Boeing Company, Airport Council International (ACI), Aergo Capital dan berbagai perusahaan internasional, serta menteri transportasi dari berbagai negara ASEAN dan anggota G20.
Adapun AP II selaku pengelola 20 bandara di Indonesia juga di daulat untuk memaparkan strategi dalam membawa industri penerbangan bangkit kembali, serta siap menghadapi krisis serupa di masa mendatang dalam forum tersebut.
Selain Muhammad Awalludin, turut menjadi panelis dalam sesi 4 - Recovery Impacts from the Aviation Industries to Build Back Better for future resilience adalah Director General Airport Council International (ACI) Asia Pacific, Stefano Baronci; Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Vinsensius Jemadu; Parliamentary Under Secretary of State - Minister of Aviation and Local Transport at Department for Transport UK, Charlotte Vere; Assistant Minister for Infrastructure and Transport Australia, Carl Brown; serta perwakilan dari United Nations World Tourism Organization.
Sesi tersebut juga dihadiri oleh Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi; dan Menteri Transportasi Kerajaan Arab Saudi, Saleh bin Nasser Al-Jasser.
Foto: Istimewa