Indonesia.go.id - Berkenalan dengan Sapi-sapi “Cantik” Asal Madura

Berkenalan dengan Sapi-sapi “Cantik” Asal Madura

  • Administrator
  • Rabu, 27 November 2019 | 21:51 WIB
KEKAYAAN TRADISI
  Tradisi Sapi Sonok. Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo

Apa jadinya bila sapi ikut kontes kecantikan? Setidaknya ini terjadi di Sumenep, Madura. Sebanyak 60 pasag sapi berlomba menjadi yang paling cantik dalam sebuah kontes kecantikan bertajub “Festival Sapi Sonok 2019”.

Kegiatan turun temurun dari nenek moyang ini menampilkan puluhan sapi betina dari berbagai wilayah di Madura untuk berlomba mendapatkan predikat sapi paling cantik dalam festival tahunan tersebut.

Tradisi Sapi Sonok sendiri merupakan tradisi Madura yang berawal dari terdapat dua pasangan sapi betina dihias dengan berbagai aksesoris seperti kalung, salempang, dan lainnya. Kedua hewan tersebut akan digandengkan dengan menggunakan 'pangonong' (rangkaian kayu) yang diukir indah dengan perpaduan warna merah dan kuning emas.

Berbeda dengan ajang karapan sapi yang mengadu kecepatan sang hewan ternak, tradisi sapi sonok ini sendiri lebih menonjolkan sisi keindahan dan keserasian para pasangan sapi.

“Ini (Kontes sapi sonok-red) merupakan tradisi identitas warga Madura dan Sumenep yang perlu dipertahankan sekaligus sebagai sarana peningkatan ekonomi masyarakat Sumenep terutama,” ujar Achmad Fauzi, Wakil Bupati Sumenep, saat ditemui di area “Festival Sapi Sonok 2019”.

Layaknya sebuah kontes kecantikan, para pasangan sapi ini bakal berjalan bak model profesional. Sebuah jalur catwalk juga dipersiapkan dengan memakai sebuah “pattokan” (sebatang kayu panjang) sebagai tempat berjalan para sapi tersebut.

Semakin meriah irama instrumen musik khas Madura, Saronen, yang terdiri atas tiga pemain kenong, satu pemain kendang, satu pemain gong, dua pemain terompet, dan dua pemain kecer juga mengiringi lenggak-lenggok setiap sapi hingga garis finis. Tidak sampai disitu sesampainya di garis finis sapi-sapi ini diwajibkan berpose terlebih dahulu dihadapan dewan juri.

Pasangan sapi sonok yang bisa memenangka kontes adalah sapi-sapi yang dapat melewati arena dengan langkah serasi tanpa menginjak garis lintasan. Seorang joki yang memegang tali sepanjang 7 meter mengendalikan pasangan sapi sonok agar berhenti secara bersamaan di pintu gerbang dengan posisi kaki depan menginjak kayu pintu gerbang.

Selain ketangkasan dan keanggunan sapi, postur tubuh juga menjadi kriteria penilaian. ”Sapi sonok unggul memiliki punuk besar, lingkar dada lebar, bulu ekor hitam, badan panjang, bersih, dan tentunya langkahnya seirama” kata Dayat, seorang juri Kontes Sapi Sonok.

Tidak mudah untuk dapat mengikuti kontes sapi sonok, pasalnya seekor sapi sonok membutuhkan perawatan ekstra agar benar-benar menjadi sapi unggul. Seperti yang diungkapkan oleh Sudrajat salah seorang pimilik sapi Sonok, Ia mengaku  sebulan sekali wajib memberikan jamu berupa adonan tepung jagung dicampur gula jawa, bawang, daun bawang, asam jawa, kelapa, dan telur kepada sapinya.

Sementara setiap dua kali sebulan sapi sonok juga diberi susu segar dicampur 25 butir kuning telur. Sapi sonok dirawat ekstra sejak berumur tiga bulan. Sapi- sapi itu dilatih berdiri tegak di tempat pengikatan.

Dengan demikian, sapi-sapi itu terbiasa berjalan dengan posisi tegak dan kelihatan anggun. Sedangkan agar kulit sapi bersih dan mengilap, Sudrajat biasa memandikan sapi-sapinya dua kali sehari. Kandang sapi pun dijaga selalu bersih.

”Saya merawat sapi sejak mereka kecil. Mahalnya biaya perawatan sapi dan hadiah yang kami terima saat menang tak seimbang. Tapi ini adalah kebanggaan,” katanya.

Maka tak ayal seekor sapi yang menang dalam festival ini juga dapat dipastikan nilai jual akan naik berkali-kali lipat. Bahkan, ditaksir harga sapi yang menang kontes ini dapat menyentuh di atas Rp 100 juta per ekor.

“Dengan kontes sapi sonok ini harga sapi akan terjaga dengan baik. Makannya udah kaya ngerawat anak sendiri. Karena itulah, kontes sapi sonok harus tetap dilestarikan,” jelas Sudrajat. (K-YN)