Banyak pandangan yang menarik dari para perintis atau para pendiri bangsa Indonesia yang berkesempatan untuk bicara dalam kongres itu. Berikut beberapa pandangan yang menarik di antaranya:
Sanoesi Pane
Kritik Sanoesi Pane terhadap politik bahasa penguasa Belanda yang membedakan antara Bahasa Melayu Tinggi dan Bahasa Melayu Rendah serta Bahasa Melayu-Riau dengan Bahasa Melayu-Pasar, dia nyatakan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Yang ada bagi Sanoesi Pane adalah pembedaan Bahasa Melayu Daerah, Bahasa Melayu Kesusastraan, dan Bahasa Melayu Perhubungan (komunikasi).
Sanoesi nyatakan bahwa sebelum VOC datang, Bahasa Melayu Komunikasi sudah berkembang di mana-mana di Indonesia. Pada zaman itu dia nyatakan, bahasa itu sudah bersifat Bahasa Indonesia. Karena pengaruh-pengaruh (kemajuan) Barat dan karena keinginan akan masyarakat baru maka di Indonesia terjadi perubahan bentuk masyarakat, pandangan hidup, dan semangat. Orang dengan sadar menumbuhkan Bahasa Indonesia dalam lapangan yang sudah disediakan oleh Bahasa Melayu Perhubungan (bahasa sehari-hari).
Di akhir kata Sanoesi Pane menyatakan bahwa Bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa kebudayaan dan akan tumbuh dengan kebudayaan Indonesia.
Ki Hadjar Dewantara
Gagasan Ki Hadjar Dewantara atau nama populer dari Suwardi Suryaningrat sangat mementingkan perlunya Bahasa Indonesia menjadi bahasa yang diajarkan di dalam perguruan (pendidikan). Rakyat Indonesia dari sejak dahulu kala sudah saling berhubungan dengan menggunakan bahasa Melayu (Bahasa Indonesia) sebagai bahasa persatuan. Ki Hadjar Dewantara menilai walaupun bahasa Jawa dalam konteks kebudayaan bisa jadi sangat berharga tetapi tidak dapat mengalahkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa perantara (komunikasi) seluruh rakyat Indonesia.
Sangat penting untuk kemajuan Bahasa Indonesia agara memasukkannya sebagai pelajaran yang diwajibkan. Hal ini tidak berarti mendesak bahasa daerah tetapi menambah keluasan alam bahasa anak-anak didik Indonesia dari "alam daerah bahasanya" menjadi "alam kebangsaan Indonesia".
Mengabaikan bahasa daerah berarti merugikan laku kecerdasan jiwa anak-anak didik yang memilikinya sebagai bagian dari budaya. Tetapi mengabaikan bahasa persatuan juga akan merugikan anak didik kelak dalam hidup berkemasyarakatan (berbangsa).
Dan yang paling penting dari gagasan Ki Hadjar Dewantara adalah perguruan-perguruan yang terletak di daerah yang masih memiliki bahasa daerah yang dipelihara dengan baik wajib memberi pengajaran Bahasa Indonesia sekiranya dua tahun. Buat daerah lain Bahasa Indonesia harus menjadi bahasa pengantar.
Djamaloedin Adi Negoro
Djamaloedin yang di belakang hari dinobatkan sebagai bapak persuratkabaran Indonesia mengemukakan beberapa pemikirannya. Menurut dia Kongres Bahasa Indonesia ini perlu untuk membuat "ketetapan" yang disebutnya sebagai "men-fixeer" segala perubahan dalam Bahasa Indonesia yang telah dibiasakan. Perlu pula menentukan batas-batas Bahasa Indonesia dan menentukan garis-garis kemajuannya yang akan menambah kekayaan bahasa persatuan.
Bagi Djamaloedin Bahasa Indonesia adalam pemberitaan belum memuaskan dalam segala hal. Padahal Bahasa Indonesia dalam surat kabar adalah bahasa yang mempunyai "tanah" yang sesubur-suburnya bagi bibit baru dari zaman perubahan. Bagi dia, kewajiban wartawan ialah mengikuti evolusi Bahasa Indonesia dan mengencangkan jalan evolusi itu. Yang sangat penting bagi pers bukan keindahan bahasa melainkan kesehatan kehidupan surat kabar. Koran harus menjadi satu keperluan hidup. Memperbaiki bahasa dalam perkabaran berarti memperbaiki kehidupan surat kabar.
Kemajuan Bahasa Indonesia bergantung pada kecerdasan tiap-tiap wartawan dan keluasan pikirannya serta kemajuan yang dia tumbuhkan pada jurnalistik Indonesia.
Amir Sjarifoeddin
Pemikiran Amir Sjarifoeddin terlihat sangat memahami benar latar belakang keilmiahan Bahasa Indoneisia. Dia menjelaskan bahwa segala bahasa yang berevolusi pada suatu ketika akan menghadapi soal menyesuaikan kata dan paham asing ke dalam bahasa sendiri.
Saat ini Bahasa Indonseia menghadapi persoalan itu dan terutama saat Bahasa Indonesia menghadapi bahasa (ilmu) pengetahuan. Dalam tiap-tiap bahasa, bahasa ilmu pengetahuan sebenarnya adalah bahasa terasing dari bahasa umum. Bahasa itu adalah satu bahasa golongan tertentu (yang harus diadaptasi).
Hal ini terang sekali dalam bahasa pengetahuan "exact" (ilmu pasti) dan juga dalam bahasa pengetahuan yang tidak "exact" seperti bahasa filosofi di negeri Barat. Sebab di Barat kebanyakan terikat dengan bahasa Graeco Romawi. Karena itu bahasa pengetahuan di sana terdiri atas bagian besar yang bersifat Graeco Romawi.
Bahasa-bahasa Barat inilah yang menjadi perantara mengembangkan pengetahuan di sebagian besar dunia sekarang. Karena itu sudah ada satu vocabularium (kumpulan istilah) yang hampir internasional berisi kata-kata pengetahuan. Kata-kata itu pada masa ini terdapat di dalam hampir segala bahasa yang di dalamnya ada bahasa pengetahuan.
Membentuk bahasa (ilmu) pengetahuan dalam Bahasa Indonesia harus dilakukan dengan mengambil vocabularium internasional. Pengambilan itu harus dilakukan dengan memperhaitkan aturan-aturan bunyi kata-kata Indonesia. Dalam melakukan pengambilan itu harus memperhatikan jangan sampai susunan kalimat asing masuk ke dalam Bahasa Indonesia.
Mister Muhamad Yamin
Bayangan kebangsaan yang kental termuat dalam paparan Muhammad Yamin. Membicarakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa kebudayaan baru berhasil jika memperhatikan kedudukan bahasa dalam masyarakat pada masa dahulu dan sekarang serta tempatnya di masa yang akan datang.
Kedudukan itu hanya bisa dimengerti sedalam-dalamnya jika mengetahui dengan ilmu pengetahuan. Tentang keadaannya sekarang dan hubungannya dengan segala bahasa yang masuk rumpun Austria dan pengaruh bahasa lainnya. Pengetahuan bahasa yang sekarang belum cukup jika pengetahuan tentang sejarah bahasa tidak didalami.
Pemahaman tentang sejarah Bahasa Indonesia bisa memberi pandangan yang bersih dan menyediakan perbekalan bagi orang yang hendak menarik garis yang akan ditempuh bahasa pada masa yang akan datang. Kedudukan bahasa di masa datang terserah pada si pandai bahasa, sitahu bahasa kemauan masyarakat dan kemenangan politik.
Soekardjo Wirdjopranoto
Bangsa Indonesia akan musnah jika anak negeri tidak lagi mempergunakan Bahasa Indonesia. Salah satu syarat meninggikan derajat bangsa dan nusa adalah memperkokoh Bahasa Indonesia. Pertempuran kebudayaan antara timur dan barat menimbulkan "mixed culture". Di beberapa tempat Bahasa Indonesia terdesak oleh Bahasa Belanda. Desakan itu lama-lama menjadi keadaan biasa dan bisa memundurkan Bahasa Indonesia. Karena itu selanjutnya harus diatur dengan rapi sehingga pertempuran tadi mengadakan buah yang bermanfaat sekurang-kurangnya tidak mendesak Bahasa Indonesia.
Salah satu mimbar pertempuran timur dan barat adalah badan-badan perwakilan seperti Volksraad, Provinciale Raad, Gemeenteraad, Regentschapsraad, Groepsgemeenschap dan sebagainya. Bangsa Timur harus insyaf bila mengatur rumah tangga baik sentral maupun lokal jatuh kepada anak negeri yang bahasanya tidak lain adalah Bahasa Indonesia.
Sutan Takdir Alisjahbana
Kekacauan yang terdapat dalam Bahasa Indonesia sekarang ini hanya mungkin lenyap apabila sebahagian terbesar orang yang memakainya sudah pernah mempelajarinya. Untuk mendapatkan jumlah yang sebesar-besarnya orang yang mempelajari Bahasa Indonesia sangat penting untuk menyuburkan tumbuhnya kebudayaan Indonesia yang baru. Karena itu Bahasa Indonesia hendaknya diajarkan di sekolah dari yang rendah sampai yang tinggi.
Ukuran gramatika di sekolah harus diubah. Gramatika Melayu-Riau tidak sesuai lagi dengan cara berpikir zaman sekarang. Lebih luas dan lanjut dapat diadakan dan dikumpulkan sejumlah karangan dari zaman ini yang banyak dibaca di seluruh kepulauan dan yang ditulis oleh orang yang masak tentang pikiran modern serta paham pula akan Bahasa Indonesia. Dari karangan-karangan itu disalin satu rancangan gramatika modern yang dapat dijadikan ukuran pengajaran Bahasa Indonesia.
Karena di beberapa bagian kepulauan kita Bahasa Indonsia harus diajarkan sebagai bahasa asing di sisi bahasa daerah maka untuk memudahkan pengajaran itu hendaknya dilakukan penyelidikan tentang kata-kata dan pertalian kata yang tetap untuk mendapatkan dasar pengajaran bahasa yang rasional.
Untuk menumbuhkan Bahasa Indonesia sebagai alat kebudayaan, untuk pentingnya pengajaran dan untuk menggunakan Bahasa Indonesia sehari-hari maka perlu membuat kamus Bahasa Indonesia yang lengkap memuat kata-kata yang dipakai di segala lapangan kebudayaan bangsa Indonesia dan yang menerangkan arti serta cara memakai kata-kata itu.
Sekolah tinggi kesusastraan sangat perlu. Dengan sekolah tinggi barulah ada penyelidikan, pengajaran dan penjagaan Bahasa Indonesia dapat dilakukan dengan memuaskan.
Muhammad Tabrani
Tokoh yang dipandang sebagai pemercepat perjuangan menyebarkan Bahasa Indonesia ini menekankan di awal pandangannya bahwa Bahasa Indonesia bukan lawan bahasa daerah. Gerakan Bahasa Indonesia bukan gerakan merombak tetapi gerakan mewujudkan sumpah pemuda. Sepanjang paham kita, Bahasa Indonesia sudah ada. Ia sekadar menunggu perbaikan, baik yang bertalian dengan ejaannya maupun yang berkenaan dengan gramatikanya. Kewajiban kongres ialah menciptakan berdirinya Institut Bahasa Indonesia yang akan memikul kewajiban untuk memudahkan dan mempercepat datangnya perbaikan.
Upaya yang dilakukan adalah mendesak pemerintah supaya di sekolah rendah, menengah dan tinggi serta vak (kejuruan) dipelajarkan Bahasa Indonesia. Dalam Badan-badan perwakilan harus memakai Bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda. Pada departemen-departemen supaya lebih banyak memakai Bahasa Indonesia dalam surat- menyurat. Selanjutnya yang dapat diterima sebagai pegawai negeri di sini hanya mereka yang sedikit banyak mengerti Bahasa Indonesia tidak peduli mereka bagian personel rendahan, menengah, dan tinggi. Tidak peduli mereka bukan anak pribumi.
Penting agar perpustakaan bisa menggunakan Bahasa Indonesia baik yang wetenschappelijk (untuk perguruan tinggi), maupun yang berupa penghibur hati dan sebagainya. Harga buku dan brosur harus murah. Harus diusahakan sebuah Drukkerij Nasional (percetakan nasional) yang modern, lengkap dan cukup untuk memenuhi kebutuhan mencetak buku dan lain-lain. Perguruan baik yang partikelir berdasarkan agama atau tidak harus menggunakan Bahasa Indonesia atau sebagai pengantar. Dalam pergaulan sehari-hari di rumah atau di luar hendaknya menggunakan Bahasa Indonesia untuk bertukar pikiran. Semua pergerakan, baik politik dan agama maupun sosial dan ekonomi, harus berdiri di belakang gerakan Bahasa Indonesia. (Y-1)