Bermula dari ditemukannya kasus pneumonia misterius terhadap empat pedagang dan pengunjung pasar hewan Huanan di Kota Wuhan pada 31 Desember 2019, ibu kota Provinsi Hubei di Tiongkok itu lantas menutup diri dari dunia luar selama 76 hari. Inilah awal mula cerita penularan virus mematikan yang kemudian dikenal sebagai Covid-19. Sejak setahun perjalanannya, virus tersebut telah menjangkiti 72,9 juta jiwa warga dunia.
Di Indonesia, virus ini diketahui pertama kali menjangkiti dua warga setelah diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada 2 Maret 2020. Sejak itu, secara perlahan, angka warga terpapar terus merambat naik. Tercatat hingga 14 Desember 2020, telah 629.429 penduduk yang terjangkiti virus ini dan sebanyak 516.656 orang di antaranya berhasil disembuhkan.
Bersama pemerintah, semua elemen bangsa pun ikut bergerak bersama untuk melawan penyebaran virus, seiring kian bertambahnya penderita. Terlebih, manakala para tenaga kesehatan, yang merupakan garda terdepan dalam penanggulangan virus dan paling rentan terpapar, ikut menjadi korban akibat tertular dari pasiennya. Kepedulian terhadap kesehatan dan keselamatan nyawa perawat, dokter, hingga supir ambulans yang ikut terlibat dalam penanganan Covid-19 pun menjadi prioritas, tak hanya oleh pemerintah, melainkan segenap masyarakat.
Ketika terjadi kelangkaan terhadap alat pelindung diri (APD) bagi para tenaga kesehatan ini, masyarakat pun berbondong-bondong menghimpun dana secara swadaya untuk membuat baju hazard material (hazmat), pelindung wajah (face shield), masker medis, sarung tangan, dan makanan siap saji bagi para pahlawan kesehatan ini. Tak sedikit pula perusahaan-perusahaan besar serta organisasi dan lembaga sosial kemasyarakatan tergugah untuk ikut membantu berperang melawan virus yang telah membuat lebih dari 100 tenaga kesehatan di tanah air gugur.
Keprihatinan ini timbul ketika viral gambar-gambar dan kisah haru para tenaga kesehatan yang harus bergantian memakai APD. Bahkan tak sedikit yang memanfaatkan jas hujan sebagai hazmat darurat karena tidak tersedianya produk standar saat itu. Kepedulian dan kebersamaan seluruh elemen bangsa ini menghasilkan efek luar biasa. Dalam waktu singkat, beragam model dan bentuk APD, termasuk hasil karya tangan-tangan terampil dan kreatif, sudah dapat dipakai oleh seluruh tenaga kesehatan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang merawat pasien corona.
Kampanye Kreatif
Bukan itu saja yang dilakukan bangsa ini sebagai cara untuk bergandengan tangan bersama-sama melawan virus yang telah membuat lebih dari 19 ribu penduduk Indonesia meninggal. Ada jua cara lain yang juga dipakai untuk sebagai pengingat pentingnya menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.
Adalah yang dilakukan Jaringan Pegiat Literasi Digital atau Japelidi, misalnya. Komunitas yang terdiri dari 168 pengajar dan peneliti dari 78 perguruan tinggi di 30 kota ini terpanggil untuk ikut menyuarakan hal-hal baik terkait pencegahan Covid-19. Japelidi pun ikut mengambil bagian sebagai garda penangkal isu-isu menyesatkan atau hoaks terkait virus yang telah menjangkiti di lebih dari 100 negara itu. Para pegiat Japelidi itu bahkan langsung bergerak sejak virus mulai merebak di Indonesia. Mereka mencari dan memproduksi beragam informasi akurat terkait Covid-19, kemudian menuangkannya ke dalam bentuk video dan poster edukatif bagi masyarakat. Langkah ini dilakukan untuk mengimbangi banjirnya hoaks yang menyesatkan warga mengenai Covid-19 saat itu.
Kerja kreatif Japelidi, antara lain, membuat materi berupa konten digital bertema Jaga Diri dan Jaga Keluarga dalam 42 bahasa daerah. Menurut Koordinator Japelidi Novi Kurnia, hal ini dilakukan agar pesan-pesan moral lebih mudah dipahami masyarakat yang majemuk. Untuk menyebarkan konten-konten berbahasa daerah tersebut, Japelidi selain mengaktifkan platform media sosial seperti Twitter dan Instagram, juga menggandeng dengan berbagai lembaga. Misalnya, dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi, Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI), dan Komunitas Berbeda Itu Biasa.
Novi tak menyangka dengan sambutan masyarakat terhadap kampanye positif melawan Covid-19 yang didengungkan Japelidi. "Banyak warga yang meminta kepada kami untuk dikirimkan file poster digital kampanye Jaga Diri Jaga Keluarga untuk mereka cetak secara mandiri dan dibagikan atau ditempel di berbagai tempat sebagai pengingat kepada sesama," kata Novi yang juga Ketua Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Gajahmada ini.
Sejumlah anak muda dari beberapa komunitas juga menolak diam. Mereka pun tergerak untuk ikut melawan Covid-19. Dimotori sutradara Eugene Panji, penulis Dharmaji Suradika, Salman Subakat, dan praktisi kehumasan Sasa Ratna Puspita pada 28 Oktober 2020 dideklarasikan gerakan Cegah dan Tanggung Jawab atau Centang sebagai bentuk kampanye protokol kesehatan.
"Kita dapat bersatu dan bersama-sama mengambil bagian nyata, mulai dengan turun ke lapangan menjadi relawan, mendonasikan dana untuk menyebarluaskan gerakan secara masif. Centang juga menyediakan materi-materi kreatif sehingga masyarakat mau melakukan Centang dengan cara menyenangkan," kata Sasa.
Ingat Pesan Ibu
Hal berbeda dilakukan Padi Reborn yang mengkampanyekan pesan moral protokol kesehatan lewat lagu berjudul "Ingat Pesan Ibu". Lagu berdurasi 57 detik ini diluncurkan pada 1 Oktober 2020 oleh kelompok musik terkemuka asal Kota Surabaya itu.
Menurut vokalis Padi Reborn Andi Fadly Arifuddin, terciptanya lagu tersebut berawal dari keprihatinan mereka terhadap masih adanya masyarakat yang lalai terhadap protokol kesehatan. Fadly mengatakan, memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan selalu menjaga jarak adalah langkah paling sederhana yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan virus corona.
"Tetapi sayangnya masih ada di antara kita yang abai. Kami sebagai pemusik terpanggil untuk mengajak masyarakat bersama-sama patuh terhadap protokol kesehatan ini," kata penyanyi kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan ini.
Pihak Padi Reborn juga menyumbangkan lagu tadi kepada Satuan Tugas Penanganan Covid-19 sebagai bentuk kampanye melawan virus corona. Sementara itu, sebuah perusahaan asal Jerman, PT Bayer Indonesia, juga ikut berinisiatif mendukung pemerintah untuk melandaikan kurva Covid-19 di Indonesia dengan program mitigasi berbasis komunitas.
Menggandeng lembaga nirlaba Yayasan Mercycorps Indonesia, mereka melakukan penyediaan ratusan sarana cuci tangan di Jakarta dan penyemprotan disinfektan di Jawa Tengah. Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengatakan, berdasarkan data pihaknya, masih terdapat 17 persen penduduk Indonesia yang merasa bahwa virus corona tidak berbahaya. Oleh karena itulah, Doni meminta kepada seluruh elemen masyarakat untuk makin meningkatkan kerja sama dengan pola kolaborasi pentaheliks berbasis komunitas. Mantan Pangdam Pattimura itu juga mengatakan, penularan virus ini adalah antarmanusia, berbeda dengan flu burung serta flu babi, yang melalui perantara hewan.
"Oleh karenanya setiap orang dapat mengancam keselamatan jiwa yang lain. Dan orang yang menulari kepada kita adalah orang-orang terdekat dengan kita atau di sekitar kita. Mereka bisa anggota keluarga, rekan kerja, dan mereka yang selalu berhubungan dengan kita," kata Doni. Karena itu selalu melaksanakan protokol kesehatan agar terhindar dari virus corona.
Penulis: Anton Setiawan
Editor: Eri Sutrisno/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini