Hubungan bilateral Republik Indonesia-Lao PDR yang dimulai dirintis pada 1957 cukup solid. Laos secara konsisten mendukung kedaulatan dan integritas NKRI.
Negara Laos atau Republik Rakyat Demokratik (PDR) Laos selama ini dikenal dengan vihara Pha That Luang dan kuil Lua Prabang. Dua ikon Laos ini melambangkan kemegahan Laos.
Menariknya, Pha That Luang tidak hanya sebagai lambang negara Laos. Vihara ini selain digunakan untuk tempat beribadah umat Buddha, juga menjadi destinasi wisata unggulan di Laos. Daya tarik utama dari Pha That Luang berupa stupa besar yang dilapisi emas yang konon beratnya mencapai 500 kg.
Dalam KTT ke-43 ASEAN 2023 di Jakarta, 7 September 2023, Pemerintah Laos menerima tongkat estafet Keketuaan ASEAN dari Indonesia. Mereka akan memegang Keketuaan Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara yang ketiga setelah pada 2004 dan 2016. Laos akan menjadi tuan rumah KTT ASEAN 2024.
“Saya menghargai dedikasi dan upaya Indonesia dalam merumuskan program-program prioritas bagi ASEAN-BAC untuk membawa kita pada pembangunan berkelanjutan yang inklusif,” ujar Perdana Menteri (PM) Laos Sonexay Siphandone saat memberikan sambutan pada penyerahan Keketuaan ASEAN-BAC dari Kadin Indonesia ke Kadin Laos, Senin (4/9/2023).
Menurut PM Sonexay, kerja sama perdagangan dan investasi menjadi salah satu cara efektif bagi kawasan ASEAN untuk melanjutkan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. “Sebagai pemimpin ASEAN dan ASEAN-BAC mendatang, Laos memiliki posisi dan berdedikasi untuk melanjutkan tujuan kita bersama untuk mewujudkan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan global,” ujar PM Laos.
Dalam dekade terakhir, negeri Seribu Gajah ini ekonominya bertumbuh paling cepat di antara negara ASEAN lainnya. Sejak 2012 hingga 2021, secara rerata, pertumbuhan tahunan berdasarkan produk domestik bruto (PDB) Laos berada di angka 6,3%. Angka ini merupakan yang tertinggi di ASEAN yang memiliki rata-rata 4,1%.
Lao PDR unggul di atas Kamboja dengan rata-rata 5,7%, lalu disusul oleh Vietnam di posisi ketiga dengan rata-rata 5,6%. Posisi keempat diduduki oleh Myanmar dengan rata-rata 5,4%. Sedangkan Indonesia berada di posisi keenam dengan rata-rata 4,4% pada periode 2012-2021.
Pariwisata adalah kunci cepatnya pertumbuhan ekonomi Laos. Awalnya pemerintahan Laos tertutup dari negara lain, namun mulai 1990-an mereka mulai membuka diri. Seperti dikutip dari Statistical Report on Tourism in Laos 2020, pariwisata merupakan salah satu sektor dalam enam prioritas pembangunan sosial ekonomi program Pemerintah Laos untuk periode 2021-2025.
Semenjak Pemerintah Laos membuka kembali negaranya untuk pelancong asing dan Kereta Api Tiongkok-Laos mulai beroperasi, orang-orang dari negara lain berbondong-bondong ke Laos. Kereta api adalah sarana perjalanan yang populer dan melewati provinsi Luang Prabang dan Oudomxay, yang memiliki sejumlah destinasi menarik bagi wisatawan, termasuk kegiatan petualangan.
Rute KA Tiongkok-Laos berfungsi sebagai infrastruktur pariwisata yang penting. Otoritas Laos memperkirakan sekitar 368.000 pelancong Tiongkok akan mengunjungi Laos pada 2023, naik 21% dari tahun lalu.
Hal ini terlihat dari melonjaknya jumlah turis dalam enam bulan pertama tahun 2023, dengan lebih dari 1,6 juta turis asing mengunjungi negara Laos. Data Departemen Pemasaran Pariwisata Kementerian Informasi, Kebudayaan, dan Pariwisata Laos pada Juli lalu, menunjukkan jumlah pengunjung terbanyak berasal dari Thailand dengan 668.595, diikuti 398.937 dari Vietnam dan 317.604 dari Tiongkok.
Jumlah pengunjung meningkat pesat dibandingkan dengan enam bulan pertama 2022, ketika hanya 42.197 warga negara asing yang masuk ke Laos dengan visa turis.
Hubungan RI-Laos
Adapun hubungan bilateral Republik Indonesia-Lao PDR yang dimulai dirintis pada 1957 cukup solid. Laos secara konsisten mendukung kedaulatan dan integritas NKRI. Keeratan hubungan kedua negara terlihat dari meningkatnya frekuensi saling kunjung pejabat tinggi kedua negara dan saling dukung posisi dan pencalonan masing-masing di berbagai forum internasional.
Saat Laos menjabat sebagai Chair ASEAN pada 2016, Pemerintah Indonesia telah memberikan bantuan sebesar USD 1 juta untuk membantu lancarnya keketuaan Laos. Eratnya hubungan persahabatan kedua negara ditunjukkan dengan pemasangan Gong Perdamaian Dunia pada tanggal 22 November 2008 di area monumen Patuxai (Victory Gate) yang merupakan landmark utama kota Vientiane dalam suatu upacara meriah yang dipimpin langsung oleh Wapres Laos saat itu, Bounnhang Vorachith, dan dihadiri petinggi pemerintah, pimpinan parlemen, korps diplomatik dan masyarakat luas.
Sementara itu, pascapandemi Covid-19, tercatat bahwa volume perdagangan Indonesia ke Laos pada 2022 mencapai USD194,2 juta. Angka tersebut meningkat sebesar 326% dari 2021 yang hanya mencapai USD45,5 juta.
Sedangkan, nilai ekspor Indonesia ke Laos pada 2022 mencapai USD26,6 juta. Nilai tersebut meningkat sebesar 251% dibandingkan nilai pada tahun 2021 yang hanya mencapai USD7,6 juta.
Komoditas ekspor Indonesia ke Laos antara lain suku cadang kendaraan bermotor dan alat berat, mobil, elektronika, pakaian jadi dan aksesoris, snack, konsentrat kopi dan teh, katun, kertas dan tembakau yang telah diproses, batu bara, produk obat-obatan, dan mesin pertanian.
Nilai impor Indonesia dari Laos pada 2022 mencapai USD167,6 juta. Nilai tersebut meningkat sebesar 341,4% dibandingkan nilai pada 2021 yang hanya mencapai USD38 juta. Sedangkan komoditas impor Indonesia dari Laos adalah potassium (bahan baku pupuk), tembakau mentah, emas, dan aluminium kalsium.
Meski nilai perdagangan antara RI-Laos masih defisit begitu pula dengan tingkat inflasi Laos yang mencapai dua digit pada Januari 2023, potensi pariwisata dan pertanian mereka bisa menjadi andalan pertumbuhan di masa depan. Dengan begitu, momentum Keketuaan ASEAN 2024 dapat menjadi peluang untuk mendorong pertumbuhan Laos maupun kawasan secara keseluruhan. Saatnya Lao PDR unjuk gigi di pentas global.
Penulis: Kristantyo Wisbubroto
Redaktur: Ratna Nuraini