Sektor pertanian salah satu sektor kunci pendukung pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan.
Ekonomi Indonesia diproyeksi tumbuh kisaran 5 persen pada 2022. Optimisme pertumbuhan ekonomi bukan hanya sebuah isapan jempol. Indikator itu terlihat permintaan yang mulai menanjak, baik domestik maupun global.
Wajar saja, pemerintah pun berani mematok proyeksi pertumbuhan di kisaran 5 persen. Seperti disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam berbagai kesempatan, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2022 berada di 5,2 persen--5,8 persen.
Demikian pula dengan Bank Indonesia. Bank sentral mematok proyeksi pertumbuhan lebih rendah dibandingkan Menkeu Sri Mulyani, yakni di kisaran 4,7 persen--5,5 persen.
Oleh karena itu, optimisme perekonomian nasional semakin baik pada 2022. Sebab, negara dinilai cukup berhasil meredam dampak pandemi. Ini ditunjukkan dengan jumlah kematian akibat Covid-19 yang relatif kecil sepanjang Desember meskipun adanya varian baru Omicron membuat rasa khawatir memadamkan optimisme pada 2022.
Apa saja sektor yang mendukung pertumbuhan perekonomian nasional? Sektor pertanian disebut-sebut salah satu sektor kunci pendukung pemulihan ekonomi nasional, terutama untuk mendorong ketahanan dan kedaulatan pangan nasional dalam menghadapi ancaman krisis.
Perlu diketahui, struktur perekonomian RI yang kuat dan memiliki daya tahan disebabkan dukungan dari sektor pertanian yang kuat. Pasalnya, Indonesia menjadi eksporter utama dunia khusus untuk minyak sawit dengan kontribusi hingga separuh pasokan minyak sawit dunia.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengkonfirmasi besarnya kontribusi sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di kuartal III-2021, sektor pertanian menyumbang pertumbuhan positif 3,51 persen secara year on year (yoy).
Sektor pertanian tercatat sebagai salah satu sektor yang secara konsisten berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama selama masa pandemi.
“Pada triwulan III-2021, sektor pertanian tumbuh 1,35 persen. Secara ekonominya, 66,42 persen PDB (produk domestik bruto-red) berasal dari industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambahan,” sebut Kepala BPS Margo Yuwono.
Dari gambaran di atas, harus diakui sektor pertanian telah menjadi pilar utama perekonomian nasional yang konsisten tumbuh dan menyumbang 14,3% terhadap PDB nasional pada kuartal III-2021.
Namun, sektor pertanian itu bukan hanya soal pasokan minyak sawit saja. Soal pangan juga. Oleh karenanya, negara ini patut bersyukur sepanjang tahun atas stabilitas pasokan dan harga komoditas pangan yang tetap terjaga dan dinilai jauh lebih baik daripada 2020.
Kunci tetap terjaganya stabilitas pasokan dan harga pangan adalah keberhasilan menjaga keseimbangan harga di tengah permintaan yang membaik. Itu yang disampaikan Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, menyangkut kunci menjaga stabilitas pangan.
Dia berharap itu juga menjadi kunci keberhasilan untuk stabilitas pangan pada 2022. Terlebih di tengah proyeksi geliat ekonomi yang lebih baik. “Situasi pangan di dalam negeri jauh lebih baik [tahun ini] dari sisi pasokan dan pengendalian harga. Mudah-mudahan geliat ekonomi makin bagus pada 2022 setelah sempat ada penurunan di kuartal III/2021,” kata Oke, Minggu (26/12/2021).
Fluktuasi Harga
Permintaan yang turun kerap memicu fluktuasi harga, terutama di tingkat produsen. Oke pun turut menyoroti perkembangan harga komoditas global dan risiko, dampaknya pada situasi di dalam negeri, terutama pada bahan pangan yang memiliki ketergantungan impor seperti kedelai, gandum, gula, dan daging.
“Antisipasi untuk awal tahun terus disiapkan, apalagi ada momen Ramadan dan Idulfitri di awal kuartal II-2022,” katanya.
Dia memastikan, stok penyangga dalam keadaan aman, seperti beras dengan ketersediaan mencapai 932.971 ton di Perum Bulog dan 30.662 di Pasar Induk Beras Cipinang. Stok tersebut setidaknya bisa memenuhi kebutuhan operasi pasar selama 11 bulan. Stok gula pasir per 24 Desember 2021 berada di angka 1,10 juta ton dengan masa ketahanan 4,23 bulan. Ketersediaan kedelai pada akhir tahun berada di angka 360.000 ton dan bisa memenuhi kebutuhan 1,44 bulan ke depan.
Ke depannya, tantangan ketersediaan bahan kebutuhan pokok pada 2022 akan lebih kompleks daripada 2021. Pasalnya, pada saat yang bersamaan negara dunia juga meningkatkan permintaannya. Artinya, Indonesia harus menghadapi fluktuasi harga komoditas global yang yang tentu berdampak pada ketersediaan di dalam negeri.
Dari gambaran di atas, persediaan stok perlu dipastikan tetap aman dan stabilitas harga terkendali karena proyeksi inflasi bisa menembus 5 persen di 2022 apabila volatile food bergerak terlalu ekstrem.
Selama masa pandemi, perhatian terhadap ketahanan pangan menjadi isu sentral di berbagai belahan dunia. Pertumbuhan sektor pertanian selama pandemi pun tidak bisa dianggap remeh, selalu positif meski sektor lain mengalami kontraksi.
Bagaimana dengan prospek investasi di sektor pertanian? Data BKPM menyebutkan minat investasi dalam bentuk PMA tercatat USD208 juta di kuartal II-2021, tumbuh 10,6 persen yoy. Fenomena ketahanan sektor pertanian dalam menghadapi gempuran badai krisis pandemi juga tecermin dari rally di harga komoditas pertanian global.
Sebagai contoh harga kopi di pasar internasional telah naik 53,2 persen sejak awal 2021, disusul oleh komoditas jagung tumbuh 11,5 persen dan teh 8,3 persen.
Meskipun beberapa negara tujuan ekspor melakukan pengetatan akibat lonjakan varian Delta Covid-19, ternyata tak menyurutkan permintaan di sektor pertanian. Kenapa? Karena pangan adalah kebutuhan pokok.
Pembelian baju boleh turun, kendaraan bermotor ikut terseok, tetapi tidak dengan pangan. Lifestyle boleh dinegosiasikan selama masa pandemi, tetapi tidak dengan kebutuhan mengisi kalori harian.
Lantas, bagaimana outlook di sektor pertanian? Prospeknya masih cerah, Jika sektor pertanian berhasil survive selama masa pandemi, lalu bagaimana ketika pandemi mulai berubah menjadi endemi?
Beberapa indikator menguatkan tren sektor pertanian bukan hanya temporer. Justru di saat ekonomi global mulai rebound, negara-negara yang membutuhkan bahan baku pangan akan berebut melakukan pembelian stok secara besar-besaran.
Alhasil booming sektor pertanian diperkirakan berlanjut dalam tahun-tahun mendatang. Lihat, misalnya, Tiongkok yang melakukan impor jagung sebesar 11,7 juta ton hanya dalam 5 bulan pertama di 2021, lebih besar dari seluruh pembelian jagung impor sepanjang 2020.
Perhatian terhadap sektor pertanian juga bersambut dengan kebijakan-kebijakan afirmatif mulai dari penurunan suku bunga KUR pertanian, sampai memastikan penyaluran distribusi pupuk terjaga.
Spesifik terkait dengan kebutuhan pupuk, setidaknya perlu meng-cover 62,3 juta hektare lahan. Indonesia adalah negara dengan lahan pertanian, kehutanan, dan perikanan yang terbesar di Asia Tenggara.
Di tengah awan cerah kenaikan permintaan produk pangan juga muncul desakan untuk menggunakan produk yang ramah lingkungan atau berkelanjutan. Gemerlap sektor pertanian tidak kalah menarik dengan sektor lainnya, tetapi membutuhkan kolaborasi khususnya dari sisi pendanaan.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari