Indonesia.go.id - Rantai Eceran “Online-Offline” Beras Perum Bulog

Rantai Eceran “Online-Offline” Beras Perum Bulog

  • Administrator
  • Selasa, 27 September 2022 | 21:06 WIB
BERAS
  Sepanjang 2022 harga beras stabil. Sejak awal tahun hingga minggu ketiga September ini, Bulog sudah menggelontorkan 650 ribu ton beras Operasi Pasar. ANTARA FOTO/Herry Purba
Tak hanya lewat operasi pasar, untuk pengendalian harga beras, Perum Bulog juga telah membuka gerai-gerai beras eceran. Beras punya bobot tinggi dalam membentuk inflasi pangan.

Harga cabai (semua jenis), daging ayam, daging sapi, dan telor, semua bergerak di jalur hijau. Turun melandai tipis-tipis di pekan keempat September 2022. Gula pasir, minyak goreng, bawang putih, bawang merah, beras kualitas bawah dan sedang stabil. Menurut pantauan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), hanya beras premium yang bergerak di jalur merah. Harganya naik Rp50 (0,38 persen) menjadi Rp13.050 per kg.

Bekerja sebagai unit kerja Bank Indonesia (BI), PIHPS memantau harga-harga pangan di 82 kota dari 34 provinsi. Secara umum, harga-harga bahan pangan cukup stabil. Dari semua bahan pangan yang dipantau, dalam kalkulasi PIHPS, beras yang paling besar pengaruhnya terhadap biaya hidup rakyat. Bobotnya 3,8. Daging ayam di peringkat kedua dengan bobot 1,2. Di bawahnya baru ada telur ayam (0,67), minyak goreng (0,53), dan gula pasir (0,53).

Secara umum, harga beras cukup stabil di sepanjang 2022, meski di sejumlah daerah ada kenaikan 1--2 persen. Produksi beras nasional di tiga tahun terakhir cukup besar hingga pemerintah (Perum Bulog) tak perlu mengimpornya.

Namun, produksi nasional yang tinggi saja tak cukup bisa menjamin harga stabil di semua daerah. Sebab, sentra-sentra produksi beras hanya ada di wilayah tertentu. Kenaikan harga juga biasa terjadi bila ada kenaikan biaya produksi dan pemasaran. Misalnya, karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Menjaga stabilitas pasokan dan harga beras selalu menjadi tugas Perum Bulog. Dengan stok rata-rata 1–1,5 juta ton, tersebar di berbagai gudang di seluruh Indonesia, Bulog pun bertindak tiap kali ada guncangan harga beras. Dalam tiga tahun terakhir, stok beras Bulog diberi dari gabah petani, dengan harga terendah yang ditetapkan pemerintah (harga patokan pemerintah).

Dengan stok beras itu Perum Bulog pun melaksanakan Program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH), atau yang dikenal dengan nama Operasi Pasar di seluruh wilayah Indonesia. Sepanjang 2022, sejak awal tahun hingga minggu ketiga September ini, Bulog sudah menggelontorkan 650 ribu ton beras Operasi Pasar.

Direktur Utama Perum Bulog Komjen Pol (Purn) Budi Waseso dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (24/9/2022) mengatakan, pihaknya sudah mengeluarkan instruksi ke seluruh tingkat jajaran untuk memastikan Program KPSH berjalan lancar sepanjang tahun ini. Bila perlu, akan kian dimasifkan agar tidak ada gejolak harga di tingkat konsumen.

‘’Masyarakat  jangan khawatir. Perum Bulog menjamin agar kebutuhan beras tersedia di masyarakat dengan harga terjangkau, walaupun di pasaran ada sedikit kenaikan harga. Kami memantau terus-menerus di tengah situasi saat ini. Berdasarkan pencatatan, harga beras hanya mengalami sedikit kenaikan karena faktor kenaikan harga BBM," kata Budi.

Intervensi harga melalui Operasi Pasar (Program KPSH) yang dilakukan sepanjang tahun oleh Bulog terbukti efektif menjaga stabilitas harga beras di tingkat konsumen. Kegiatan ini juga merupakan realisasi dari ‘’Tiga Pilar Ketahan Pangan’’ yang ditugaskan kepada Perum Bulog, yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas.

‘’Yang menjadi fokus kami saat ini adalah stabilitas harga beras di masyarakat. Untuk itu, kami akan upayakan semaksimal mungkin pelaksanaan program stabilisasi itu, tanpa ada unsur kepentingan apa pun kecuali kepentingan rakyat, terlebih di tengah situasi seperti sekarang," kata Budi Waseso.

Dirut Perum Bulog juga menegaskan, Bulog akan menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk menjamin ketersediaan pangan. Selain memiliki jaringan kantor dan gudang-gudang yang tersebar di seluruh penjuru  tanah air, Bulog kini memiliki gudang retail modern sebagai gerai distribusi dan  layanan penjualan eceran.

‘’Kami pastikan bahwa seluruh jaringan yang bekerja sama dengan Perum Bulog sudah menyediakan kebutuhan beras sampai di tingkat lokal, baik secara offline maupun online, termasuk outlet-outlet binaan Perum Bulog, seperti Rumah Pangan Kita (RPK), yang kini tersebar di seluruh Indonesia serta jaringan retail modern yang ada," kata Budi Waseso. 

Bulog terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah demi menjaga agar harga beras di tingkat konsumen tetap stabil. Cadangan beras nasional sejauh ini terlihat normal. Memasuki 2022, menurut catatan Presiden Joko Widodo, ada gambaran optimistis. Stok beras nasional per akhir April 2022 mencapai 10,2 juta ton. ‘’Kalau ditanya barangnya ada di mana? Ada di  masyarakat, di petani, di restoran-restoran juga Bulog plus, dan di beberapa industri-industri pangan,’’ kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, 14 Agustus silam.

Artinya, sudah ada modal 10,2 juta ton untuk masuk ke Mei--Desember. Sementara itu, panen di Mei, Juni, Juli, Agustus, hingga September tergolong normal untuk suatu  tahun basah. Tak ada kemarau ekstrem, banjir ekstrem atau serangan hama-penyakit padi yang ekstrem. Produksi pada level sekitar 33,1 juta ton seperti pada 2019--2021, di atas angka konsumsi nasional yang 30,7 juta ton, besar kemungkinan bisa dicapai.

Dengan distribusi yang baik, harga beras bisa dikendalikan agar tak melonjak terlalu tinggi di tengah kenaikan harga BBM yang berimbas langsung kepada kenaikan biaya transportasi. Namun, seperti yang terpantau oleh PIHPS Bank Indonesia, harga-harga pangan relatif stabil. Kenaikan terjadi dari waktu ke waktu, namun tidak sebagai lonjakan besar, kecuali pada minyak goreng  di Januari–Mei 2022.

Di tengah kuatnya inflasi global dan penyusutan pasokan energi serta bahan pangan ke pasar dunia, imbasnya sampai juga ke Indonesia. Ketika inflasi Juli 2022 mencapai 4,95 persen year on year (yoy), inflasi bahan pangan mencapai 10,3 persen. Inflasi bulan Agustus tercatat turun ke 4,65 persen dan kenaikan indeks harga pangan menjadi 8,9 persen–rekor yang relatif lebih baik dibanding Thailand dan Vietnam, yang dikenal sebagai lumbung pangan dunia. Inflasi pangan di kedua negara tersebut melampaui angka 9 persen. Swasembada pangan itu penting.

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari