Indonesia.go.id - Inovasi PLTS Terapung Mobile: Solusi Energi Terbarukan di Indonesia

Inovasi PLTS Terapung Mobile: Solusi Energi Terbarukan di Indonesia

  • Administrator
  • Minggu, 7 Juli 2024 | 21:42 WIB
ENERGI
  Potensi energi surya ada di seluruh pulau Indonesia. Menjadikan PLTS apung sebagai sumber energi yang cocok digunakan disejumlah kawasan Indonesia
Para periset di Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) BRIN mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung mobile pertama di Indonesia. Inovasi ini memanfaatkan potensi besar energi surya di Indonesia dan mengatasi keterbatasan lahan untuk PLTS darat. PLTS terapung mobile dapat dipasang di atas air dan meningkatkan efisiensi energi serta meminimalisir penguapan air.

Para periset di Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung mobile pertama di Indonesia. Inovasi ini dilatarbelakangi potensi besar energi surya di Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa serta keterbatasan lahan untuk pembangunan PLTS darat.

Pemanfaatan energi surya merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia menggenjot pemakaian energi baru terbarukan (EBT). Pemerintah telah menetapkan target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025. Indonesia menargetkan memiliki kapasitas EBT sebanyak 10,6 GW (Gigawatt), dengan kontribusi dari PLTS diharapkan sebesar 3,9 GW.

Potensi energi surya ada di seluruh pulau Indonesia, jumlahnya antara 11 ribu TWh (terawatt hours) hingga 48 ribu TWh. Namun, yang terbesar ada di Pulau Sulawesi sebesar 50.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 96,9 persen. Wilayah Maluku dan Papua juga memiliki potensi energi surya yang amat besar, yaitu sebanyak 51.200 TWh dengan potensi PLTS terapung mencapai 99,7 persen.

Perekayasa Ahli Utama yang tergabung dalam kelompok riset energi surya fotovoltaik di PRKKE – BRIN, Adjat Sudrajat, mengatakan inovasi PLTS ini dapat memberi jawaban atas ketersediaan energi saat ini. "PLTS terapung mobile merupakan solusi untuk mengatasi keterbatasan ruang, karena dapat dipasang di atas air seperti danau, waduk, dan laut," ujar Adjat Sudrajat seperti dikutip dari laman BRIN, Senin (24/6/2024).

Kelebihan lain dari PLTS terapung adalah panel surya yang dipasang pada permukaan air tidak hanya dapat mengatasi keterbatasan ruang, tetapi juga meminimalisir penguapan air. Selain itu, air di sekitar panel surya bertindak sebagai pendingin alami, sehingga meningkatkan efisiensi dan hasil energi secara keseluruhan.

Adjat menambahkan, sistem PLTS terapung mobile yang dikembangkan BRIN ini tidak hanya berfungsi sebagai pembangkit listrik, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai suplai energi pompa untuk irigasi pertanian. Pada tahun 2023, BRIN telah membuat desain sistem PLTS terapung untuk irigasi pertanian di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Terinspirasi oleh mobilitas mesin diesel untuk kebutuhan irigasi pertanian di Wonogiri, kelompok riset energi surya fotovoltaik BRIN merancang Sistem Pompa PLTS Terapung yang dapat berpindah tempat atau mobile floating photovoltaic pump. "Di tahun 2024 ini kami sedang mencoba prototipe mobile floating photovoltaic pump berkapasitas 2,5 kWp," kata Adjat. Sistem ini terdiri dari integrasi sistem pengapung, sistem pompa air tenaga surya, dan sistem penggerak.

Penggunaan sistem mobile floating photovoltaic pump ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian karena pengairan tersedia sepanjang tahun sehingga musim tanam menjadi lebih panjang. Di samping itu, sistem ini juga dapat mengurangi emisi karbondioksida (CO2), selaras dengan tujuan Indonesia menuju emisi nol karbon pada 2060. “Harapannya pada 2025 prototipe tersebut sudah dapat diterapkan pada lokasi sebenarnya,” tutur Adjat.

Sebenarnya, PLTS untuk irigasi lahan pertanian bukan hal baru. Beberapa BUMN telah melakukannya. Sistem tersebut sudah diterapkan di Kampung Rejosari Mataram, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah sejak tahun lalu.

PLTS Irigasi berkapasitas 52,8 kilowatt peak (kWp) ini mulai dibangun oleh PT Bukit Asam pada Oktober 2022 dan selesai pada Februari 2023. Pembangkit tenaga surya tersebut menjadi sumber energi bagi pompa irigasi yang menyedot air sungai untuk didistribusikan ke sawah warga. Sebanyak 267 petani dengan lahan seluas 175 hektare (ha) merasakan manfaatnya.

Sebelum ada PLTS irigasi, para petani hanya bisa panen sekali dalam setahun karena mengandalkan sawah tadah hujan. Setelah kehadiran PLTS irigasi, petani dapat menanam 2-3 kali dalam setahun.

Pemanfaatan PLTS terapung mobile ini merupakan langkah maju dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Dengan potensi besar energi surya, diharapkan teknologi ini dapat membantu meningkatkan akses energi dan ketahanan pangan di masa depan.

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari