Indonesia.go.id - Industri Minyak Kelapa di Indonesia: Potensi, Tantangan, dan Peluang Pasar Global

Industri Minyak Kelapa di Indonesia: Potensi, Tantangan, dan Peluang Pasar Global

  • Administrator
  • Minggu, 28 Juli 2024 | 12:24 WIB
INDUSTRI
  Warga melakukan proses pembuatan minyak kelapa di Kampung Cilame, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jadi pilihan karenq mahalnya minyak sawit. ANTARA FOTO/ Adeng Bustomi
Minyak kelapa kembali menjadi favorit berkat manfaat kesehatannya dan harga minyak sawit yang kian mahal. Dukungan pemerintah pada industri kecil menengah mendorong kebangkitan produksi dan ekspor minyak kelapa Indonesia.

Sebelum minyak sawit membanjiri pasar, minyak kelapa adalah pilihan utama ibu rumah tangga di tanah air untuk memasak. Pamor produk olahan kelapa itu meredup seiring dengan harga di pasar internasional yang melambung. Di saat yang sama, dengan alasan kultur teknis dan ekonomis lebih cepat menghasilkan, pemerintah condong memberi sokongan bertumbuhnya perkebunan kelapa sawit di pertengahan 1970-an.

Pada 1974, luas perkebunan sawit mencapai 174.000 ha. Selanjutnya berkembang menjadi 200.000-an ha pada awal 1980-an. Kebanyakan adalah tanaman warisan pemerintah kolonial Belanda.

Berkat adanya program kredit (PBSN 1 dan 2) serta mulai diperkenalkannya kebun sawit pola perkebunan inti rakyat-transmigrasi (PIR-Trans) pengembangan kelapa sawit sangat pesat. Hingga pada 2009 luas perkebunan kelapa sawit Indonesia telah mencapai 7,2 juta ha, atau  pertumbuhan double setiap tahunnya selama 30 tahun. Kebun rakyat, baik pola PIR maupun swadaya meliputi jumlah 40 %.

Memasuki tahun 2020, minyak kelapa mulai lagi dilirik masyarakat sebagai pilihan alternatif minyak goreng (migor). Salah satu alasannya adalah harga minyak sawit yang kian hari kian mahal. Pada akhir 2021 misalnya, harga minyak sawit tembus di kisaran Rp18.000–Rp22.000 per liter.

Kesadaran akan kesehatan yang tumbuh di kalangan masyarakat, selain faktor harga, ikut mendorong meningkatnya permintaan minyak kelapa. Pergeseran pilihan migor ini tentu saja menguntungkan bagi Indonesia, negara yang dikenal sebagai salah satu penghasil kelapa terbesar di dunia.

Potensi Minyak Kelapa

Merujuk data Kementerian Pertanian, luas lahan kelapa di Indonesia mencapai lebih dari 3,5 juta hektare dengan produksi mencapai 15 juta ton kelapa per tahun. Provinsi seperti Riau, Sumatra Utara, dan Nusa Tenggara Barat menjadi beberapa daerah utama penghasil kelapa di Indonesia.

Pada 2024, produksi minyak goreng kelapa diperkirakan mencapai 1,2 juta ton, meningkat dari tahun sebelumnya seiring dengan peningkatan kesadaran akan manfaat kesehatan minyak kelapa. Minyak goreng kelapa dikenal karena kandungan asam lauratnya yang tinggi, yang memiliki sifat antimikroba dan antivirus, serta membantu meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL).

Dengan memanfaatkan teknologi modern dan meningkatkan kualitas produk, minyak goreng kelapa Indonesia memiliki peluang besar untuk bersaing di pasar global. Permintaan pasar sejauh ini terus meningkat dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa.

Pelatihan dan Pendampingan

Dengan meningkatnya kesadaran akan manfaat kesehatan minyak goreng kelapa dan dukungan dari pemerintah, prospek industri minyak kelapa di Indonesia terlihat cerah. Potensi ekspor minyak kelapa juga besar, dengan permintaan yang terus meningkat dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa.

Seiring dengan hal itu, Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian mendorong industri olahan kelapa, khususnya industri skala kecil untuk meraih peluang bertumbuh. Langkah tersebut, antara lain, dengan memberikan berbagai dukungan, baik dalam hal produksi dan pemasaran minyak goreng kelapa. Salah satunya adalah melalui program pemberdayaan IKM (Industri Kecil dan Menengah) di daerah-daerah penghasil kelapa seperti Nusa Tenggara Barat.

Pada kegiatan  Pendampingan Teknis WUB IKM di Mataram, NTB, yang ditutup pada 29 Juni 2024, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin Reni Yanita menyebutkan bahwa Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Timur merupakan area produksi kelapa yang potensial.

Menurut data Dinas Pertanian Provinsi NTB, luasan panen kelapa di Lombok Timur mencapai 9.060 hektare, menjadikan kelapa sebagai komoditas ekspor yang potensial dan sumber devisa penting bagi ekonomi nasional.

Kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai jual tinggi, seperti minyak goreng kelapa dan virgin coconut oil (VCO). Pengembangan produk ini melalui pemberdayaan kelompok IKM di Lombok Timur dapat meningkatkan nilai tambah dan menjadi alternatif di tengah tingginya harga minyak sawit, karena minyak kelapa memiliki aroma dan rasa yang khas serta lebih bening.

Selain itu, minyak goreng kelapa memiliki beberapa manfaat kesehatan yang menjadikannya pilihan populer di kalangan konsumen yang sadar akan kesehatan:

  1. Kaya akan Asam Laurat: Asam laurat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memiliki sifat antimikroba.
  2. Meningkatkan Kadar Kolesterol Baik: Minyak kelapa membantu meningkatkan kadar HDL, yang baik untuk kesehatan jantung.
  3. Stabil pada Suhu Tinggi: Minyak kelapa memiliki titik asap yang tinggi, sehingga aman digunakan untuk menggoreng.

Meski memiliki potensi besar, produksi dan pemasaran minyak goreng kelapa di Indonesia menghadapi beberapa tantangan:

  1. Keterbatasan Infrastruktur: Beberapa daerah penghasil kelapa di Indonesia masih memiliki infrastruktur yang kurang memadai untuk pengolahan dan distribusi minyak kelapa.
  2. Persaingan dengan Minyak Sawit: Minyak kelapa seringkali harus bersaing dengan minyak sawit yang lebih murah dan lebih dominan di pasar domestik.
  3. Kesadaran Konsumen: Meskipun manfaat kesehatan minyak kelapa sudah dikenal, edukasi konsumen masih diperlukan untuk meningkatkan permintaan.

Dirjen IKMA Reni Yanita menegaskan bahwa pemerintah pusat dan daerah terus berupaya menjaga dan meningkatkan keberlangsungan usaha pelaku IKM. Selain mendapat pendampingan, IKM peserta yang mayoritas merupakan perempuan juga mendapatkan fasilitasi mesin peralatan produksi (pembuatan) minyak goreng kelapa. Reni juga menyampaikan bahwa pemerintah, baik pusat maupun daerah, terus berupaya untuk menjaga dan meningkatkan keberlangsungan usaha pelaku IKM.

Keberadaan IKM memiliki peranan yang penting dalam memperkuat perekonomian nasional, terutama dalam perluasan kesempatan berusaha dan bekerja hingga ke pelosok daerah. “Oleh karena itu, kami terus menggelar berbagai program pelatihan untuk terus meningkatkan jumlah populasi WUB IKM, baik yang baru merintis bisnis maupun yang telah menjalankan usahanya agar dapat naik kelas,” ujar Reni.

 

 

Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari