Indonesia.go.id - Inovasi Pertanian Hemat Air, Solusi Efektif di Tengah Krisis Iklim

Inovasi Pertanian Hemat Air, Solusi Efektif di Tengah Krisis Iklim

  • Administrator
  • Jumat, 2 Agustus 2024 | 13:25 WIB
PERTANIAN
  Metode irigasi tetes lebih hemat air dan terbukti efektif. Memiliki potensi besar untuk mewujudkan IP 400, yang memungkinkan panen empat kali dalam setahun. FREEPIC
Dengan teknologi irigasi tetes dan mulsa plastik, Kelompok Tani Sinar Harapan berhasil meningkatkan hasil panen padi. Metode ini terbukti efektif meskipun musim hujan tidak menentu. Produktivitas padi meningkat signifikan dengan penggunaan air yang lebih efisien.

Selain lahan yang menciut, keterbatasan sumber daya air merupakan masalah serius pertanian padi di tanah air. Berbagai cara sudah dilakukan, khususnya dalam meningkatkan cadangan air baku, yakni dengan membangun bendungan dan embung. Namun, hal itu masih kurang mencukupi di tengah tantangan perubahan iklim saat ini.

Mengatasi hal tersebut, inovasi dalam bidang pertanian menjadi sangat penting. Salah satu contoh inspiratif di sektor pertanian itu datang dari Trenggalek, tepatnya dari Kelompok Tani Sinar Harapan di Desa Sukorejo, Gandusari. Kelompok tersebut berhasil menerapkan metode pertanian hemat air di lahan demplot sawah kering. 

Panen perdana dari inovasi tersebut,  dikutip dari situ Kodim Trenggalek https://kodim0806trenggalek.com/ telah dilakukan pada 20 Juli 2024. Hasilnya, sangat signifikan dibandingkan dengan metode tradisional yang sebelumnya mereka gunakan. Produktivitas padi meningkat dari 4 ton per hektare menjadi 6 ton per hektare. Sementara untuk penggunaan air berkurang secara drastis.

 

Inovasi Pertanian

Pertanian di lahan kering menghadapi tantangan besar terkait ketersediaan air yang terbatas. Kondisi ini seringkali mengakibatkan penurunan produktivitas dan ketidakstabilan hasil panen. Namun, Kelompok Tani Sinar Harapan tidak menyerah. Mereka berkomitmen mencari solusi untuk mengatasi masalah ini melalui inovasi yang berkelanjutan.

Metode pertanian hemat air Kelompok Tani Sinar Harapan dirancang khusus. Metode ini melibatkan penggunaan teknologi irigasi tetes dan mulsa plastik, yang membantu mengurangi penguapan air dan menjaga kelembaban tanah lebih lama. Selain itu, mereka juga mengadopsi varietas tanaman padi yang tahan kekeringan dan beradaptasi dengan kondisi lahan kering.

Proses inovasi dimulai dengan pelatihan intensif bagi anggota kelompok tani. Mereka diberikan pengetahuan tentang teknik irigasi tetes, pemilihan varietas tanaman yang sesuai, dan penggunaan mulsa plastik. Selain itu, kelompok ini bekerja sama dengan penyuluh pertanian dan institusi penelitian lokal untuk memastikan bahwa metode yang digunakan berbasis ilmiah dan terbukti efektif.

Menurut Ketua Kelompok Tani Sinar Harapan Desa Sukorejo Gandusari, Isnanto, menjelaskan bahwa uji coba ini merupakan hasil arahan visioner Bupati Trenggalek pada tahun 2023. “Arahan Bupati pada tahun lalu sangat jelas, bagaimana petani bisa tetap panen di lahan yang kering. Kami mencoba metode ini dengan menggali tanah sedalam 50 cm dan memasang lembaran plastik UV yang dapat bertahan 8 sampai 10 tahun di dalam tanah. Lembaran plastik ini membantu menyimpan air dan pupuk lebih baik sehingga tidak terbuang,” jelas Isnanto.

Keberhasilan ini terbukti sejak penanaman pertama pada 29 Januari 2024, di mana sawah kering ini telah berhasil panen sebanyak dua kali, meskipun musim hujan tidak menentu. Metode pertanian hemat air ini tidak hanya terbukti efektif, tetapi juga memiliki potensi besar untuk mewujudkan IP 400, yang memungkinkan panen empat kali dalam setahun.

Dandim 0806/Trenggalek Letkol Yudo Aji Susanto, bersama Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin, turun langsung dalam acara panen padi hasil teknologi pertanian hemat air di Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek, Sabtu (20/7/2024). Kedua pejabat itu menyampaikan apresiasi atas keberhasilan  Kelompok Tani Sinar Harapan Desa Sukorejo Gandusari  dalam menerapkan metode pertanian hemat air di lahan demplot sawah kering. Keberhasilan ini bukan hanya sebuah pencapaian, tetapi juga harapan baru bagi masa depan pertanian Trenggalek.

Panen padi di lahan demplot ini adalah bukti nyata bahwa inovasi metode pertanian hemat air mampu mengubah lahan sawah kering yang sebelumnya tidak produktif menjadi lahan yang subur dan menghasilkan. Metode pertanian revolusioner ini menggunakan teknologi sederhana namun sangat efektif.

"Saya sangat bangga dengan apa yang telah dicapai oleh Kelompok Tani Sinar Harapan. Inovasi pertanian hemat air ini tidak hanya menunjukkan kreativitas dan semangat juang para petani, tetapi juga memberikan solusi nyata terhadap tantangan pertanian di daerah kita. Keberhasilan ini harus dijadikan contoh dan diterapkan di wilayah lain untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani," ujar Bupati Mochamad Nur Arifin dengan penuh semangat.

 

Memperluas Demplot

Nur Arifin menambahkan  bahwa keberhasilan ini akan menjadi langkah awal untuk memperluas demplot sawah hemat air di seluruh wilayah. “Banyak petani yang tertarik dengan sistem pertanian tahan krisis iklim seperti ini. Kami berencana memperluas demplot ini agar lebih banyak petani dapat merasakan manfaatnya,” ungkap Bupati.

Menengok ke belakang, kreativitas Kelompok Tani Sinar Harapan tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, penyuluh pertanian, dan institusi penelitian. Atas dedikasi dan kerja keras mereka,  selain meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani, juga memberikan contoh yang dapat diikuti oleh petani lainnya di daerah dengan kondisi serupa.

Kelompok Tani Sinar Harapan pun berencana memperluas penerapan metode hemat air ini ke lebih banyak lahan dan varietas tanaman lainnya. Mereka juga berkomitmen untuk terus berinovasi dan mencari solusi berkelanjutan untuk menghadapi tantangan pertanian di masa depan.

Patut dicatat, inovasi pertanian lahan kering adalah contoh nyata bagaimana kreativitas dan semangat juang dapat mengatasi tantangan pertanian. Dengan terus berinovasi dan berbagi pengetahuan, pertanian di Indonesia dapat menjadi lebih berkembang, berkelanjutan dan produktif, meskipun di tengah kondisi lingkungan yang berubah.

 


Penulis: Dwitri Waluyo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari