Meskipun menghadapi tantangan global yang semakin meningkat, perekonomian Indonesia tetap menunjukkan ketangguhannya dengan proyeksi pertumbuhan stabil di angka 5,1% pada semester II-2024. Langkah strategis dan investasi besar di sektor industri menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Pada semester II-2024, perekonomian Indonesia diperkirakan tetap tangguh meskipun menghadapi berbagai tantangan global. Laporan terbaru dari Bank Dunia menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan stabil di angka 5,1 persen.
Namun, sejumlah tantangan tetap mengemuka. Termasuk, lonjakan komoditas, volatilitas harga pangan dan energi, serta ketidakpastian geopolitik yang semakin meningkat.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah suku bunga acuan BI Rate yang masih dipertahankan pada level 6,25 persen oleh Bank Indonesia sejak April 2024. Level itu merupakan yang tertinggi sejak 2016.
Keputusan untuk menaikkan suku bunga diambil oleh bank sentral sebagai respons terhadap arus modal yang keluar dari dalam negeri, yang menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah. Dengan suku bunga acuan di kisaran 6,25 persen, diharapkan modal asing dapat kembali masuk ke Indonesia.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet mengaku optimistis kinerja investasi pada kuartal II-2024 akan melanjutkan tren positif meskipun investor masih cenderung wait and see. Yusuf menilai bahwa sektor-sektor yang menyumbang investasi terbesar pada kuartal I-2024, seperti industri logam dasar, pertambangan, transportasi, dan kawasan industri, akan terus menjadi pendorong utama investasi.
“Realisasi investasi nanti akan ditopang oleh sektor yang sama yang melanjutkan aktivitas investasi yang sudah dimulai sebelumnya. Jadi menurut saya investor yang masuk itu adalah investor eksisting yang sebelumnya sudah pernah melakukan investasi di Indonesia,” jelas Yusuf.
Target dan Peran
Yusuf juga mengungkapkan bahwa target investasi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp1.650 triliun berpeluang untuk dicapai, mengingat tren realisasi investasi pada periode-periode sebelumnya. Namun, menurut Yusuf, pemerintah perlu mendobrak pola tersebut dan mendorong realisasi investasi pada sektor-sektor lain yang memiliki potensi untuk meningkatkan perekonomian secara luas.
Prioritas investasi di sektor industri, kata Yusuf, tidak seharusnya terpaku hanya pada sektor industri logam dasar, tetapi juga perlu diarahkan pada sektor-sektor yang memiliki peluang untuk mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.
Untuk jangka menengah, tantangan investasi yang akan dihadapi adalah bagaimana kelanjutan dari program hilirisasi pada pemerintahan baru, yang telah dimulai oleh pemerintahan sebelumnya. Salah satu investasi strategis yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi adalah rencana investasi konsorsium LG Energy Solution untuk pembangunan pabrik katoda di Grand Batang City.
Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Ngurah Wirawan, mengungkapkan bahwa konsorsium tersebut telah menentukan lokasi dan sepakat untuk memulai konstruksi pabrik pada September 2024. "Pabrik katoda tersebut akan menyerap lahan seluas 20 hektare. Saat ini kami tengah mempersiapkan kegiatan soil test, perencanaan dasar, dan detail lainnya," ujar Ngurah.
Proyek ini merupakan bagian dari komitmen investasi konsorsium LG untuk pembangunan pabrik prekursor/katoda yang menjadi bagian dari ekosistem baterai di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Jawa Tengah.
Menteri Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyatakan bahwa investasi lanjutan dari proyek grand package baterai berbasis nikel tersebut telah merampungkan feasibility study (FS) pada Agustus lalu.
"Di lokasi ini juga akan dilakukan pembangunan katoda dari ekosistem baterai mobil dari LG Group yang akan dibangun September karena sudah selesai FS-nya di Agustus," kata Bahlil.
Investasi smelter HPAL berada di Maluku Utara, produk katoda akan diproduksi di KITB, dan pabrik sel baterai akan dibangun di Karawang. "Jadi jangan semua di Maluku, nanti pemerataan tidak pas," tambah Bahlil.
Proyek besar ini digarap oleh konsorsium LG bersama dengan konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC), yang terdiri atas LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam, dan IBC.
Total investasi konsorsium LG mencapai US$9,8 miliar atau setara dengan Rp142 triliun, yang terdiri atas investasi di hulu tambang senilai USD850 juta, smelter HPAL senilai US$4 miliar, pabrik prekursor/katoda senilai USD1,8 miliar, dan pabrik sel baterai senilai USD3,2 miliar.
Dengan berbagai langkah strategis ini, diharapkan perekonomian Indonesia tetap tangguh dan terus berkembang meskipun menghadapi berbagai tantangan global. Harapannya, pemerintahan Jokowi di penghujung periodenya tetap bisa memberikan legacy berupa kebijakan yang tepat dan investasi yang berkelanjutan akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari