Indonesia.go.id - Tempo Kas Tuntas: Program Percepatan Eliminasi Malaria Menuju Indonesia Bebas Malaria

Tempo Kas Tuntas: Program Percepatan Eliminasi Malaria Menuju Indonesia Bebas Malaria

  • Administrator
  • Senin, 30 September 2024 | 10:55 WIB
KESEHATAN
  Skrining faktor risiko terjamgkit malaria oleh petugas kesehatan di lapangan Kantor Walikota Jayapura. DINKES PROV Papua
Malaria telah lama menjadi ancaman kesehatan di Indonesia, terutama di wilayah timur. Namun, optimisme pemerintah dalam mengeliminasi penyakit ini semakin kuat seiring diluncurkannya berbagai program inovatif, seperti Tempo Kas Tuntas.

Indonesia terus menggelar perjuangan besar untuk menghapus malaria dari tanah air. Penyakit menular yang menyebar melalui gigitan nyamuk ini telah menjadi ancaman kesehatan masyarakat selama beberapa dekade, terutama di wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Papua Barat. Meski jumlah kasus malaria di sebagian besar wilayah telah menurun, eliminasi total belum sepenuhnya tercapai.

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Setelah terinfeksi, gejala seperti demam tinggi, menggigil, dan keringat berlebih mulai dirasakan penderitanya. Jika tidak diobati, malaria bisa berakibat fatal, menyebabkan anemia berat, gagal ginjal, bahkan kematian. Namun, dengan penanganan yang tepat, penyakit ini bisa disembuhkan.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa pada 2023, Indonesia mencatat 418.546 kasus malaria, menjadikannya penyakit menular tertinggi kedua setelah tuberkulosis (TBC). "Tugas kita menjaga masyarakat tetap sehat. Kita harus tahu pola penyakit dan melakukan pencegahan karena strategi kesehatan yang paling efektif adalah yang bersifat promotif dan preventif," tegasnya.

Melalui kebijakan dan program yang difokuskan pada edukasi, pencegahan, dan pengobatan, pemerintah optimistis bahwa Indonesia akan mampu mencapai target bebas malaria pada tahun 2024. Salah satu inovasi utama adalah program percepatan eliminasi malaria yang diberi nama Tempo Kas Tuntas.

Tempo Kas Tuntas: Percepatan Eliminasi Malaria

Tempo Kas Tuntas adalah program inovatif yang diluncurkan di Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Program ini bertujuan untuk mempercepat eliminasi malaria di daerah dengan prevalensi tinggi seperti Papua dan Papua Barat. Tempo Kas Tuntas, yang merupakan singkatan dari "Tanggulangi Eliminasi Malaria melalui Periksa darah, Obati, dan Awasi Kepatuhan Pengobatan Sampai Tuntas," bertujuan memastikan bahwa masyarakat di daerah tersebut mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan yang tepat serta tuntas.

Menurut Menkes Budi, fokus program ini adalah intervensi pada manusia dan vektor (nyamuk) melalui upaya penemuan kasus, pengobatan sesuai standar, serta pengawasan ketat terhadap konsumsi obat sampai selesai. Hal ini penting untuk memastikan bahwa malaria benar-benar dihilangkan dari pasien sehingga tidak ada peluang bagi penyakit untuk kambuh atau menular kembali. Selain itu, pemantauan pascapengobatan juga dilakukan untuk memeriksa apakah pasien benar-benar pulih dan bebas dari parasit.

Selain intervensi pada manusia, program ini juga mencakup pengendalian vektor nyamuk. Pengendalian dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan penyebaran kelambu di daerah endemik malaria. Penyediaan kelambu gratis ini merupakan salah satu langkah preventif utama yang diterapkan pemerintah untuk melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk Anopheles saat tidur, momen di mana nyamuk ini paling aktif mencari darah.

Papua di Garis Depan Perjuangan

Wilayah timur Indonesia, khususnya Papua dan Papua Barat, masih menjadi titik panas penyebaran malaria. Kondisi geografis yang menantang serta terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan di wilayah tersebut menjadi hambatan utama dalam upaya eliminasi malaria. Penjabat Gubernur Papua Tengah Ribka Haluk menyadari pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mengatasi tantangan ini.

“Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, bersama dengan dukungan organisasi internasional, sangat penting untuk mewujudkan Papua sebagai wilayah bebas malaria,” ujarnya.

Dukungan dari lembaga internasional seperti WHO dan Global Fund juga menjadi krusial dalam pendanaan dan pelaksanaan program pengendalian malaria di daerah terpencil.

Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Yudhi Pramono, menekankan bahwa penurunan kasus malaria di Papua akan berdampak signifikan terhadap penurunan angka malaria di tingkat nasional. Sebagai provinsi dengan kasus malaria tertinggi, percepatan eliminasi di Papua dan Papua Barat diperkirakan akan sangat berkontribusi terhadap tercapainya target nasional bebas malaria.

Upaya pencegahan malaria oleh pemerintah tidak hanya terbatas di Papua. Beberapa langkah strategis diterapkan di seluruh Indonesia dengan fokus pada daerah endemik. Beberapa langkah kunci yang diambil untuk mengurangi risiko penyebaran malaria. Edukasi masyarakat menjadi prioritas utama, mulai dari menganjurkan penggunaan kelambu saat tidur hingga pemakaian losion anti-nyamuk untuk mencegah gigitan.

Selain itu, skrining melalui tes RDT (Rapid Diagnostic Test) secara rutin dianjurkan di wilayah dengan tingkat kasus tinggi untuk mendeteksi malaria sejak dini. Pemeriksaan darah yang dilakukan secara berkala bertujuan untuk menemukan kasus malaria sebelum gejala parah muncul, sehingga pengobatan dapat segera diberikan dan penularan dapat dicegah.

Program pengobatan massal, termasuk momal (minum obat massal), juga menjadi salah satu langkah penting yang dilakukan pemerintah untuk melindungi masyarakat dari infeksi malaria. Pengobatan massal ini dirancang untuk mencegah komunitas tertentu, terutama yang tinggal di daerah endemik, terjangkit malaria secara bersamaan.

Optimisme dan Tantangan Menuju 2024

Pemerintah Indonesia menargetkan eliminasi malaria secara nasional pada tahun 2024. Optimisme ini semakin menguat seiring dengan berbagai keberhasilan yang telah dicapai oleh sejumlah provinsi dalam mengeliminasi malaria. Hingga 2024, tercatat lima provinsi telah terbebas dari malaria, yaitu Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali.

Eliminasi malaria di provinsi-provinsi tersebut menjadi contoh keberhasilan yang dapat diadopsi oleh daerah lain. RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024 telah menyebutkan target eliminasi malaria sebagai salah satu prioritas dalam sektor kesehatan. Kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah, ditambah dengan dukungan dari lembaga internasional dan masyarakat, diharapkan dapat mendorong tercapainya target bebas malaria.

Namun, tantangan masih besar. Di wilayah-wilayah endemik seperti Papua dan Papua Barat, masalah infrastruktur dan akses kesehatan menjadi hambatan utama. Pendanaan yang cukup serta koordinasi yang baik antara berbagai pihak diperlukan agar program eliminasi malaria dapat berjalan dengan efektif.

Eliminasi malaria dari Indonesia tidak hanya akan berdampak pada peningkatan kesehatan masyarakat, tetapi juga pada citra Indonesia di kancah internasional.

Menurut Menkes Budi, capaian bebas malaria di seluruh Indonesia akan menjadi bukti komitmen negara dalam menanggulangi penyakit menular, serta menunjukkan kemampuan Indonesia dalam menangani tantangan kesehatan yang kompleks.

“Dengan eliminasi malaria, kepercayaan dunia luar terhadap Indonesia sebagai negara yang peduli pada kesehatan masyarakat akan meningkat. Ini akan berdampak positif tidak hanya pada sektor kesehatan, tetapi juga pada sektor ekonomi dan pariwisata,” jelasnya.

Keberhasilan Indonesia dalam mengeliminasi malaria di berbagai wilayah menjadi tanda bahwa upaya pemerintah dan masyarakat dalam memerangi penyakit ini tidak sia-sia. Meskipun masih ada tantangan besar di depan, optimisme bahwa Indonesia dapat terbebas dari malaria pada 2024 tetap tinggi. Kolaborasi lintas sektor dan dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci utama untuk mencapai target ambisius ini.

 

Penulis: Eri Sutrisno
Redaktur: Ratna Nuraini/TR