Indonesia.go.id - Geliat Awal Pelabuhan Patimban

Geliat Awal Pelabuhan Patimban

  • Administrator
  • Senin, 30 November 2020 | 00:41 WIB
INFRASTRUKTUR
  Foto udara proyek pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). Foto: ANTARA FOTO / Raisan Al Farisi

Pelabuhan Patimban segera diresmikan. Pengiriman perdana produk otomotif dari kawasan industri Jawa Barat sudah bisa dilakukan dari pelabuhan ini.

Bagaimana kabar Pelabuhan Patimban? Salah satu proyek strategis nasional (PSN) pemerintah bernilai sampai puluhan triliun rupiah lebih ini digadang-gadang bakal menjadi pelabuhan utama untuk kegiatan ekspor-impor dan distribusi logistik dari Jawa Barat-Jawa Tengah ke seluruh Indonesia. Sejak dikerjakan Agustus 2018, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akhirnya memastikan proyek fase pertama tahap 1 pembangunan Pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat, dapat selesai sesuai target pada November 2020.

Menurut rencana, pemerintah akan meresmikan operasional perdana Pelabuhan Patimban secara terbatas pada Desember 2020 ini. Pengiriman perdana produk otomotif dari kawasan industri Jawa Barat sudah bisa dilakukan dari dermaga kendaraan (car port). Saat ini Pelabuhan Patimban tengah dalam proses penyelesaian tahap 1, yaitu penyelesaian terminal peti kemas seluas 35 hektare (ha) dengan kapasitas 250.000 twenty-foot equivalent units (TEUs) dan terminal kendaraan seluas 25 hektare dengan kapasitas 218.000 kendaraan completely build up (CBU).

Adapun area yang sudah siap dimanfaatkan adalah dermaga kendaraan seluas 350 meter x 33 meter dengan kapasitas 218.000 CBU. Sedangkan, terminal peti kemas seluas 1 ha dengan dermaga berukuran 420 meter x 34 meter juga ditargetkan selesai pada akhir November 2020. Sementara, jalan akses dan ramp on/off jalan ke Patimban dari jalur Pantura yang dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) perkembangannya juga sudah 99 persen.

Setelah operasional perdana terminal kendaraan, mulai Januari 2021 dilanjutkan tahap 2 dengan pengerjaan terminal peti kemas seluas 66 ha dengan kapasitas kumulatif 3,75 juta TEUs dan terminal kendaraan dengan kapasitas kumulatif 600.000 CBU serta terminal penumpang kapal RoRo seluas 200 meter. Hingga 2027, Pelabuhan Patimban dirancang untuk menampung peti kemas hingga maksimal 7,5 juta TEUs dan 600 ribu unit kendaraan CBU.

Pelabuhan Patimban dibangun di area seluas 369 ha dan ditambah dengan lahan cadangan mencapai 356 ha. Biaya investasi PSN ini total mencapai Rp43,2 triliun. Keberadaan Pelabuhan Patimban, menurut Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, untuk menambah kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok yang sudah eksis lebih dulu. Targetnya, kedua pelabuhan ini saling melengkapi untuk dapat bersaing dengan pelabuhan Singapura. Kapasitas maksimal Tanjung Priok dan Patimban jika digabung mencapai 14 juta TEUs, sedangkan Singapura 32 juta TEUs.

"Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Patimban itu saling melengkapi, khususnya industri otomotif dari Karawang sampai ke Tanjung Priok membutuhkan waktu tempuh hingga empat jam, sementara ke Pelabuhan Patimban kalau tol sudah siap, bisa kurang dari satu jam," jelas Menhub Budi Karya Sumadi.

Kepadatan yang masih terjadi di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok meningkatkan biaya logistik. Oleh karena itu, Kemenhub perlu membagi wilayah distribusi sebagai pembeda fungsi antara Priok dan Patimban. Arus barang dari wilayah Bekasi, Bogor, Tangerang, hingga Banten diprioritaskan untuk memanfaatkan fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok.

Pelabuhan Patimban menjadi sangat strategis di masa depan karena ditopang oleh infrastruktur pendukung yang memadai, seperti Bandara Kertajati, Majalengka, dan akses jalan tol Cipali (Cikopo-Paliman) maupun Cisamdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan). Patimban akan menjadi outlet bagi sejumlah industri sepanjang tol Cipali, Subang, Majalengka, Sumedang, hingga Cirebon. Selain itu, pelabuhan ini juga akan mengintegrasikan kawasan ekonomi eksisting seperti Bekasi Timur, Karawang, dan Purwakarta.

Di samping itu, Kemenhub memperkirakan biaya logistik dapat lebih murah dan jauh lebih kompetitif bagi industri di kawasan timur Indonesia untuk ekspor-impor melalui Pelabuhan Patimban. Sedangkan aktivitas industri dari wilayah barat Indonesia dikumpulkan di Pelabuhan Tanjung Priok.

Seiring dengan pembangunan Pelabuhan Patimban, sejumlah wilayah sekitar seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Batang, Jawa Tengah, juga tengah dikembangkan. Nantinya kawasan itu menjadi pasar bagi Pelabuhan Patimban. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meyakini adanya pengembangan Pelabuhan Patimban akan menstimulasi tumbuhnya sejumlah kawasan industri baru dalam kawasan ‘Segitiga Emas Rebana’ (Cirebon-Subang-Majalengka). Kawasan ini didukung oleh Pelabuhan Patimban, Bandara Kertajati, dan fasilitas Kota Cirebon. Kawasan tersebut akan menjadi metropolitan baru yang menjadi lokomotif yang menarik gerbong perekonomian Jawa Barat.

Jika selama ini, kawasan Bekasi, Karawang, Purwakarta bertumpu pada industri otomotif dan elektronika, ke depan ‘Segitiga Emas Rebana’ akan didorong menjadi kawasan industri strategis terpadu. Kawasan ini akan didesain untuk menjadi pusat industri informasi teknologi maupun manufaktur/pengolahan untuk memasok kebutuhan produk global (global supply chain).

Adapun kawasan Patimban bersama Cirebon dan Kertajati (Kabupaten Majalengka) diproyeksikan menjadi ‘Metropolitan Rebana’. Di kawasan industri Segitiga Rebana ini, rencananya akan ada 10 hingga 12 pusat pertumbuhan baru, termasuk Patimban City yang diminati oleh investor asal Jepang. Oleh karena itu, pemerintah daerah berharap pemerintah pusat terus  mendukung infrastruktur konektivitas maupun tata ruang dari Pelabuhan Patimban ke wilayah sekitarnya.

 

 

Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Eri Sutrisno/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini