Ada yang berbeda dalam Peringatan Hari Nusantara kali ini. Biasanya, peringatan setiap 13 Desember ini dilakukan secara bergilir di daerah-daerah yang memiliki potensi maritim dan bahari. Dalam perhelatan Hari Nusantara sebelum-sebelumnya pun digelar sejumlah kegiatan. Mulai dari atraksi budaya bahari, olahraga bahari, gelar kekuatan militer laut, pemberdayaan ekonomi pesisir, dan edukasi budaya maritim.
Namun kali ini, seperti disampaikan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Narves) Luhut Binsar Panjaitan, pemerintah mengubah format acara Hari Nusantara 2020 menjadi sepenuhnya virtual. Awalnya, pelbagai agenda kegiatan dipusatkan di Pantai Istana Amal, Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur (Kaltim).
Pada peringatan-peringatan Harnus sebelumnya, Presiden RI serta para jajaran menteri hadir di lokasi Harnus, bersama ribuan masyarakat setempat yang juga turut meramaikan kegiatan bernuansa bahari itu. Kondisi pandemi Covid-19 memang memaksa pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para pemangku kepentingan menggelar Harnus secara virtual atau dalam jaringan (daring). Sejumlah agenda dikurangi.
Jikalau ada aktivitas fisik yang digelar, dipastikan tak luput dari penerapan protokol kesehatan secara ketat. Yakni berupa, pemeriksaan rapid test, pengaturan jarak dan fasilitas kesehatan sekitar lokasi acara.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate, selaku Ketua Pelaksana Harnus 2020, memastikan bahwa pihaknya mendukung penuh penyelenggaraan acara secara virtual. Diharapkan, Harnus yang digelar Minggu 13 Desember mendatang dengan meminimalkan pertemuan fisik dan mensiarkan agendanya secara daring itu tetap mampu menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat di tanah air.
Tema Harnus 2020 kali ini adalah, "Penguatan Budaya Bahari dalam Peningkatan Ekonomi Maritim di Era Digital". Pemerintah memang berharap peringatan itu sekaligus menjadi sebuah momentum penguatan semangat kebangsaan di era kekinian. Di mana kemudian bisa dipertahankan ruang hidup bangsa dan dimaksimalkan pemberdayaan sumber daya yang dimiliki dalam rangka akselerasi tahapan pembangunan untuk Indonesia maju.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan, diperlukan inovasi yang kuat dari generasi muda untuk mampu mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada di laut secara berkelanjutan. Hal itu bermakna, potensi maritim diangkat tanpa merusak ekosistem, mendayagunakan potensi lokal, mendorong digitalisasi dan menjadi bagian dari jejaring mata rantai suplai produk global.
Tujuan Hari Nusantara tersebut sesuai dengan semangat Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pada 2014 di era pemerintahan pertama Joko Widodo. Konsepsi poros maritim dunia sebagai strategi maritim Indonesia sejatinya merupakan kesinambungan dari gagasan masa lalu, dan sekaligus sebagai upaya strategis untuk memaksimalkan seluruh potensi Indonesia.
Adalah bermula dari “Deklarasi Djuanda” pada 13 Desember 1957. Setelah hampir 25 tahun diperjuangkan dalam forum internasional secara gigih, barulah pada 10 Desember 1982 Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) mengakui dan bahkan mengadopsi konsepsi itu sebagai The Archipelagic Nation Concept.
Konsekuensinya sungguh menguntungkan bagi Indonesia. Jikalau sebelumnya luas laut tak lebih dari 1 juta km persegi, maka melalui UNCLOS 1982 luas laut Indonesia bertambah menjadi 5,8 juta km persegi. Itu terdiri dari laut teritorial dan perairan pedalaman seluas 3,1 juta km persegi dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) seluas 2,7 juta km persegi.
Adapun, Deklarasi Perdana Menteri RI Djuanda Kartawidjaja tersebut juga membuka jalan untuk berkembangnya konsep ‘Wawasan Nusantara” di masa Orde Baru, sebuah gagasan yang menyatukan tanah (daratan) dan air (laut) menjadi suatu kesatuan yang utuh tak terpisahkan. Untuk mengikat rasa Wawasan Nusantara tersebut Presiden Megawati Soekarnoputri melalui Keppres nomor 126 tahun 2001 menetapkan 13 Desember ini sebagai “Hari Nusantara.”
Terkait itu, Moeldoko mengingatkan, ada beberapa hal yang bisa dikembangkan lebih lanjut dengan memanfaatkan momentum Hari Nusantara. Misalnya, mendorong aksi nyata dari kaum muda untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, yakni membuat inovasi baru seperti menciptakan kapal-kapal kecil bertenaga surya menggunakan baterai. Jika ini bisa dilakukan maka dapat menekan penggunaan bahan bakar solar.
Begitupun dengan program membersihkan laut dari berbagai limbah plastik dan limbah lainnya juga telah menjadi gerakan bersama masyarakat di daerah-daerah pesisir seperti Jakarta, Bekasi, Jawa Barat, Bali, dan Sulawesi Utara. Tatkala ini dapat dilakukan, maka bisa menjadi semangat kebangsaan. Menjadikan laut sebagai alat pemersatu bangsa.
Pemanfaatan digitalisasi menjadi penting untuk percepatan mengangkat potensi maritim. Selain mendorong efisiensi dalam sistem logistik, pendataan sumber daya, keselamatan pelayaran, juga potensi ekonomi masyarakat pesisir. Program pendampingan UMKM untuk masuk ke platform e-commerce merupakan akselerasi agar produk-produk masyarakat pesisir dikenal di daerah lain bahkan berpeluang masuk pasar dunia.
Peringatan Hari Nusantara ini juga menjadi refleksi untuk meningkatkan kembali konektivitas antardaerah di Indonesia. Konektivitas menjadi penting dalam mewujudkan peningkatan budaya maritim, menguatkan kohesi sosial masyarakat, dan peningkatan ekonomi nasional.
Setidaknya dalam lima tahun terakhir, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah melakukan pembangunan konektivitas di seluruh NKRI bahkan di kawasan terluar dan perbatasan. Armada laut Kemenhub juga dikembangkan untuk mendukung wilayah-wilayah Destinasi Pariwisata Superprioritas seperti di Labuan Bajo (NTT), Likupang (Sulawesi Utara), dan Mandalika (Nusa Tenggara Barat).
Pemilihan Penajam Paser Utara sebagai lokasi utama Harnus juga sebagai upaya mengangkat potensi calon ibu kota negara baru ini. Selain secara geografis sangat strategis, di antara Bumi Khatulistiwa, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, potensi wisata baharinya juga cukup banyak.
Penulis: Kristantyo Wisnubroto
Editor: Firman Hidranto/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini