Sebanyak 1,2 juta vaksin Covid-19 besutan Sinovac Biotech Ltd, perusahaan biofarmasi yang bermarkas di Beijing, Tiongkok, tiba di tanah air pada Minggu (6/12/2020). Kontan hal itu memunculkan harapan baru bagi masyarakat negeri ini, khususnya di tengah amukan virus berbahaya yang mulai berjangkit sejak 2 Maret 2020.
Seiring dengan kedatangan vaksin itu pulalah, pada Rabu (16/12/2020), Presiden Joko Widodo menyampaikan sebuah kabar yang dinanti-nanti dan menggembirakan. Melalui Youtube Sekretariat Kepresidenan, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa vaksin corona akan diberikan secara gratis kepada masyarakat Indonesia.
Presiden mengatakan, keputusan itu diambil setelah menimbang banyak hal. Di antaranya, kata dia, masukan dari masyarakat. "Setelah menerima banyak masukan masyarakat dan melakukan kalkulasi ulang, melakukan perhitungan ulang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan bahwa vaksin Covid-19 untuk masyarakat adalah gratis," kata Presiden Jokowi. "Sekali lagi, gratis tidak dikenakan biaya sama sekali."
Seiring kebijakan itu, Presiden Jokowi memerintahkan jajaran kabinetnya dan pemda untuk memprioritaskan program vaksinasi di tahun anggaran 2021. Dia juga meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani agar merealokasikan anggaran terkait. "Saya juga menginstruksikan dan memerintahkan kepada Menteri Keuangan untuk memprioritaskan dan merealokasi anggaran lain terkait ketersediaan dan vaksinasi secara gratis ini sehingga tidak ada alasan bagi masyarakat untuk tidak mendapatkan vaksin," katanya.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya sempat diberitakan bahwa pemberian vaksin corona kepada masyarakat akan dibagi dalam dua skema. Yakni, yang diberikan secara gratis dan yang disebut dengan vaksin mandiri (baca: https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/sosial/vaksinasi-mandiri-masih-menunggu-hari). Jika vaksinasi gratis menjadi program pemerintah, maka vaksinasi mandiri artinya masyarakat harus mengeluarkan biaya sendiri untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Namun dengan adanya kebijakan baru yang disampaikan Presiden Jokowi, yakni menggratiskan vaksin Covid-19 untuk seluruh masyarakat, maka skema vaksinasi mandiri dipastikan batal. Dalam konferensi pers, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (6/12/2020), Presiden Jokowi mengatakan, vaksin Sinovac yang didatangkan itu telah diuji klinis di Bandung sejak Agustus 2020.
Presiden pun mengatakan, pemerintah masih akan terus mengupayakan untuk mendatangkan tambahan vaksin Covid-19 ke Indonesia. “Kita juga masih mengupayakan 1,8 juta dosis vaksin yang akan tiba di awal Januari 2021,” kata Jokowi. Selain vaksin dalam bentuk jadi, Presiden Jokowi mengungkapkan, pada Januari juga didatangkan bahan baku curah untuk 45 juta dosis. Pengirimannya dilakukan dua tahap. Yang pertama 30 juta dosis dan kedua 15 juta dosis.
Hanya saja, Presiden mengingatkan, vaksin itu belum bisa langsung didistribusikan pada masyarakat, karena harus diperiksa lebih dulu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Jika terbukti aman, BPOM akan mengeluarkan izin edar darurat dan baru vaksin itu boleh disuntikkan kepada masyarakat. BPOM sendiri mengatakan, butuh waktu tiga hingga empat pekan untuk memeriksanya.
Sebagaimana pernah disampaikan Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto, ada enam kelompok prioritas penerima vaksin. Yakni, pertama bagi mereka yang menjadi garda terdepan penanganan Covid-19. Mereka adalah tenaga medis, paramedis contact tracing, pelayan publik, TNI, Polri, dan aparat hukum. Menurut catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), kini ada sekitar 168 ribu dokter, termasuk 30-an ribu spesialis. Dengan tenaga penunjangnya, termasuk paramedis, bidan dan petugas laboratorium, jumlahnya keseluruhan diperkirakan sekitar 600-700 ribu. Mereka tersebar di 514 kabupaten/kota. Kini mereka sedang didata oleh Kementerian Kesehatan.
Selanjutnya, kedua adalah masyarakat, tokoh agama, daerah, kecamatan serta RT/RW. Ketiga adalah semua tenaga pendidik. Keempat, Kelompok penerima vaksin berikutnya adalah aparatur pemerintah, baik di pusat maupun di daerah serta legislatif. Kelima, para peserta BPJS Penerima Bantuan Iuran (PBI). Dan keenam adalah masyarakat yang berusia 19-59 tahun.
Namun, pengelompokan yang disusun berdasarkan pertimbangan risiko paparan Covid-19 itu bukan satu-satunya patokan distribusi vaksin. Mengutip arahan rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, menurut Menko PMK Muhadjir Effendy, beberapa waktu lalu, distribusi vaksin pun akan dilakukan mengikuti prioritas geospatial. “Daerah yang terdapat penumpukan virus harus lebih diutamakan,” katanya.
Vaksin Aman
Pada kesempatan yang sama, Presiden Jokowi sekaligus memberikan keterangan soal perkembangan rencana vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Salah satunya, Presiden menegaskan komitmennya untuk menjadi orang pertama yang akan memperoleh vaksin. "Saya ingin tegaskan lagi nanti saya yang akan menjadi penerima pertama, divaksin pertama kali," ucap Presiden Jokowi dalam jumpa pers virtual itu. Jokowi juga menyampaikan, sikap itu ditunjukkannya demi memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada masyarakat atas keamanan vaksin corona yang ada di Indonesia.
Diketahui, berdasarkan survei Koalisi Warga LaporCovid19.org bersama Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, sebagian besar responden masih ragu bahkan tak mau menerima vaksin dalam waktu dekat. Sebanyak 32 persen responden menyatakan, enggan menerima vaksin buatan Sinovac dan Biofarma jika terinfeksi Covid-19, sementara 27 persen masih ragu. Responden yang setuju hanya 31 persen. Sementara itu, survei dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Kesehatan Dunia (WHO), dan UNICEF menyebut 7,6 persen masyarakat Indonesia tidak mau divaksinasi. Sebanyak 64,81 persen menjawab setuju dan 27,6 persen belum tahu.
Hingga saat ini, sejumlah pemimpin negara lain juga telah menyatakan diri siap menjadi orang pertama yang divaksin di negaranya. Antara lain, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong yang telah mengumumkan bahwa dia beserta tim pemerintahan akan menerima vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech gelombang pertama. Dia mengatakan, hal itu dilakukan untuk memastikan bahwa vaksin aman digunakan. "(Kami akan menjadi yang pertama menerima vaksin) untuk menunjukkan kepada Anda, terutama manula seperti saya, bahwa kami yakin vaksin itu aman," kata Lee, Senin (14/12/2020).
Singapura akan menerima gelombang pertama vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech pada akhir Desember dan berencana memberikan secara gratis sekaligus sukarela kepada seluruh penduduknya sebelum paruh kedua 2021. Ada pula Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Sedangkan di belahan dunia lain, tiga mantan Presiden Amerika Serikat, yakni Barack Obama, George W Bush, dan Bill Clinton bahkan berjanji bakal divaksinasi dengan disiarkan di televisi. Tujuannya tidak lain juga untuk mempromosikan keamanan vaksin.
Penulis: Ratna Nuraini
Editor: Firman Hidranto/ Elvira Inda Sari