Memasuki 2021, negara-negara Asia Tenggara bisa melangkah lebih optimistis. Ke-10 negara anggota telah bersepakat meningkatkan kerja samanya untuk pemulihan ekonomi yang babak belur dilanda pandemi Covid-19. Kesepakatan itulah yang ditelurkan melalui Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke-37 yang dihelat Vietnam di Hanoi, pada 12 November 2020.
Berbeda dengan biasanya, KTT 2020 ini tidak bisa berlangsung dengan kehadiran fisik para kepala negara karena pandemi. Penyelenggaraannya dilakukan secara virtual. Namun, itu tak mengurangi bobot KTT tersebut. Pertemuan itu tetap terselenggara dan dihadiri oleh 10 kepala negara/pemerintahan Asean, dan delapan kepala negara/pemerintahan mitra Asean.
Sejumlah masalah aktual mengemuka di KTT tersebut. Isu soal langkah bersama untuk mencegah dampak yang lebih luas dari pandemi Covid-19 juga dibahas di pertemuan tersebut. Presiden Joko Widodo pun hadir di KTT ke-37 Asean dan KTT mitra Asean tersebut.
Menjelang pertemuan KTT tersebut, digelar pula pertemuan kerja sama dagang yang diinisiasi oleh Dewan Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community Council/AECC). Acara tersebut dilaksanakan secara virtual Selasa (10/11/2020). Indonesia diwakili Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Pertemuan ini dipimpin oleh Tran Tuan Anh dari Vietnam dan dihadiri oleh seluruh AECC Ministers dari 10 Negara Anggota Asean (AMS).
Menko Airlangga Hartarto mengatakan, negara-negara Asean telah menyepakati kerangka kerja pemulihan ekonomi yang diberi nama Asean Comprehensive Recovery Framework (ACRF). “Ini merupakan tindak lanjut dari arahan Leaders pada KTT Asean ke-36 tanggal 26 Juni 2020 untuk melakukan pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19,” terangnya. Menurut Airlangga, ACRF melibatkan seluruh pilar Asean, terutama pilar ekonomi, dengan fokus pada penanganan dampak Covid-19 yang cepat dan fleksibel, serta memiliki beberapa fase yaitu reopening, recovery, dan resilient.
Bagian Ekonomi Dunia
Kerangka kerja untuk pemulihan kawasan Asean yang menyeluruh memang harus diambil oleh pemimpin ekonomi di kawasan tersebut. Pasalnya, Masyarakat ekonomi Asean (MEA) kini menjadi kekuatan ekonomi dunia. Bayangkan, kawasan itu menjadi kekuatan ekonomi ke-5 dunia dan ke-3 di Asia. GDP MEA mencapai USD3,2 triliun pada 2019. Sebagai kekuatan ekonomi dunia, kawasan ini juga didukung oleh populasinya yang mencapai 655 juta jiwa. Artinya, kawasan menjadi pasar ke-3 terbesar di dunia setelah Tiongkok dan India. Dan, 1/3 dari populasi itu berasal dari Indonesia.
Sejak ditetapkan dan mulai berlakunya MEA pada 4 Januari 2016, total perdagangan Asean mencapai USD2,8 triliun pada 2019. Bahkan, perdagangan antar-Asean ternyata yang lebih mendominasi dari total perdagangan barang Asean. Pangsa pasarnya mencapai 23 persen pada 2018 dan 22,5 persen pada 2019.
Terdapat lima strategi di dalam ACRF, di antaranya, meningkatkan sistem kesehatan, memperkuat ketahanan manusia, memaksimalkan potensi pasar intra-Asean, mempercepat digitalisasi yang inklusif, serta maju menuju masa depan yang tangguh dan berkelanjutan.
Dalam forum itu, ada sejumlah hal dibahas dan disepakati. Pertama, Indonesia dan Asean menyepakati tujuh dari 13 pembahasan prioritas. Sedangkan sisanya akan diselesaikan secara bertahap. Rinciannya, satu prioritas akan diselesaikan pada RCEP Summit, tiga prioritas masih berstatus on going, namun diharapkan selesai sebelum 2020, dan dua prioritas lain on going dan diharapkan selesai Januari 2021.
“Indonesia mendorong penyelesaian enam prioritas yang tersisa terkait transformasi digital dan revolusi industri 4.0 dengan penyusunan road map dan rencana aksi mendorong smart manufacturing di Asean, serta guide line dan road map pembangunan 5G di Asean. Tujuannya, agar Asean menjadi kawasan berdaya saing, modern, dan punya daya tahan yang tinggi,” jelas Airlangga.
Kedua, para negara ASEAN juga menyepakati cetak biru dari pelaksanaan lanskap strategi regional dan global serta dampaknya terhadap integrasi ekonomi di kawasan sampai 2025. Ketiga, Indonesia mengapresiasi deklarasi Asean terkait wisata digital yang merupakan inisiatif dari para menteri pariwisata di Asean untuk lebih banyak menerapkan teknologi pada pengelolaan sektor wisata. Menko Airlangga juga melaporkan bahwa Indonesia sudah mengimplementasikan 60 prioritas atau sekitar 38,9 persen dari total 154 prioritas.
Dari 154 prioritas itu, 19 prioritas di antaranya merupakan prioritas secara individu negara, Indonesia sudah mengimplementasikan 12 prioritas di antaranya. Sementara itu secara kolektif, implementasi dari negara-negara Asean sudah mencapai 55 prioritas atau 35,2 persen dari 156 prioritas.
Keempat, para negara Asean menyepakati kerangka kerja pemulihan ekonomi Asean Comprehensive Recovery Framework (ACRF) yang fokus pada penanganan dampak pandemi virus corona atau Covid-19 yang cepat dan fleksibel. “Indonesia menyampaikan mengenai kebijakan pemerintah melalui program penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN),” tuturnya.
Penulis: Firman Hidranto
Editor: Putut Tri Husodo/Elvira Inda Sari
Redaktur Bahasa: Ratna Nuraini