Indonesia.go.id - Gerbang Udara Ganda Menuju Ibu Kota

Gerbang Udara Ganda Menuju Ibu Kota

  • Administrator
  • Jumat, 30 Agustus 2019 | 03:07 WIB
BANDAR UDARA
  Maskapai Lion Air di Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (5/7/2019). Foto: ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang

Pilihan ibu kota baru di Kalimantan Timur tak lepas dari tersedianya bandara representatif di Balikpapan dan Samarinda. Tapi, keduanya belum bisa didarati pesawat badan lebar kelas Boeing 747.

Hanya berjarak 11 km dari jantung Kota Balikpapan, Bandar Udara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman  berdiri gagah tidak jauh dari bibir pantai. Dengan terminal megah dan serba modern, tertata dan bersih, Bandara Sultan Aji adalah gerbang udara yang pantas bagi Kalimantan Timur, daerah  yang selama ini dikenal kaya akan sumberdaya alam minyak bumi, gas, dan batubara itu.

Bandara yang terhampar dii areal seluas 300 hektar itu  memiliki apron lebar dan mampu menampung 12 pesawat berbadan sedang, semacam Boeing 737 atau Airbus 330 merapat sekaligus pada  bangunan terminal. Masing-masing dilengkap dengan satu garbarata (tangga belalai) untuk melayani penumpang turun dari pesawat menuju de lobi kedatangan, atau sebaliknya dari ruang tunggu ke pesawat.

Sebagai gerbang Kaltim, Bandara Sultan Aji, sebagian orang  masih menyebut  dengan nama lamanya Bandara Sepinggan, cukup sibuk. Sepanjang tahun 2018 lalu, Bandara ini melayani 7,6 juta penumpang yang datang dan pergi. Ada sekitar 170-180 gerak pesawat (landing dan take off) setiap harinya.

Jika Jakarta “pensiun” dan  ibu kota negara hijrah ke Kalimantan Timur, di lokasi antara Balikpapan dan Samarinda, tak pelak Bandara Sultan Aji ini akan menjadi pintu gerbang ke Ibu Kota RI. Salah satu butir pertimbangan mengapa Presiden Joko Widodo menganggap lokasi iitu cocok, antara lain, juga karena adanya infrastruktur Bandara Sepinggan, juga Bandara Samarinda, serta  Jalan Tol Balsam (Balikpapan- Samarinda), di samping ketersediaan lahan dengan sumber air yang cukup.

Dikelola oleh Angkasa Pura I, Sultan Aji punya reputasi yang tertib dan efisien. Bahkan di tahun 2019 ini Sultan Aji  meraih penghargaan bergensi sebagai bandara terbaik Asia-Pasifik untuk katagori 5 – 15 juta penumpang. Ia meraih predikat-predikat yang terpenting seperti Best Environment and Ambience, Best Customer Service, dan Best infrastructure and Facilitation. Sebelumnya, tahun 2018  Bandara Sultan Aji sudah meraih sebagai yang Terbaik Kedua.

Penghargaan itu diberikan oleh Airport Council International (ACI), badan yang otoritatif dalam menilai manajemen  kebandaraan. Kemenangan Sultan Aji iitu diumukan Maret lalu, melalui  program tahunan  Airport Service Quality (ASQ) Awards 2018. Prosesi penganugerahan ASQ Awards  itu akan digelar pada ICI Global Summit di Bali awal September 2019 ini.

Bandara Sultan Aji Sepinggan ini yang terbesar di Kalimantan. Dari sudut kepadatan lalu lintas udaranya, ia lebih besar dari Bandara Minangkabau (Padang), Bandara Sultan Kasim II (Pekanbaru), atau  Bandara Sultan Badaruddin II (Palembang) yang arus penumpangnya masih di sekitar 5 juta atau bahkan kurang. Sultan Aji sedikit di  bawah Bandara Adi Sucipto  Yogyakarta.

Hampir semua maskapai nasional terbang ke Bandara Sultan Aji dengan berbagai rutenya. Penerbangan internasionalnya masih sebatas dari/ke Singapura, selain secara rutin memberangkatkan jemaah haji ke tanah suci. Sepinggan adalah salah satu tempat embarkasi haji.

Dimulai sebagai lapangan terbang sederhana (air strip) di era Kolonial Belanda, lalu menjadi pangkalan udara darurat di era pendudukan Jepang, bandara ini kemudian tumbuh sebagai gerbang udara masuk ke Kalimantan Timur. Angkasa Pura menggelolanya mulai 1987, dan sejak 1990-an  Sepinggan dibangun dengan berbagai fasilitasnya  hingga menjadi bentuk yang sekarang. Dengan menyandang nama baru Sultan Aji Muhammad  Muhammad  Sulaiman (diambil dari nama raja Kutai di abad 19), sejak 1995 ia sudah menjadi bandara internasional.

Selama 2004--2013, Bandara Sultan Aji menjadi terminal utama bagi segala bisnis yang terkait batubara.  Para penguasaha dan pekerja tambang mondar mandir ke Balikpapan. Tumbuhnya bisnis  batubara itu turut mendorong peningkatan layanan kebandaraannya. Bukan, hanya ke Bandara Sultan Ali, sebagian pebisnis batubara itu juga langsung ke Bandara Temindung di Samarinda.

Temindung jauh lebih sempit. Dengan runway yang hanya 1.100 meter, ia hanya  bisa didarati pesawat  berbadan kecil seperti ATR-72, CN-235,  atau jenis pesawat kecil lainnya. Maka, sejak 2018, bandara  ini boyong ke tempat baru : Bandara Internasional Aji Pangeran Tumengggung (APT)  Pranoto. Nama APT Pranoto iitu diambil dari gubernur pertama Kaltim.

Diresmikan Presiden Joko Wiidodo, APT Pranoto memiliki runway 2.250 meter dan lebar 45 meter, bisa didarati Boeing 737 dari semua jenis (classic 400/500, maupun dari next generation tipe 600, 700, 800 dan 900)  dan segala tipe Airbus 320.

Bandara Samarinda kini tak kalah mentereng dari Balikpapan. Bangunan terminalnya megah dan besar. Apronnya luas, dan seperti di Bandara Sultan Aji di Balikpapan,  cukup untuk memarkir 10-12 pesawat. Namun,  belum ada tangga belalai di situ. Yang ada fixed bridge. Toh, APT Pranoto punya kelebihan lain, hanggar, pergudangan, dan bangunan administrasinya lebih luas.

Bandara Sultan Aji Muhammad Balikpapan dan Bandara APT Pranoto, bila semua rencana berjalan baik,  akan menjadi gerbang ganda bagi Ibu Kota RI yang baru di Kalimantan Timur. Hanya saja, kedua mereka belum dapat didarati pesawat jumbo seperti Boeing 747 atau  Airbus A-380 yang memerlukan landasan pacu  sepanjang 3.200 meter atau lebih. Namun, itu pekerjaan rumah kemudian. Toh, tidak banyak juga tamu negara yang datang dengan pesawat jumbo itu sebesar itu kecuali Presiden Amerika Serikat. (P-1)