Pemerintah berupaya terus meningkatkan jumlah vaksinasi di atas 1,6 juta per hari sehingga akhir tahun ini dapat mencapai target herd immunity. Sebab, vaksinasi menjadi syarat untuk mendorong pemulihan ekonomi lebih optimal.
Diyakini, sepanjang kuartal IV-2021 pertumbuhan ekonomi akan terakselerasi. Sehingga, kondisinya bakal lebih baik dibandingkan pada kuartal III.
Asumsi ini muncul bukan tanpa alasan. Faktor aktivitas masyarakat dan perekonomian yang berangsur normal karena terkendalinya Covid-19, guyuran belanja pemerintah pusat dan daerah, serta berbagai indikator utama ekonomi menjadi pemacu pertumbuhan pada kuartal terakhir tahun ini.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, upaya pemerintah dalam mengendalikan Covid-19 varian Delta telah memberikan hasil, yakni pulihnya aktivitas ekonomi. Bila kondisi ini dapat dipertahankan, Menkeu menyakini, kondisi itu diharapkan dapat terefleksi pada pertumbuhan ekonomi kuartal IV yang lebih baik.
Menkeu menegaskan, aktivitas ekonomi masyarakat dan dunia usaha mulai bangkit. Beberapa indikator itu tecermin dari data IHS Markit, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, di level 57,2 pada Oktober 2021, atau naik dari posisi 52,2 pada September 2021.
“Kegiatan ekonomi mulai terlihat normal, PMI melonjak lagi, dan kami berharap akan pulih, sehingga kegiatan ekonomi kuartal IV akan terakselerasi,” kata Menkeu Sri dalam sebuah webinar di Jakarta, Rabu (10/11/2021).
Di sisi lain, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III-2021 tercatat tumbuh positif 3,51 persen secara tahunan (yoy). Angka itu lebih rendah dibandingkan kuartal II yang tercatat 7,07 persen (yoy).
Pencapaian pertumbuhan PDB kuartal III tersebut lebih rendah dari perkiraan Menkeu sebesar 4,5 persen. Pemerintah memprediksi tahun ini ekonomi tumbuh 4 persen.
Menkeu menjelaskan, pemerintah berupaya terus meningkatkan jumlah vaksinasi di atas 1,6 juta per hari sehingga akhir tahun ini dapat mencapai target herd immunity. Sebab, vaksinasi menjadi syarat untuk mendorong pemulihan ekonomi lebih optimal.
“Kita di Indonesia terus berjuang meminimalkan dampak Covid-19. Alhamdulilahkasus menurun sangat tajam dan Indonesia dilihat sebagai negara dengan populasi besar dan geografis luas, namun mampu menurunkan kasus varian Delta cukup cepat. Indonesia diapresiasi dalam pertemuan G20,” ujarnya.
Meski kasus Covid-19 sudah dalam tren menurun dan pemerintah terus melakukan pelonggaran, Menkeu mengingatkan bahwa virus ini masih menjadi ancaman yang sewaktu-waktu dapat meningkat. Mengantisipasi kemungkinan terjadi peningkatan penularan wabah, masyarakat pun diminta untuk tetap menerapkan protokol kesehatan disertai upaya pemerintah untuk mempercepat vaksinasi.
Sumber Ketidakpastian
Menurut Menkeu, tanpa adanya pemerataan vaksinasi, maka pandemi Covid-19 yang telah menyebabkan krisis ekonomi di seluruh dunia sejak 2020 tidak akan mampu dihilangkan dan bisa terus menjadi sumber ketidakpastian.
“Namun ini bukan berarti masalah berakhir. Sebab jika ada negara yang belum divaksinasi, maka virus ini tetap bermutasi dan bertahan. Jadi Covid-19 sebagai pandemi tidak akan berakhir, selama seluruh negara belum capai herd immunity. Itu pelajaran luar biasa penting,” tuturnya.
Berbeda dengan Sri Mulyani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bahkan lebih optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 melampaui 6 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan 2021 bisa mencapai 4 persen.
Alasan optimistis itu adalah rencana konsumsi pemerintah yang akan digenjot dan diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi kuartal IV. “Kami yakin konsumsi pemerintah yang turun di kuartal III, diharapkan bisa recovery di kuartal IV. Pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi sepanjang 2021 bisa mencapai di angka 3,7 persen–4 persen,” ucapnya.
Airlangga menilai, perekonomian Indonesia memiliki resiliensi yang baik. Terbukti, sejumlah indikator seperti cadangan devisa, neraca perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), serta nilai tukar rupiah berada dalam posisi positif.
Begitu juga dengan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September sudah mencapai 95,5. Dari sisi kegiatan industri, PMI Indonesia berada pada posisi 57,2 pada Oktober 2021.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV akan berada di atas 6 persen. Sebab ada pelonggaran PPKM dan konsumsi masyarakat mulai meningkat.
Ekspor diprediksi juga semakin meningkat hingga akhir 2021. “Kami mengupayakan ekspor dengan nilai tambah tinggi melalui hilirisasi komoditas ekspor sumber daya alam menjadi industri manufaktur. Setelah ekspor bernilai tinggi maka ekspor baru bisa melampaui konsumsi,” ucap Iskandar.
Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 di kisaran 5 persen–6 persen.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 bisa mencapai 3,8 persen–4 persen.
Dia berpendapat, penopang pertumbuhan ekonomi kuartal empat adalah ekspor karena didorong oleh naiknya harga komoditas dan pulihnya ekonomi global, konsumsi masyarakat, serta pengeluaran pemerintah yang diperkirakan akan naik pada kuartal IV-2021.
“Pulihnya ekonomi Indonesia tentunya akan mendorong kenaikan impor, terutama bahan baku/penolong. Ini akan menjadi sinyal baik bagi pulihnya sektor industri manufaktur,” ucap Amalia.
Potensi akselerasi ekonomi kuartal IV juga akan didorong oleh belanja pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Pemerintah berharap, pola belanja daerah akan meningkat signifikan pada Desember 2021.
Apalagi, hingga akhir Oktober 2021, belanja daerah tercatat baru sebesar Rp724,22 triliun. Realisasi belanja daerah tercatat baru mencapai 59,4 persen dari pagu belanja APBD tahun ini sebesar Rp1.217,74 triliun.
Wajar saja realisasi belanja masih belum seperti yang diharapkan. Pasalnya, ketika itu ada tantangan lebih besar berupa second wave wabah di sekitar Juni-Juli, sehingga perlu dilakukan penyesuaian belanja, sehingga belanja agak tersendat meskipun akhirnya tetap bisa dilaksanakan dengan baik.
Adapun realisasi pendapatan APBD hingga akhir Oktober tercatat Rp831,13 triliun atau kontraksi 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp881,79 triliun. Pencapaian dari sisi pendapatan dan belanja daerah harus diakui sudah menunjukkan tren membaik.
Pendorong pertumbuhan lain adalah ekspor. Harga komoditas yang tinggi sebagai andalan ekspor akan menyumbang pertumbuhan PDB kuartal IV. Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional akan stabil tinggi di atas USD1.000 per ton hingga tahun depan, setidaknya sampai akhir kuartal I-2022.
Suplai yang cenderung masih berkurang akibat belum pulihnya produksi sawit, terutama di Malaysia dan gangguan sistem transportasi akibat pandemi Covid-19 menjadi pendorong berlanjutnya kenaikan harga komoditas perkebunan tersebut.
Struktur ekonomi juga akan membaik ke depan, ditopang oleh hilirisasi yang memberikan nilai tambah tinggi sehingga bisa jadi pengungkit kinerja ekonomi di kuartal IV.
Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari