Inmendagri nomor 62/2021 mengatur kegiatan Natal dan tahun baru dengan penekanan pada pelaksanaan ibadah Natal, penyelenggaran mal/tempat perbelanjaan, dan tempat wisata.
Pemerintah tak mau kebobolan yang bisa berakibat terjadinya lonjakan kasus Covid-19. Menghadapi situasi libur panjang hari Natal dan tahun baru (Nataru), yang berpotensi mengakibatkan penularan berantai, pemerintah akan menjalankan pengaturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 di seluruh wilayah Indonesia. Mobilitas dan aktivitas warga akan dibatasi.
Dalam rapat terbatas tentang evaluasi PPKM, pada Senin, 22 November 2021, Presiden Joko Widodo pun meminta kepada seluruh jajaran kabinet agar mengumumkan kebijakan pembatasan mobilitas dan aktivitas masyarakat itu secara luas. Keputusan ini mengacu pada fakta bahwa ancaman pandemi masih terus mengintai dan terbukti dengan lonjakan kasus Covid-19 pada 10 pekan terakhir ini di kawasan Eropa.
"Rencana penerapan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia, menjelang Natal dan tahun baru ini agar dikomunikasikan dengan baik ke masyarakat. Sampaikan mengenai perkembangan kenaikan kasus di Eropa. Ini penting sekali sebagai sebuah background dari keputusan yang akan kita ambil,’’ ujar Presiden Jokowi, dalam rapat terbatas mengenai evaluasi PPKM, seperti ditayangkan dalam kanal video, Senin (22/11/2021).
Presiden Jokowi mengungkapkan, memang ada daerah yang keberatan atas pemberlakuan PPKM Level 3 tersebut. Alasannya, PPKM Level 3 itu akan meniadakan momentum pemulihan ekonomi, utamanya di sektor transportasi dan pariwisata. Namun Presiden Jokowi mengingatkan, pentingnya pengendalian Covid-19 ini agar justru tak memberikan pukulan balik pada perekonomian nasional, termasuk sektor pariwisata.
‘’Kita harus ingat, bila situasi tidak terkendali, justru akan memukul balik ekonomi dan pariwisata kita," kata Presiden Jokowi. Terlebih, Indonesia akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan Oktober 2022 di Bali, dengan rangkaian 150 pertemuan teknis sebelumnya.
‘’Oleh sebab itu, saya meminta intervensi di lapangan terus dilakukan oleh satgas. Termasuk event-event yang ada. Juga saya sampaikan kepada gubernur, bupati, dan wali kota agar menyeimbangkan gas dan rem sehingga kita bisa mempertahankan momentum untuk tumbuh positif," ucap Presiden Jokowi.
Untuk Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang hadir dalam ratas itu, Presiden Jokowi memerintahkan agar segera mengambil tindakan antisipasi apabila terjadi gelombang ketiga Covid-19 jelang Nataru nanti. ‘’Saya meminta Menteri Kesehatan melakukan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan kesiapan rumah sakit jika terjadi lonjakan pasien selama akhir Desember. Terutama di daerah yang berpotensi kasusnya meningkat," kata dia.
Instruksi Menteri Dalam Negeri
Menindaklanjuti perintah Presiden Jokowi itu, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menerbitkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) nomor 62 tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022. Melansir informasi dari siaran pers di laman resmi Sekretariat Kabinet, edisi Rabu (24/11/21), instruksi menteri ini mulai berlaku 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022.
Berikut adalah aturan lengkap Inmendagri 62/2021 itu:
KESATU, Selama periode Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022 (Nataru) pada 24 Desember 2021 sampai dengan 2 Januari 2022:
- mengaktifkan kembali fungsi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di masing-masing lingkungan, baik pada tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan, dan desa serta rukun tetangga (RT)/rukun warga (RW) paling lama pada 20 Desember 2021;
- menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang lebih ketat dengan pendekatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan) dan 3T (testing, tracing, treatment);
- melakukan percepatan pencapaian target vaksinasi, terutama vaksinasi lansia, sampai akhir Desember 2021;
- melakukan koordinasi dengan forum koordinasi pimpinan daerah (Forkopimda) dan pemangku kepentingan lain, di antaranya, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, pengelola hotel, pengelola tempat wisata, pengelola mal, dan pelaku usaha serta pihak lain yang dianggap perlu, sesuai dengan karakteristik masing-masing daerah, dalam rangka pencegahan dan penegakan disiplin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
melakukan:
- sosialisasi peniadaan mudik Nataru kepada warga masyarakat dan masyarakat perantau yang berada di wilayahnya dan apabila terdapat pelanggaran maka dilakukan pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
- imbauan bagi masyarakat agar tak bepergian, tidak pulang kampung dengan tujuan yang tidak primer/tidak penting/tidak mendesak; dan
- pengetatan arus pelaku perjalanan masuk dari luar negeri termasuk Pekerja Migran Indonesia (PMI) sebagai antisipasi tradisi mudik Nataru,
- melaksanakan pengetatan dan pengawasan protokol kesehatan di tiga tempat, yaitu gereja dan tempat yang difungsikan sebagai tempat ibadah pada saat perayaan Natal Tahun 2021, tempat perbelanjaan, dan tempat wisata lokal, dengan memberlakukan kebijakan sesuai pada PPKM Level 3,
melakukan:
- pelarangan cuti bagi Aparatur Sipil Negara (ASN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan karyawan swasta selama periode libur Nataru;
- imbauan kepada pekerja/buruh untuk menunda pengambilan cuti setelah periode libur Nataru; dan
- ketentuan lebih lanjut hal sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 selama periode libur Nataru akan diatur lebih lanjut oleh kementerian/lembaga (K/L) teknis terkait,
- melakukan imbauan pada sekolah:
- pembagian rapor semester 1 pada Januari 2022; dan
- tidak meliburkan secara khusus pada periode libur Nataru,
- melakukan pemberlakukan PPKM Level 3 pada acara pernikahan dan acara sejenisnya;
- meniadakan kegiatan seni budaya dan olahraga pada 24 Desember 2021 sampai dengan 2 Januari 2022;
- menutup semua alun-alun pada 31 Desember 2021 sampai dengan 1 Januari 2022;
- melakukan rekayasa dan antisipasi aktivitas pedagang kaki lima di pusat keramaian agar tetap dapat menjaga jarak antarpedagang dan pembeli;
- jika masyarakat karena suatu hal yang primer harus melakukan perjalanan keluar daerah, maka:
- mengoptimalkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi;
- melakukan tes PCR atau rapid test dengan menyesuaikan pengaturan moda transportasi yang digunakan pada saat pergi keluar daerah dan masuk/pulang dari luar daerah, hal ini untuk memastikan pelaku perjalanan negatif Covid-19; dan
- dalam hal ditemukan pelaku perjalanan sebagaimana dimaksud pada angka 2 yang positif Covid-19, maka melakukan karantina mandiri atau karantina pada tempat yang telah disiapkan pemerintah untuk mencegah adanya penularan dengan waktu karantina sesuai prosedur kesehatan,
- instansi pelaksana bidang perhubungan dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) melakukan penguatan, pengendalian, pengawasan terhadap pelaku perjalanan pada posko check point di daerah masing-masing bersama dengan TNI dan Polri selama periode libur Nataru;
- seluruh Satpol PP, Satlinmas, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta pemadam kebakaran untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan keterlibatan aktif:
- dalam mencegah dan mengatasi aktivitas publik yang dapat mengganggu ketentraman dan ketertiban masyarakat;
- dalam mencegah dan mengatasi aktivitas berkumpul/kerumunan massa di tempat fasilitas umum, fasilitas hiburan (pusat perbelanjaan dan restoran), tempat wisata, dan fasilitas ibadah, selama periode libur Nataru; serta
- melakukan antisipasi terhadap kondisi cuaca yang berpotensi terjadinya bencana alam (banjir, gempa, tanah longsor, dan gunung meletus) pada Desember 2021 dan Januari 2022.
KEDUA, Khusus dalam pelaksanaan ibadah dan peringatan Hari Raya Natal 2021:
- Gereja membentuk Satuan Tugas Protokol Kesehatan Penanganan Covid-19 yang berkoordinasi dengan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Daerah.
- pada pelaksanaan ibadah dan perayaan Natal:
- hendaknya dilakukan secara sederhana dan tidak berlebih-lebihan, serta lebih menekankan persekutuan di tengah-tengah keluarga;
- diselenggarakan secara hibrida, yaitu secara berjamaah/kolektif di gereja dan secara daring dengan tata ibadah yang telah disiapkan oleh para pengurus dan pengelola gereja; dan
- jumlah umat yang dapat mengikuti kegiatan ibadah dan perayaan Natal secara berjamaah/kolektif tidak melebihi 50 persen dari kapasitas total gereja,
- pada penyelenggaraan ibadah dan perayaan Natal, pengurus dan pengelola gereja berkewajiban untuk:
- menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol kesehatan di area gereja;
- melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala di area gereja;
- menggunakan aplikasi PeduliLindungi pada saat masuk (entrance) dan keluar (exit) dari gereja serta hanya yang berkategori kuning dan hijau yang diperkenankan masuk;
- mengatur arus mobilitas jemaat dan pintu masuk (entrance) dan pintu keluar (exit) gereja guna memudahkan penerapan dan pengawasan protokol kesehatan;
- menyediakan fasilitas cuci tangan/sabun/hand sanitizer di pintu masuk dan pintu keluar gereja;
- menyediakan alat pengecekan suhu di pintu masuk bagi seluruh pengguna gereja;
- menerapkan pembatasan jarak dengan memberikan tanda khusus di lantai/kursi, minimal jarak satu meter; dan
- melakukan pengaturan jumlah jemaat/umat/pengguna gereja yang berkumpul dalam waktu bersamaan, untuk memudahkan pembatasan jaga jarak.
Ketiga, Khusus untuk pelaksanaan perayaan Tahun Baru 2022 dan tempat perbelanjaan/mal:
- Perayaan Tahun Baru 2022 sedapat mungkin tinggal di rumah berkumpul bersama keluarga, menghindari kerumunan dan perjalanan, serta melakukan kegiatan di lingkungan masing- masing yang tidak berpotensi menimbulkan kerumunan, sambil melakukan antisipasi menyiapkan diri dan lingkungan dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan longsor sesuai dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG);
- melarang adanya pawai dan arak-arakan tahun baru serta pelarangan acara old and new year baik terbuka maupun tertutup yang berpotensi menimbulkan kerumunan;
- menggunakan aplikasi PeduliLindungi pada saat masuk (entrance) dan keluar (exit) dari mal/pusat perbelanjaan serta hanya pengunjung dengan kategori kuning dan hijau yang diperkenankan masuk;
- meniadakan event perayaan Nataru di pusat perbelanjaan dan mal, kecuali pameran UMKM;
- melakukan perpanjangan jam operasional pusat perbelanjaan dan mal yang semula 10.00 – 21.00 waktu setempat menjadi 09.00 – 22.00 waktu setempat untuk mencegah kerumunan pada jam tertentu dan melakukan pembatasan dengan jumlah pengunjung tidak melebihi 50 persen dari kapasitas total pusat perbelanjaan dan mal serta penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat;
- bioskop dapat dibuka dengan pembatasan kapasitas maksimal 50 persen dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat; dan
- kegiatan makan dan minum di dalam pusat perbelanjaan/mal dapat dilakukan dengan pembatasan kapasitas maksimal 50 persen dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.
KEEMPAT, Khusus untuk pengaturan tempat wisata:
- meningkatkan kewaspadaan sesuai pengaturan PPKM Level 3 khusus untuk daerah-daerah sebagai destinasi pariwisata favorit, antara lain, Bali, Bandung, Bogor, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Medan, dan lain-lain;
- mengidentifikasi tempat wisata yang menjadi sasaran liburan di setiap kabupaten/kota agar memiliki protokol kesehatan yang baik;
- menerapkan pengaturan ganjil genap untuk mengatur kunjungan ke tempat-tempat wisata prioritas;
- tetap menerapkan protokol kesehatan yang lebih ketat dengan pendekatan 5M (memakai masker, mencuci tangan pakai sabun/hand sanitizer, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan);
- menggunakan aplikasi PeduliLindungi pada saat masuk (entrance) dan keluar (exit) dari tempat wisata serta hanya pengunjung dengan kategori kuning dan hijau yang diperkenankan masuk;
- memastikan tidak ada kerumunan yang menyebabkan tidak bisa jaga jarak;
- membatasi jumlah wisatawan sampai dengan 50 persen dari kapasitas total;
- melarang pesta perayaan dengan kerumunan di tempat terbuka/tertutup;
- mengurangi penggunaan pengeras suara yang menyebabkan orang berkumpul secara masif; dan
- membatasi kegiatan seni budaya dan tradisi baik keagamaan maupun nonkeagamaan yang biasa dilakukan sebelum pandemi Covid-19.
Pada bagian penutup, Instruksi Mendagri tersebut di atas memberikan catatan :
“Hal-hal yang belum diatur dalam Instruksi Menteri ini, yang terkait dengan Pencegahan dan Penanggulangan Covid-19 pada Saat Natal Tahun 2021 dan Tahun Baru Tahun 2022, berpedoman pada Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Wilayah Jawa dan Bali, dan Instruksi Menteri Dalam Negeri tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di Wilayah Sumatra, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.”
Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari