Indonesia.go.id - Wirun, Desa Pelestari Gamelan Jawa

Wirun, Desa Pelestari Gamelan Jawa

  • Administrator
  • Kamis, 19 Desember 2019 | 03:08 WIB
MUSIK TRADISIONAL
  Proses pembuatan gamelan. Foto: Indonesia Karya

Bunyi ketukan palu besi menempa lempengan-lempengan campuran timah dan tembaga menjadi alunan suara keseharian di desa ini. Selain percikan-percikan api setinggi kira-kira 50 centimeter dari tungku peleburan besi di rumah-rumah sekaligus workshop gamelan. Inilah suasana Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai Desa Gamelan.

Desa Wirun terletak di sebelah timur kota Solo, kira-kira 10 Km dari perbatasan kota bagian timur. Memiliki tanah subur dan sumber air melimpah dari embung, rata-rata mata pencaharian warga adalah bertani dan pengrajin.

Tradisi pembuatan gamelan Jawa di Wirun sejak tahun 1956. Seiring pasang-surut permintaan pasar, kini tinggal 8 workshop rumahan gamelan tersisa. Masing-masing workshop umumnya mempekerjakan sekitar 9 orang pengrajin untuk memproduksi satu set perangkat gamelan lengkap.

Gamelan Jawa merupakan seperangkat alat musik tradisional yang biasanya terdiri dari gong, kenong, gambang, celempung serta beberapa alat musik pendamping lainnya. Keistimewaan alunan musik gamelan Jawa adalah kecenderungannya bersuara lembut, seperti sengaja menghadirkan suasana ketenangan jiwa dan selaras dengan prinsip hidup masyarakat Jawa pada umumnya.

Instrumen Gamelan Jawa merupakan ekspresi pandangan hidup masyarakat Jawa. Pada umumnya masyarakat Jawa menekankan keselarasan hidup baik jasmani maupun rohani. Faktor ini menjadikan orang Jawa selalu menghindari ekspresi berlebihan dan berusaha mewujudkan toleransi antar sesama.

Reief Candi Borobudur dan Prambanan

Kehadiran gamelan di tanah Jawa merujuk pada salah satu artikel di www.egamelanku.com. Disebutkan bahwa gamelan yang lahir di Tanah Jawa pertama kali adalah Gangsa Raras Salendro. Disebutkan dalam artikel itu, Raden Ngabehi Prajapangrawit pada tahun 1874 menghimpun dari beberapa sumber antara lain keterangan dari Gusti Puger putra P.B. XII, dan Serat Wedhapradangga dari Keraton Surakarta yang pertama ditulis oleh Raden Tumenggung Warsadiningrat.

Sumber lain tentang eksistensi gamelan Jawa terlihat pada relief-relief di Candi Borobudur dan Prambanan. Pada beberapa bagian dinding Candi Borobudur dapat dilihat jenis-jenis instrumen gamelan yaitu: kendang bertali yang di kalungkan di leher. Kendang berbentuk seperti periuk, siter dan kecapi, simbal, suling, saron dan gambang.

Pada Candi Lara Jonggrang (Prambanan) dapat dilihat gambar relief kendang silindris, kendang cembung, kendang periuk, simbal dan suling. Disana digambarkan bahwa gamelan digunakan sebagai pengiring tari, upacara kerajaan atau keagamaan.

Yang Bagus Harganya Bisa Rp 600 Juta

Produksi gamelan dari Desa Wirun dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan dipesan oleh para peminat dari luar negeri. Meski demikian, proses produksi gamelan ini masih tradisional, mengandalkan kekuatan dan keterampilan tangan manusia. Prosesnya sendiri tergolong rumit, membutuhkan keterampilan mumpuni, ketelitian dan “jam terbang” tinggi untuk menghasilkan satu perangkat gamelan berkualitas bagus.

Proses produksi gamelan terdiri atas 4 pekerjaan. Yakni; pekerjaan besi, kayu, kulit dan finishing. Pekerjaan tersulit adalah pekerjaan besi karena membutuhkan ekstra tenaga dan ketelitian tinggi. Awalnya materi logam timah dan tembaga dilebur dalam tungku api yang terbuat dari tanah liat. Proses ini memakan waktu sekitar 30 menit tergantung kualitas logam dan kestabilan suhu api

Setelah kedua bahan logam meleleh, berikutnya dituangkan dalam cetakan. Istilah populer untuk hasil cetakan tersebut adalah leker. Setelah mendingin leker dikeluarkan dari cetakan. Para pengrajin gamelan kemudian menempanya untuk membentuk salah satu komponen besi dari gamelan. Waktu proses pembentukan ini tergantung dari ukuran dan kualitas perangkat yang dibuat.

Proses berikutnya penyetelan nada gamelan sesuai standar bunyi tangga nada pentatonik gamelan Jawa. Tahapan ini dikerjakan oleh pengrajin khusus karena dibutuhkan kepekaan indera pendengaran untuk menghasilkan tingkat nada yang akurat.

Ada beberapa teknis khusus untuk menggarap setelan nada pada gamelan agar setelan bertahan lama dan tak perlu berulang-ulang. Tahap berikutnya pekerjaan kayu untuk mengikat dan dudukan komponen-komponen besi, material bambu juga dimanfaatkan untuk beberapa perangkat gamelan. Selain ada juga material dari kulit binatang yaitu kulit kerbau dan kambing untuk perangkat kendang.

Selanjutnya adalah pewarnaan permukaan tiap perangkat gamelan dan pemolesan agar tampak menarik. Waktu pembuatan satu set perangkat gamelan Jawa yang terdiri atas 14 perangkat bisa mencapai 3-4 bulan.

Soal harga biasanya tergantung ukuran dan jumlah perangkat yang dipesan. Workshop-workshop gamelan di desa Wirun juga melayani pesanan satuan. Satu set gamelan Jawa lengkap dihargai sekitar 300 juta rupiah. Bila menggunakan bahan berkualitas bagus bisa mencapai kisaran harga 600 juta rupiah. (K-SB)