Indonesia.go.id - Indonesia di Olimpiade Paris 2024, Tantangan dan Peluang Meraih Emas

Indonesia di Olimpiade Paris 2024, Tantangan dan Peluang Meraih Emas

  • Administrator
  • Sabtu, 27 Juli 2024 | 16:53 WIB
OLIMPIADE
  Kontingen Indonesia mengikuti defile dengan menaiki kapal menyusuri sungai Seine saat pembukaan Olimpiade Paris 2024 di Paris, Prancis, Kamis (26/7/2024). ANTARA FOTO/ Wahyu Putro
Cahaya Menara Eiffel yang memukau menandai dimulainya Olimpiade Paris 2024, dengan Indonesia membawa semangat tinggi melalui busana tradisional karya Didit Hediprasetyo. Sebanyak 29 atlet Indonesia siap berkompetisi di 12 cabang olahraga. Harapan besar tertumpu pada bulu tangkis dan panjat tebing.

Nyala terang Menara Eiffel oleh jutaan cahaya lampu dan permainan sinar laser menembus langit menandainya dimulainya pesta olahraga multievent terbesar di dunia, Olimpiade 2024 di Paris. Inilah pertama kalinya dalam sejarah pelaksanaan Olimpiade, upacara pembukaan tidak dilakukan di dalam stadion. Perhelatan Olimpiade ke-33 itu diikuti oleh 10.672 atlet dari 196 negara dan berlomba pada 32 cabang olahraga (cabor) dan 329 nomor. Salah satu negara itu adalah Indonesia yang mengirimkan 29 atlet.

Mereka terdiri dari 16 atlet putra serta 13 atlet putri dan berlomba pada 12 cabor meliputi angkat besi, atletik, balap sepeda, bulu tangkis, dayung, judo, menembak, panjat tebing, selancar ombak, dan senam artistik. Saat upacara pembukaan Olimpiade 2024 Paris, 15 atlet mewakili kontingen Indonesia turut diarak dalam defile menggunakan perahu menyusuri Sungai Seine. Wakil-wakil terbaik Merah Putih ini mengenakan seragam defile karya desainer Didit Hediprasetyo.

Desain busana defile kontingen Merah Putih terinspirasi dari sosok Raden Saleh. Pelukis legendaris Indonesia abad 19 ini selalu berpakaian adat Jawa. Karya lukisannya telah mendunia dan tersimpan di banyak museum dan galeri lukisan, salah satunya pada dinding Museum Louvre Paris. Beskap biru dipadu blangkon gagah dikenakan atlet-atlet putra, sedangkan para srikandi Merah Putih tampil anggun berbalut kebaya merah dan celana panjang putih.

Kegagahan dan keanggunan atlet-atlet Merah Putih ini juga akan ditampilkan di arena pertandingan. Berganti dengan seragam pertandingan, mereka siap bertarung menyisihkan ribuan rival demi memberikan hasil terbaik bagi kontingen Merah Putih. Sejak pertama kali turut serta di Olimpiade, yaitu di Helsinki, Finlandia pada tahun 1952 silam, kontingen Merah Putih telah membawa pulang sebanyak 37 keping medali. Rinciannya, sebanyak 8 keping berupa emas, 14 keping adalah perak, dan sisanya 15 keping yaitu perunggu.

Medali-medali itu direbut oleh 16 atlet putri dan 24 atlet putra. Lifter Eko Yuli Irawan tercatat sebagai atlet Indonesia paling rajin menyumbang medali. Karena dalam empat kali keikutsertaannya di Olimpiade, atlet angkat besi itu telah menyetor sebanyak 4 keping medali, meliputi 2 perak dan 2 perunggu. Eko kembali turun di Olimpiade 2024 yang menjadi penampilan kelima sebagai Olimpian dan tercatat dalam sejarah Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Sejatinya, medali Olimpiade pertama kali yang disumbangkan atlet-atlet Indonesia berasal dari cabor panahan ketika trio srikandi Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani merebut perak nomor beregu putri Olimpiade 1988 Seoul. Lilies dan kawan-kawan (dkk) mampu bersaing dengan 14 negara lainnya dan pada perebutan tempat kedua, ketiganya mengalahkan tim kuat, Amerika Serikat. Korea Selatan merebut emas nomor beregu putri.

Emas perdana Indonesia di Olimpiade dihasilkan saat Olimpiade 1992 diadakan di Barcelona, Spanyol. Pebulu tangkis putra Alan Budikusuma dan pebulu tangkis putri Susi Susanti menjadi pencetak sejarah. Alan dan Susi mampu mengibarkan Merah Putih dan membuat "Indonesia Raya" berkumandang untuk pertama kali di arena Olimpiade. Keberhasilan keduanya yang mendapat julukan Pengantin Emas ini disambut gegap gempita masyarakat di tanah air.

Sejak itu, cabor bulu tangkis menjadi andalan medali bagi kontingen Indonesia. Bulu tangkis tercatat telah menyumbang 8 emas, 6 perak, dan 7 perunggu bagi kontingen Olimpiade Merah Putih. Emas itu disumbang para pemain yang turun di lima nomor bulu tangkis, yaitu tunggal putra-putri, ganda putra-putri, dan ganda campuran. Bahkan, ketika bulu tangkis masih berupa cabang ekshibisi atau demonstrasi Olimpiade sebelum ditandingkan perdana pada Olimpiade 1992, Indonesia juga telah merebut 2 keping emas. Itu terjadi pada Olimpiade 1972 di Munich, Jerman Barat melalui Rudy Hartono dan ganda putra Ade Chandra/Christian Hadinata.

Dalam rentang 8 kali perburuan emas Olimpiade, kontingen Merah Putih pernah absen mengumandangkan Indonesia Raya yakni pada Olimpiade 2012 di London, Inggris. Saat itu, cabor bulu tangkis yang selalu dijadikan andalan gagal mempersembahkan emas Olimpiade. Bahkan, tak sekeping medali pun diboyong cabang ini di London. Dua wakil Indonesia di tunggal putra, Simon Santoso dan Taufik Hidayat terhenti langkahnya pada babak 16 besar. Simon dikalahkan oleh legenda Malaysia, Lee Chong Wei dan Taufik dijinakkan Lin Dan (Tiongkok).

Menariknya, Chong Wei dan Lin Dan yang saat itu adalah unggulan utama, berjumpa di partai final. Publik Malaysia yang berharap banyak kepada Chong Wei sebagai pencetak sejarah untuk membawa emas, justru dikalahkan oleh Lin Dan dengan skor 15-21, 21-10, dan 21-19. Pada sektor ganda putra, Mohammad Ahsan yang berpasangan dengan Bona Septano gagal melaju ke semifinal setelah terjungkal di babak perempatfinal. Bona yang sekarang berprofesi sebagai pilot, gagal mengekor prestasi sang kakak, mendiang Markis Kido yang bersama Hendra Setiawan merebut emas Olimpiade 2008.

Begitu pula duet ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir yang gagal membawa pulang perunggu Olimpiade 2012 karena dikalahkan duet Denmark Joachim Fischer Nielsen/Christianna Pedersen ddalam perebutan tempat ketiga. Tontowi/Liliyana menebus kekalahan itu empat tahun kemudian saat Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil dengan sekeping emas. Indonesia masih mengandalkan bulu tangkis sebagai tambang emas pada Olimpiade 2024 Paris. Pertandingan diadakan di Porte de La Chapelle Arena, Paris, yang berkapasitas 8.000 penonton mulai 27 Juli 2024 hingga 11 Agustus 2024.

Ada sembilan pebulutangkis Merah Putih yang bertarung pada lima nomor bulu tangkis Olimpiade 2024 yaitu tunggal putra dan putri serta ganda putra-putri dan sektor ganda campuran. Juara All England Jonatan Christie bersama Anthony Sinisuka Ginting mewakili Indonesia di sektor tunggal putra, sedangkan duet Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di ganda putra. Pada tunggal putri terdapat nama Gregoria Maria Tunjung serta dua wakil ganda putri yakni Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti dan ganda campuran Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. 

Seperti sudah-sudah, bulu tangkis masih menjadi tumpuan emas Indonesia, terutama dari sektor tunggal putra dan ganda putra kendati persaingan di kedua nomor tersebut sangat berat di samping inkonsistensi prestasi para pebulutangkis Merah Putih. Jonatan diunggulkan di tempat ketiga sedangkan Anthony ditempatkan sebagai unggulan kesembilan. Juara bertahan Olimpiade, Viktor Axelsen (Denmark) serta Shi Yu Qi yang merupakan dua unggulan teratas, menjadi batu sandungan terberat Jonatan dan Anthony. Jonatan lebih banyak kalah ketika bertemu Axelsen dan hanya unggul 1 poin dari Shi Yu Qi.

Anthony juga masih kalah dalam rekor pertemuan (head to head) dengan Shi Yu Qi. Persaingan tak kalah berat turut dihadapi Fajar/Rian, juara ganda putra All England 2024, terlebih keduanya tak diunggulkan. Bahkan dalam fase penyisihan, Fajar/Rian satu grup dengan unggulan ketiga asal India, Satwiksairaj Rankireddy/Chiraj Shetty. Duet India tersebut pernah membuyarkan mimpi Fajar/Rian untuk merebut juara Korea Open 2023. Dalam partai final, Fajar/Rian takluk dari Rankireddy/Shetty. Selain itu, kedua pasangan itu satu grup dengan juara Eropa 2023 asal Jerman, Mark Lamsfus/Marvin Seidel. 

Meski demikian, peluang mengantongi medali emas juga diharapkan dari cabor pendatang baru Olimpiade, panjat tebing. Indonesia mengirimkan 4 pemanjat tebing berkaliber juara dunia seperti Veddriq Leonardo, Rajiah Sallsabillah, Desak Made Rita Kusuma Dewi, dan Rahmad Adi Mulyono. Veddriq adalah langganan juara pada nomor Speed dalam seri kejuaraan dunia panjat tebing IFSC musim 2021--2023. Dia juga juara World Games 2022 di Birmingham.

Ada pula Rahmad Mulyono yang menjadi rival terdekat Veddriq untuk merebut emas pertama Indonesia dari cabor panjat tebing Olimpiade. Rahmad adalah juara World Games 2023. Seperti juga Veddriq, Rahmad akan turun pada nomor Speed. Belum ada pemanjat tebing dunia yang mampu menyaingi kecepatan dua "Manusia Laba-laba" Indonesia, Vedriq dan Rahmad. “Panjat tebing siap membuat kejutan. Saya ingin mempersembahkan sekeping emas Olimpiade 2024 untuk Indonesia," kata Rahmad ketika dihubungi.

Peluang merebut emas Olimpiade juga diharapkan dari Rajiah, juara dunia nomor Speed Putri pada IFSC World Cup di Prancis, 2023 lalu. Juara Asian Games 2018 ini menjadi rival terdekat bagi Desak Made, kandidat perebut emas di nomor yang sama. Desak sendiri adalah perebut emas Asian Games 2022 lalu. Baik Desak Made maupun Raijah bertekad untuk merebut emas Olimpiade 2024 sebagai kado Hari Kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sementara itu, lifter Eko Yuli juga akan mencoba menaikkan torehan prestasi untuk merebut emas Olimpiade dalam usianya yang terbilang tak lagi muda untuk ukuran atlet, 35 tahun. “Saya ingin merasakan emas di Olimpiade Paris,” kata Eko yang turun di kelas 61 kilogram. Harapan serupa ikut disampaikan ketua kontingen Indonesia, Anindya Bakrie yang berharap pada Olimpiade kali ini Eko bisa menyumbangkan emas setelah pada perhelatan-perhelatan sebelumnya telah menyetor perak dan perunggu. Selamat bertanding atlet-atlet Indonesia, semoga mampu mengharumkan nama bangsa!

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari