Indonesia.go.id - Transformasi Pasar Jongke, Mengubah Wajah Ekonomi Surakarta

Transformasi Pasar Jongke, Mengubah Wajah Ekonomi Surakarta

  • Administrator
  • Selasa, 13 Agustus 2024 | 07:33 WIB
INFRASTRUKTUR
  Penyandang disabilitas netra mencoba atau jalur khusus tuna netra saat Uji Publik Fasilitas Difabel di Pasar Jongke, Solo, Jawa Tengah, Senin (15/7/2024). ANTARA FOTO/ Mohammad Ayudha
Desain baru Pasar Jongke diremajakan dengan anggaran sekitar Rp138,5 miliar. Tak hanya mengedepankan fungsi utama sebagai pusat ekonomi warga, tapi juga sebagai pasar percontohan yang turut menghidupkan fungsi estetika.

Bangunan megah tiga lantai berkelir putih bersih dengan pilar-pilar besar penopang kanopi beton pada bagian muka tampak begitu mencolok di antara deretan bangunan lain di sekitarnya. Fasad atau tampilan luar pada bagian muka bangunan memadukan arsitektur khas Jawa dan modern. Sekilas, bentuk melengkung pada muka bangunannya mengingatkan kita pada tampilan depan dari Stasiun Kota atau Stasiun Beos yang klasik dan bergaya Art Deco khas kolonial.

Tetapi, bangunan berkelir putih yang sedang dibicarakan ini tdak berada di Jakarta, melainkan di tepi salah satu ruas Jl. Dr. Rajiman di Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Jika malam tiba, lampu-lampu yang menerangi bangunan ini makin menampilkan kemegahannya. Penampakannya pun sempat menghebohkan berbagai platform media sosial setelah dibagikan oleh warganet.

Itulah wajah baru dari Pasar Jongke yang dulunya dikenal warga setempat sebagai pasar tradisional. Sebelum bersolek, pasar tradisional berlantai satu itu terlihat kusam dan beberapa hanya beratap asbes. Bau menyengat kerap menyeruak dari tumpukan sampah di belakang pasar dan membuat siapa saja yang melewatinya harus menutup hidung demi menghindari aroma tak sedap.

Pada beberapa sudut pasar, pedagang menambahkan terpal plastik di sisi atas kios mereka. Dalihnya, terpal dipasang supaya barang jualan tak cepat rusak karena tertimpa sinar matahari atau tak basah ketika hujan turun. Seperti dikutip dari website Pemerintah Kota Surakarta, Pasar Jongke telah ada sejak tahun 1992 silam.

Pasar Jongke pada awalnya berdirinya didesain untuk menampung tak lebih dari 100 pedagang dalam 100 kios. Seiring berjalan waktu, jumlah pedagang makin membengkak dan memenuhi tiap sudut pasar dan jumlahnya mencapai di atas 1.000 pedagang. Mereka berjualan kebutuhan sehari-hari warga seperti sayur mayur, daging (ayam, ikan dan sapi), bumbu dapur, perkakas dapur dan rumah tangga, hingga pakaian dan kuliner.

Bahkan pasar ini juga dikenal sebagai sentra penjualan barang-barang bekas atau klithikan terutama sepeda-sepeda tua termasuk sempat dipakai pedagang-pedagang kain batik berjualan. Lokasinya di bagian timur pasar. Sepeda-sepeda tua yang kondisinya masih terawat ini kerap diburu oleh kolektor dari sekitar Surakarta atau daerah terdekat misalnya Kabupaten Sukoharjo dan daerah lainnya.

Kehadiran klithikan sepeda-sepeda pedagang batik dapat dimaklumi lantaran Pasar Jongke lokasinya berdekatan dengan sentra batik ternama, Kampung Laweyan. Jika beruntung, para pemburu sepeda tua bisa saja menemukan koleksi dari merek ternama pada eranya dan sudah tidak diproduksi lagi saat ini. Tentu saja bisa dijadikan barang investasi karena bernilai jual tinggi.

Mengutip penjelasan Kepala Bidang Sarana Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan Kota Surakarta, Joko Sartono, revitalisasi Pasar Jongke sudah waktunya dilakukan guna memberikan kenyamanan kepada pedagang dan masyarakat yang berbelanja. Proses pekerjaan telah dimulai sejak pertengahan Juli 2023 oleh kontraktor PT Sinar Cerah Sempurna dengan waktu pengerjaan selama 360 hari.

Selama proses revitalisasi itu, seluruh pedagang dipindahkan ke lokasi sementara di lapangan Jegon yang tak jauh dari Pasar Jongke. "Sejak awal desain revitalisasi, Pasar Jongke bukan saja untuk aktivitas jual-beli saja tetapi juga dapat dijadikan destinasi wisata dan bisa sebagai ikon baru kota," kata Joko Sartono.

Desain baru Pasar Jongke yang diremajakan dengan anggaran sekitar Rp138,5 miliar tersebut tak hanya mengedepankan fungsi utama sebagai pusat ekonomi warga. Pemerintah Kota Surakarta dengan supervisi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menginginkannya sebagai pasar percontohan yang turut menghidupkan fungsi estetika.

Misalnya dengan bangunan ramah disabilitas, terdapat selasar di bagian tengah bangunan membuat sirkulasi udara mengalir baik dan tidak pengap, tersedianya toilet bersih, parkir luas. Sehingga masyarakat makin senang berbelanja di pasar rakyat. Terdapat 780 los, 106 kios, dan 135 tempat bagi pedagang oprokan di pasar berwajah baru ini.   

Pasar Jongke pun akhirnya beroperasi kembali setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Sabtu (27/7/2024). Dalam sambutannya, mantan Wali Kota Surakarta itu mengaku kaget dengan hasil revitalisasi yang membuat Pasar Jongke layaknya sebuah pusat perbelanjaan modern. Presiden Jokowi juga mengajak masyarakat agar makin sering mengunjungi pasar rakyat terlebih kondisi Pasar Jongke jauh lebih bagus dibandingkan sebelumnya.

"Saya sendiri juga kaget melihat pasarnya. Menurut saya, mal saja kalah. Yang paling penting saya minta pasar ini betul-betul dijaga dengan baik kebersihannya, higienisnya. Jangan sampai kotor dan bau karena tadi saya masuk ke dalam betul-betul manajemennya sudah sangat baik. Kemudian para pedagang juga bisa melayani konsumennya dengan baik, dengan ramah," ucap Presiden Jokowi.

Kepala Dinas Perdagangan Kota Surakarta, Agus Santoso mengatakan, Pasar Jongke yang baru berdiri di atas lahan seluas 17.414 meter persegi (m2) dan luas bangunan mencapai 29.542 m2. Pasar dapat menampung hingga 1.601 pedagang. Agus merinci, pasar terdiri atas 128 kios, 32 kios kuliner, 7 kios gilingan, 193 los basah, 4 los kering, 16 los arang, 253 pelataran, serta 19 workshop.

Pasar juga dilengkapi dengan genset, musala, area bongkar muat, taman, gedung parkir motor dan mobil, rumah potong unggas, dan toilet. Tersedia pula pusat oleh-oleh dan jajanan khas Surakarta. 

 

 

Penulis: Anton Setiawan
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari