Indonesia.go.id - Menikmati Keragaman Nusantara di Markas Besar UNESCO

Menikmati Keragaman Nusantara di Markas Besar UNESCO

  • Administrator
  • Rabu, 2 Oktober 2024 | 09:00 WIB
BUDAYA
  Jalan Nusantara atau the Archipelago Street, telah diresmikan di Markas Besar UNESCO di Paris, Perancis (13/11).
Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang memamerkan ragam kekayaan budaya di markas UNESCO di Paris, Prancis.

Paris, kota seluas 105 kilometer, tak hanya dikenal dunia sebagai penyelenggara hajatan olahraga multicabang empat tahunan terbesar di dunia, Olimpiade dan Paralimpiade, yang tuntas dilaksanakan secara sukses medio Agustus hingga awal September 2024. Ibu kota negara Prancis itu sejak lama terkenal dengan banyaknya bangunan-bangunan monumental. Salah satunya adalah markas besar Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya atau UNESCO. Letaknya ada di Place de Fontenoy yang berada tepat di jantung Paris. 

Menurut sejarawan Prancis, Francoise Choay, dalam e Siège de l'Unesco à Paris disebutkan bahwa markas UNESCO seluas 30.350 meter persegi hasil karya arsitek asal tiga negara yakni Bernard Zehrfuss (Prancis), Marcel Breuer (Hungaria), dan Pier Luigi Nervi (Italia) itu diresmikan pada 3 November 1958. Menariknya, lahan tersebut bentuknya seperti trapesium dan menyebabkan ketiga arsitek harus bergelut siang malam menciptakan desain bangunan yang pas dengan bentuk lahan. Hingga akhirnya terwujudlah sebuah bangunan megah lima lantai berbentuk bintang segitiga mirip lambang ikonik dari produk kendaraan bermotor mewah buatan Jerman.

Bangunan lima lantai yang lahannya disewakan dengan harga sangat murah oleh Pemerintah Prancis selama 99 tahun tersebut menjadi lokasi bagi perwakilan dari 194 negara anggotanya. 12 anggota asosiasi, beraktivitas. Hal itu, sesuai Pasal 2 dan 15 Konstitusi UNESCO dan Peraturan Tata Tertib Konferensi Umum nomor 98 dan 101, sebagaimana dikutip dari website resmi badan PBB tersebut. 

Sebagai salah satu anggota tetap UNESCO, Indonesia telah mendapat tempat khusus bagi organisasi global itu. Mereka memiliki julukan khusus bagi Indonesia, yakni negara adidaya (superpower) kebudayaan. 

Hal itu mengacu kepada pernyataan Asisten Direktur Jenderal (Dirjen) UNESCO Francesco Bandarin saat Sidang Umum di Paris, November 2017. Menurut mantan direktur  UNESCO World Heritage Center tersebut, tidak ada negara mana pun di dunia yang memiliki budaya sekaya Indonesia. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi  (Kemendikbudristek) mencatat, hingga akhir 2022 ada 11.622 warisan budaya di Indonesia. Sebanyak 12 di antaranya masuk sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO. 

Jalan Nusantara

Keistimewaan Indonesia bagi UNESCO makin bertambah tatkala lembaga dunia tersebut memberikan lampu hijau bagi diperkenalkannya ragam budaya yang dimiliki, untuk dipamerkan kepada seluruh negara anggota UNESCO. Tepatnya ketika digelarnya Konferensi Umum UNESCO ke-42 pada 7--22 November 2023. 

Saat sela-sela berlangsungnya konferensi, Pemerintah Indonesia bersama pihak UNESCO pada 13 November 2023 meresmikan Jalan Nusantara atau Archipelago Street. Kegiatan itu turut dihadiri oleh perwakilan negara-negara anggota UNESCO yang mengikuti konferensi.

Ini adalah area khusus berupa koridor selebar sekitar 5 meter dan panjang 200 meter yang kiri-kanannya dilapisi dinding kayu dan letaknya di salah satu lantai dari markas UNESCO di Paris. Area ini diperuntukkan sebagai ruang pamer 11 benda dan karya seni sumbangan Pemerintah Indonesia kepada UNESCO. 

Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang memiliki area khusus untuk memamerkan benda seni budaya di markas besar UNESCO. Ke-11 karya itu meliputi angklung robot ciptaan Eko Mursito Budi, seorang dosen Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB). 

Kemudian suvenir perak miniatur Candi Borobudur yang dilapis kotak kaca, maket Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Selain itu, ada patung pemain seruling, replika tengkorak manusia purba, relief Samudra Raksa, lukisan Kematian Kumbakarna karya Nyoman Mandra, dan terakhir patung Garuda Wisnu Kencana karya Nyoman Nuarta yang turut merancang Istana Garuda dan Kantor Kepresidenan di Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Tak hanya itu, ada pula peta dan inventaris digital sebagai ikhtisar dari 66 warisan budaya dan alam Indonesia yang terdaftar di UNESCO. Selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid seperti dikutip Antara mengatakan bahwa warisan budaya di Indonesia merupakan cerminan kontemporer dari nilai-nilai yang dilestarikan untuk generasi mendatang. 

Sebagian dari keragaman warisan budaya di penjuru kepulauan Indonesia itu, lanjutnya, tercermin dalam Jalan Nusantara. Hilmar mengajak negara-negara anggota UNESCO untuk menjelajahi warisan budaya Indonesia yang memberikan gambaran mendalam mengenai perkembangan signifikan di masa depan. 

Sedangkan Asisten Dirjen UNESCO untuk Urusan Manajemen dan Administrasi Nicholas Jeffrey menyampaikan apresiasi pihaknya kepada Pemerintah Indonesia karena telah mendukung UNESCO dalam upaya pengamanan dan restorasi karya seni. Dia menilai, Indonesia adalah mitra penting UNESCO, khususnya dalam hal kebudayaan. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keragaman budaya luar biasa, dapat berperan penting dalam pelestarian dan pelindungan budaya di dunia.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Andorra dan Prancis yang berkedudukan di Paris sekaligus Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Mohammad Oemar dalam kesempatan yang sama turut menyampaikan pernyataannya. Oemar menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen dalam pelestarian dan restorasi benda budaya melalui UNESCO. Salah satunya diwujudkan melalui Jalan Nusantara. 

“Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, sejarah Indonesia terjalin erat dengan keanekaragaman lingkungan hidup, pertukaran budaya, dan pluralisme agama, yang terlihat dari banyaknya situs warisan budaya dan alam yang tersebar di seluruh Nusantara,” ujarnya seperti dilansir oleh website Kementerian Luar Negeri.

Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Ismunandar mengatakan bahwa pameran budaya Indonesia di Jalan Nusantara telah memberikan contoh baik merestorasi dan merawat barang budaya yang disumbangkan ke UNESCO. Koridor Jalan Nusantara ini akan terus ada hingga 4 tahun ke depan di markas UNESCO. 

Jalan Nusantara menekankan pada makna penting warisan budaya Indonesia saat ini dan masa mendatang. Penataan benda budaya dalam area terpisah dengan kurasinya di UNESCO merupakan proyek percontohan dan diharapkan ke depan akan diikuti negara-negara anggota UNESCO lainnya. 

Jika sedang berada di Paris, jangan lupa singgahi juga Jalan Nusantara di markas UNESCO di kawasan Place de Fontenoy yang lokasinya berhadapan dengan Menara Eiffel.

Penulis: Anton Setiawan

Redaktur: Ratna Nuraini