Indonesia.go.id - Dwi Soetjipto Pimpin SKK Migas, Blok Masela Minta Perhatian

Dwi Soetjipto Pimpin SKK Migas, Blok Masela Minta Perhatian

  • Administrator
  • Senin, 12 Desember 2022 | 07:14 WIB
MIGAS
  Dwi Soetjipto dilantik kembali sebagai Kepala SKK Migas oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif di Gedung Chairul Saleh, Kantor Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (5/12). KEMENTERIAN ESDM
SKK Migas mempertimbangkan permintaan fleksibilitas kontrak demi meningkatkan keekonomian Blok Masela.

“Beberapa program yang ditangani Pak Tjip [Dwi Soetjipto] belum selesai. Beliau harus menyelesaikannya.” Demikian kalimat kesimpulan yang diambil dari pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif ketika menjawab pertanyaan ihwal alasan Dwi Soetjipto kembali dipercaya memimpin SKK Migas untuk kedua kalinya.

Benar, Dwi Soetjipto baru saja dilantik kembali untuk menjadi pimpinan lembaga yang mengurus dan mengawasi produksi migas nasional untuk periode kedua. Pelantikan Dwi Soetjipto berlangsung di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral secara hibrida.

“Saya ucapkan selamat kepada pimpinan SKK Migas. Saya harap dapat melaksanakan amanat ini dengan baik,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, dalam sambutannya di Jakarta, Senin (5/12/2022).

Dwi Soetijpto kembali dipercaya memimpin Satuan Kerja Khusus Migas (SKK Migas) berdasarkan Keputusan Presiden nomor 51/M tahun 2022 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Kepala SKK Migas, dengan masa jabatan empat tahun.  

Dalam acara itu juga Menteri ESDM melantik jajaran SKK Migas.  Yakni, Nanang Abdul Manaf sebagai Wakil Kepala SKK Migas. Nanang menggantikan Fatar Yani Abdurrahman. Nanang sebelumnya menjabat sebagai Tenaga Ahli Komisi Pengawas bidang Operasi SKK Migas.

Menteri ESDM juga melantik Sinta Damayanti sebagai Sekretaris SKK Migas, Irjen Purnawirawan Eko Indra Heri sebagai Pengawas Internal, serta Benny Lubiantara menjabat sebagai Deputi Eksploitasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah.

Berikutnya, Wahyu Wibowo menjabat sebagai Deputi Eksploitasi, Kurnia Chairi sebagai Deputi Keuangan dan Komersialisasi serta Rudi Satwiko menjabat sebagai Deputi Dukungan Bisnis.

Seperti disampaikan di atas, Arifin menjelaskan, alasan penunjukan kembali Dwi Soetjipto tak lain karena program yang ditangani mantan eksekutif puncak di beberapa perusahaan, mulai semen hingga Pertamina, belumlah rampung. Salah satunya, proyek Lapangan Abadi Blok Masela.

“Selama ini kan program-program masih dengan Pak Tjip, ya Masela. Kita harus segera menyelesaikan, ya. Ada histori, ada yang mengetahui di awal, sehingga memang tugasnya menyelesaikan,” kata Arifin.

Selain masalah Blok Masela, Arifin juga mengingatkan kepada jajaran pimpinan SKK Migas, agar terus berupaya meningkatkan produksi migas nasional bersama kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Menurutnya upaya dalam menahan laju penurunan produksi dan meningkatkan produksi migas dilakukan dengan pengeboran sumur pengembangan, kegiatan workover dan well service secara masif.

Selain itu, untuk mengurangi shutdown tidak terencana serta melakukan berbagai upaya dan terobosan agar produksi migas dapat mencapai target APBN atau bahkan melebihi target. “Target produksi minyak dapat dilakukan percepatan untuk mengurangi impor, sehingga pemerintah memiliki ruang yang lebih luas untuk melakukan pembiayaan pengembangan energi terbarukan yang menjadi prioritas dalam transisi energi,” ujarnya

Dalam kesempatan itu, Menteri Arifin juga menekankan pentingnya percepatan realisasi target produksi 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar kaki kubik gas per hari untuk mengurangi impor dua komoditas tersebut dan produk turunannya. Menurutnya, pengurangan impor migas dan produk turunannya bakal memberikan ruang yang lebih leluasa bagi pemerintah dalam mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT) di tengah upaya transisi energi.

“Dalam periode transisi energi, minyak bumi masih sebagai energi utama untuk transportasi sebelum digantikan oleh kendaraan listrik. Gas bumi dimanfaatkan sebagai energi transisi sebelum tercapainya 100 persen EBT di pembangkit listrik,” ujarnya.

Dia pun menggarisbawahi, realisasi produksi dan lifting migas nasional saat ini yang masih di bawah target, sehingga berdampak cukup berat terhadap APBN. Produksi minyak saat ini sekitar 612.000 barel per hari, di bawah target APBN yang sebesar 703.000 barel per hari. Sementara itu, produksi gas dapat melewati target dalam APBN, yaitu sekitar 6.687 MMSCFD dari target 5.797 MMSCFD.

Menteri Arifin juga berharap, SKK Migas dan KKKS untuk terus mengupayakan peningkatan produksi migas nasional. “Meski terjadi penurunan produksi, saya minta produksi tetap dijaga dengan menghindari shutdown-shutdown yang tidak direncanakan,” ujarnya.

 

Proposal Penawaran

Khusus berkaitan dengan kelanjutan proyek Blok Masela, pada kesempatan yang sama Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menjelaskan, PT Pertamina (Persero) sudah menyampaikan proposal penawaran setelah hasil studi tuntas dilakukan oleh holding BUMN migas tersebut.

“Hasil studi sudah, Pertamina sudah menyatakan mem-binding offer, menyampaikan proposal, belum binding, nanti setelah itu baru ada binding baru selesai,” kata Tutuka saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (5/12/2022).

Tutuka menjelaskan bahwa proses penawaran harga itu seluruhnya menjadi ranah bisnis antara Pertamina dan Shell. Dia mengakui proses penawaran itu akan berpusat pada nilai atau harga yang ditawarkan Pertamina.

Menurut dia, penawaran itu mesti berhasil dilakukan Pertamina untuk selanjutnya dapat mengajak perusahaan lain, seperti Petroliam Nasional Berhad (Petronas) dan ExxonMobil sebagai mitra untuk ikut mengambil hak partisipasi Shell di Masela.

“Sekarang harus ambil 35 persen itu, tawaran Pertamina oke tidak bagi Shell-nya itu? Masalah intinya adalah harga, nilainya,” kata dia.

 

Fleksibilitas Kontrak

Berkaitan dengan adanya permintaan insentif untuk pengembangan Blok Masela, Dwi Soetjipto mengatakan, pihaknya bakal mempertimbangkan permintaan fleksibilitas kontrak untuk meningkatkan keekonomian Blok Masela.

Hanya saja, SKK Migas bakal menyesuaikan fleksibilitas tersebut dengan kebutuhan untuk mengikutkan fasilitas carbon capture, utilization, and storage (CCUS) dalam pengembangan Blok Masela. “Program CCUS itu untuk menarik pendanaan dan meningkatkan harga jual, karena LNG [liquefi ed natural gas/gas alam cair] yang diminta di masa depan itu yang blue LNG,” katanya.

Menurutnya, SKK Migas nantinya akan melakukan kajian ulang terhadap PoD Blok Masela untuk menentukan cakupan kemudahan dan memastikan nilai keekonomian sebenarnya WK migas tersebut

 

Penulis: Firman Hidranto
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari